BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dan modernisasi
yang sedang berjalan pada saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik
dalam segi ekonomi, politik maupun sosial budaya. Dengan sendirinya segala
perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan indidvidu. Perubahan
yang begitu cepat memberikan konsekuensi bagi individu untuk dapat
menyeseuaikan diri dengan tuntutan lingkungan yang makin lama makin meningkat.
Demikian jud dengan keadaan di Indonesia, hal tersebut dapat di liha dari
adanya perubahan nilai-nilai sosial budaya.
Dalam upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia ini, generasi muda sebagaui tunas bangsa dan penerus
cita-cita pembangunan perlu di perhatikan. Hal ini sejalan dengan posisi
generasi muda sebagai kader Bangsa yang tangguh, ulet serta bertanggung jawab
dalam melaksanakan tuga-tugas yang dibebankan pada mereka. Membentuk individu
yang berkualitas dan matang baik secara intelekual, emosional, dan sosial bukan
merupakan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tetapi
memerlukan suatu proses yang melibatkan peran lingkungan, mulai dari individu
tersebut lahir sampai usia dewasa.
Peranan keluarga dalam pembinaan generasi muda cukup dominan.
Pembentukan peilaku yang posisitif yanh harus dimiliki oleh seorang warga
negara yang baik, bermula dari keluarga.[1]
Di sekolah banyak paraturan yang di
susun menurut persepsi dan kehendk pengelola pendidikan, jarang sekali
penyusunan peraturan tersebut dilakukian bersama dengan para remaja selaku
murid. Ketidak setujuan pada perturan yang di susun tanpa melibatkan siswa,
merupakan penyebab timbulnya ketidakpuasan yang terpendam pada diri para siswa.
Melaksanakan suatu peraturan atau program yang di susun oleh orang lain tanpa
keterlibatan mereka, sering menimbulkan perasaan terpaksa.
Umumnya banyak orangtua dalam
mendampingi anak mereka yang tengah menginjak masa remaja, yaitu periode
transisi antara masa anak akhir ke masa dewasa, lebih dari satu dekade, orang
tua menyaksikan anak yang mereka asuh meperlihatkan tingkah laku, keterampilan,
emosi, dan tata nilai yang telah mereka pelajari. Selama masa prasekolah dan
masa sekolah, orangtua meras berat hati tapi juga bangga sewaktu mereka
anak-anak mulai mandiri, bahkan meskipun anak-anak remaja ini masih minta
dukungan keluarga, mereka mungkin sudah mulai sering menolak sebagian tata
nilai dan tradisi yang sudah lama di anut keluarga itu.
Perubahan tingkah laku mndapat cukup
banyak perhatian dalam psikologi perkembangan. Para ahli memperbincangkan arti
batas-batas yang menyangkut perkembangan. Tidak semua perubahan akan
berhubungan dengan perkembangan mental. Perubahan mental adalah suatu perubahan
yang sistematis dan tersusun oleh suatu kesatuan budaya, masyarakat, kelompok,
atau individu itu sendiri.
Agama Islam adalah Agama yang tetap
Mutakhir, Agama yang selalu mendorong manusia untuk menggunakan akalnya untuk
memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di Alam Semesta dan
memahami ayat-ayat Al-Qur’an menurut penelitian Maurice Bucaille, yang di kutip
oleh Somad Zawawi.[2]
Islam memerintahkan kepada Ummatnya
untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh utusan-Nya, yakni
Rasulallah Saw baik dalam Aqidah, Syariah, maupun Akhlak. Dalam memahami ajaran
Islam secara Kaffah dan mengikuti suri Tauladan yang baik, tentu tidak akan
dapat tanpa ilmu, karena itu Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu
dengan jalan menempuh Pendidikan baik pria maupun wanita. Sebagaimana Firman
Allah Swt dalam Surah At-Taubah ayat 122, yaitu:
وَمَا
كَانَ اْلمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ
مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَّقَّهُواْ فِى اْلدِّينَ وَليُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إذا
رَجِعُوا إِلَيهِمْ لعلّهُمْ يَحذَرُوْنَ(١٢٢)
Sekalipun dalam
ayat tersebut tidak tampak kata-kata wajib pun yang berarti wajib atau
kata-kata Faridhatun yang berarti di fardukan, tetapi dalam ayat itu terdapat
fi’il Maudhari’ yang telah kemasukan Lamul Amr, yakni Lafaz Liyatafaqqahuu.
Dalam kaidah Ilmu Ushul Fiqh ada satu kaidah yang berbunyi:” arti yang pokok
dalam Amr ialah.” Dengan demikian, ayat diatas mengandung arti bahwa menuntut
ilmu itu hukumnya wajib. Jadi jelaslah bahwa menuntut ilmu itu wajib walaupun
di Negeri itu terjadi peperangan. Sebagaimana Sabda Nabi Saw:
عن ا نس ا بن
ما لك ر ضي الله عنه قا ل ر سو ل الله صلى ا لله عليه و سلم : طلب العلم فر يضة
على كل مسلم (ر واه التبر ا نى)
Pendidikan
telah ada sejak adanya manusia, maksudnya bagaimanapun sederhananya peradaban
suatu masyarakat di dalamnya pasti terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan. Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan di artikan
sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian, menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmanai maupun rohani sesuai nilai-nilai yang
ada di dalam masyarakat.[3]
Pendidikan adalah upaya sadar dan
terencana untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan penghayatan terhadap
suatu materi pelajaran melalui sebuah proses pembelajaran yang berkesinambungan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dengan menggunakan metode dan media.
Guru berperan memberikan ilmu dan
juga membina akhlak peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar dengan
memotivasi agar apa yang telah di ajarkan dapat di praktekkan. Berdasarkan pengamatan
yang penulis lakukan terkain bimbingan dan pengajran pendidikan agama Islam
yang di ajarkan di Sekolah SMAN 1 Kuaro Kebupatan Paser tidak mengurangi
tiondak kenalkanlan pada siswa, dan masalah ini perlu mendapat perhatian dan
pemecahan masalah.
Melihata dari kenytaan yang di
lapangan seperti itu, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
peran guru Bimbingan Konseling dan guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk
dan membinak Akhlak para sisa di sekolah SMAN Kuaro Kabupaten Paser dengan
Judul “Peran Guru Bimbingan Konseling
(BK) dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Akhlak Siswa di SMAN 1
Kuaro Kabupaten Paser”.
B.
Penegasan judul
Untuk menghindari penafsiran yang
keliru terhadap judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan
istyilah-istilah yang di gunakan yaitu:
1.
Peran
adalah sesuatu yang jadi bagian atau memegang peran yang sangat penting terutam
dalam terjadi sesuatu hal atau peristiwa.[4]
Peran yang penulis maksud disini adalah upaya-upaya Guru Bimbingan Konseling
dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengaruh dan Membimbing Akhlak
Anak Didik.
2.
Pendidikan
Islam adalah bimbingan Jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[5] Yang
dimaksud dengan pendidikan Islam oleh penulis adalah nilai-nilai Pendidikan
Akhlak (Jujur, Disiplin, Percaya Diri, dan Peduli).
3.
Akhlak ialah suatu
keadaan yang melekat pada jiwa manusia, daripadanya lahir
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan,
atau ketelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang
baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara' (Hukum islam),
disebut akhlak yang baik. Sedangkan jika perbuatanperbuatan yang
timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk.[6]
Jadi yang di maksud dengan judul di atas
adalah usaha yang dilakukan Gur Bimbingan Konseling dengan Guru Pendidikan
Agama Islam dalam membimbing akhlah para siswanya di sekolah SMAN 1 Kuaro
Kabupaten Paser.
C.
Rumusan Masalah
Adapun alasan
yang mendasari penulis memilih judul di atas adalah:
1.
Bagaimana
peran Guru Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina
akhak peserta didik.
2.
Apa
saja faktor yang mempengaruhi peran guru dalam memberikan bimbingan akhlak
kepada peserta didik.
D.
Alasan Memilih Judul
1.
Pentingnya
peran guru dalam membina akhlak para anak didik agar menjadi peserta didik yang
berakhlak terpuji.
2.
Perlunya
penanaman nilai-nilai Islami agar menjadi anak didik yang Saleh dan Sholehah.
E.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui apa saja usaha yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling dengan Guru
Pendidikan Agama Islam dalam membina Akhlak Peserta didik di Sekolah SMAN 1
Kuaro Kabupaten Paser.
2.
Untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor yang memepengaruhi upaya guru dalam
membimbing akhlak anak didik di Sekolah SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser.
F.
Siginifikansi Penelitian
1.
Sebagai
bahan masukan bagi generasi muda, orangtua, Guru dan Masyarakat pada umumnya
dala meningkatkan pembinaan akhlak melalui Pendidikan Agama Islam.
2.
Sebagai
bahan untuk menambah wawasan pengetahuan dan mengembanghkan wawasan berpikir
bagi peneliti khususunya dan pembaca pada umumnya.
I.
Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah,
definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian,
signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan teoritis berisikan pengertian Guru
Bimbingan Konseling, tujuan layanan Bimbingan di Sekolah, Peran Guru dalam
Bimbingan dan Konseling, Guru Pendiddikan Agama Islam, Pengertian Pembelajaran Akhlak, Pengertian
Akhlak.
Bab III Metode penelitian berisikan jenis dan pendekatan
penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, analisis data, dan prosedur
penelitian.
Bab IV Laporan hasil penelitian berisikan gambaran umum
lokasi penelitian, penyajian data, dan analisis data.
Bab V Penutup berisikan simpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Guru Bimbingan Konseling
1.
Pengertian
Pelayanan bimbingan dan konseling semakin populer di kenal oleh
masyarakat, khususnya di sekolah, sebab pelayanan bimbingan dan konseling terus
di galakkan pelaksanaanya. Untuk menyalenggarakan pelayanan ini dengan baik,
salah satu syarat pokok yang harus di kuasai adalah memahami
pengertian-pengertian dasar tentang bimbingan dan konseling oleh oleh guru
pembimbing (konselor).
Pembahasan pengertian-pengertian dasar tentang bimbingan dan
konseling ini di upayakan untuk membantu guru pembimbing (konselor) pemula
dalam memperolah wawasan tentang lingkup dan kerangka kerja pelayanan bimbingan
dan konseling yang akan di embannya di sekolah.
Jika
di telaah berbagai sumber akan di jumpai pengertian-pengertian yang berbeda
mengenai bimbingan, tergantung jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian
tersebut. Perbedaan tersebut di sebabkan hanyalah oleh perbedaan tekanan atau
sudut pandang saja. Bimbingan dapat di artikan sebagai suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang di lakukan secara berkesinambungan, agar individu
tersebut dapat memahami dirinya sendiri. Sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan
demikian dia akan dapat menikmati kebahagian hidupnya dan memberikan sumbangan
yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu
individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.[7]
Pakar
bimbingan yang lain mengatakan bahwa : bimbingan ialah suatu proses pemberian
bantuan yang terus menerus dan sistemtis dari pembimbing kepada yang di bimbing
agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan
diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
penyesuain diri dengan lingkungan. [8]
Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok
orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya di jalankan oleh
pribadi mandiri, yaitu : mengenal diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri
sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan,
mengarahkan diri, dan mewujudkan diri.[9]
Lebih
lanjut di kemukan bahwa yang di maksud dengan bimbingan adalah proses
pemberiaan bantuan yang di lakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
orang individu , baik anak-anak, remaja maupun dewasa; agar orang yang di
bimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat di kembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.[10]
Dengan
membandingkan beberapa definisi tentang bimbingan yang telah dikemukakan oleh
beberapa pakar di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok
orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau
sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi
tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya di
jalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu: mengenal diri sendiri dan
lingkungannya sebagaimana adanya, menerima diri sendiri dan lingkungannya
secara positif dan dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri sendiri, dan
mewujudkan diri sendiri.[11]
Lebih lanjut, untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum
bimbingan, di bawah ini dikemukakan huruf-huruf bimbingan yang di jadikan
akronim sebagai unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha bimbingan, yaitu:[12]
B : Bantuan
I : Individu
M : Mandiri
B : Bahan
I : Interaksi
N : Nasehat
G : Gagasan
A : Alat dan asuhan
N : Norma
Dengan memasukan semua unsur di atas dapat di katakan bahwa
bimbingan merupakan bantuan yang di berikan kepada individu (seseorang) atau
kelompok (sekelompok orang) agar mereka itu dapat mandiri melalui berbagai
bahan, interaksi, nasehat, gagasan, alat, dan asuhan yang di dasarkan atas
norma-norma yang berlaku.
Konseling merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan
maupun sebagai tekhnik. Pelayanan konseling merupakan jantung hati dari usaha
layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling
is the heart of guidance program) dan Ruth Strang menyatakan guidance is brotehr counseling is a mont
important tool of guidance. jadi, konseling merupakan inti dan alat yang
paling penting dalam bimbingan.
Selanjutnya,
Rochman Natawidjaja mendefinisikannya bahwa konseling adalah satu jenis
pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat di
atikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang
(yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu konseli) untuk mencapai
pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
di hadapainya pada waktu yang akan datang.[13]
Pakar
yang lain mengungkapkan bahwa konseling itu merupakan upaya bantuan yang
diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri
sendiri, untuk di manfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada
masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep diri ini berarti bahwa dia
memperoleh konsep yang sewajarnya mengenai: dirinya sendiri, orang lain,
pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan yang hendak di capainya, dan
kepercayaannya.[14]
Lebih lanjut, Prayitno mengemukakan konseling adalah pertemuan
empat mata antara konseli dan konselor yang beri usaha yang laras, unik, dan
manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas
norma-norma yang berlaku.
Dengan membandingkan ketiga pengertian tentang konseling seperti
yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa konseling
adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka,
antar konselor dn konseli yang berisi usaha yang laras, unik, dan manusiawi
yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang
berlaku. Agar konseli memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam
memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan
datang.
Untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum konseli, di
bawah ini dikemukakakan huruf-huruf penyuluhan dan konseling yang dijadikan
akronim sebagai unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha konseling, yaitu:
P : Pertemuan
E : Empat Mata
N : Klien
Y : Penyuluh
U : Usaha
L : Laras
U : Unik
H : Human
A : Ahli
N : Norma
Dengan memasukakn unsur-unsur di atas dapat katakan bahwa
penyuluhan merupakan pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi
usaha, dengan caa yang laras, unik dan Human
(Manusiawi) yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang di dasarkan atas
norma-norma yang berlaku.
Sedangkan pengertian umum konseling di bawah ini dikemukakan
huruf-huruf konseling yang dijadikan akronim sebagai unsur-unsur pokok yang ada
dalam usaha konseling, yaitu:
K : Kontak
O : Orang
N : Menangani
S : Masalah
E : Expert (ahli)
L : Laras
I : Integrasi
N : Norma
G : Guna
Dengan demikian, pengertian konseling adalah kontak antara dua
orang (yaitu konselor dan konseli) untuk menangani masalah konseli, dalam
suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-norma yang
berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi konseli.
2.
Tujuan Layanan dan Bimbingan di Sekolah
Tujuan
pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar konseli (peserta didik) dapat:
merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan di
masa yang akan datang, mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan,
lingkungan masyarakat, mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam
studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan masyarakat.[15]
Untuk
mecapai tujuan-tujuan tersebut, maka harus mendapatkan kesempatan untuk:
mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas perkembangan, mengenal
dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, mengenal dan
menentukan tujuan dan rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan tersebut,
memahamai dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, menggunakana kemampuannya
untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga (sekolah), menyesuaikan diri
dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, dan mengembangkan segala
potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.[16]
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek
pribadi-sosial, dan belajar. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan
aspek pribadi-sosial konseli adalah sebagai berikut:[17]
a.
Memiliki
kesadaran akan potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan
mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b.
Memiliki
sikaf dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku,
disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif
mengikuti semua kegiatan belajar yang di programkan.
c.
Memiliki
motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d.
Memiliki
kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
e.
Memiliki
komitemen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan teman
sebaya, di sekolah/ luar sekolah, maupun masyarakat pada umumnya.
f.
Memiliki
sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati, dan
memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
g.
Memahami
pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan
(anugerah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran Agama
yang di anut.
h.
Memiliki
pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
i.
Memiliki
sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
j.
Memiliki
kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
k.
Memiliki
rasa tanggung jawab, yang di wujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan
kewajibannya.
l.
Memiliki
kemampuan berinteraksi sosial (human
relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,
persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.
m.
Memiliki
kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik bersifat internal (dalam diri
sendiri) maupun dengan orang lain.
n.
Memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
3.
Peranan Guru dalam bimbingan dan konseling
Guru
sebagai pembimbing (konselor), di
tuntut untuk mengadakan pendekatan yang bukan saja melalui pendekatan
intruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses
belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan pribadi semacam ini guru akan
secara langsung mengenal dan memahami peserta didiknya secara lebih mendalam
sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Sesuai dengan
peran guru sebagai pembimbing (konselor)
adalah ia harapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus disiapkan agar:[18]
a.
Dapat
menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antata peserta
didik dengan orangtuanya.
b.
Bisa
memperolah keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat
mempersiapkan untuk berkomonikasi dan bekerja sama dengan bermaca-macam
manusia.
Peranan (role) guru artinya keseluruhan perilaku
yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru mempunyai peranan
yang luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, maupun di lingkungan masyarakat.
Guru merupakan faktor utama dalam keseluruhan proses pendidikan.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya
sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya. Semua hal
itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang
lain, terutama siswa.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa guru sebagai pembimbing (konselor) sekaligus berperan sebagai
pembimbing dalam proses belajar-mengajar. Sebagai pembimbing dalam belajar
mengajar, guru diharapkan mampu untuk:[19]
a.
Memberikan
berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
b.
Membantu
setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
c.
Mengevaluasi
keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
d.
Memberikan
kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
karaktersitik pribadinya.
e.
Mengenal
dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun secara kelompok.
B.
Guru Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian
Di dalam UUSPN No. 2/ 1989 ayat (2)
pasal 39 ayat 1 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat, antara lain pendidikan Agama. Dan dalam penjelasannya
dinyatakan bahwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat Iman dan
Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai Agama yang dianut oleh peserta
didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati Agama
lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan Nasional. [20]
Dalam konsep
Islam, Iman merupakan potensi rohni yang harus diaktualisasikan dalam bentuk
amal saleh, sehingga mengahsilkan prestasi rohani (iman) dan keselarasan
hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan dirinya yang
membentuk kesalehan pribadi; hubungan manusia dengan sesamanya yang membentuk
kesalehan sosial (solidaritas sosial), dan hubungan manusia dengan alam yang
membentuk kesalehan terhadap alam sekitar. Kualitas amal saleh ini akan
menentukan derajat ketakwaan (prestasi rohani.iman) seseorang di hadapan Allah
SWT.
Di dalama GBPP PAI di sekolah umum,
dijelaskan bahwa pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutatn
untuk menghormati Agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.[21]
Dari pengertin
tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
Pembelajaran Pendidikajn Agama Islam, yaitu berikut ini:[22]
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
b.
Peserta
didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan ; dalam arti ada yang
dibimbing, di ajari dan/ dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalam terhadap ajaran Agama Islam.
c.
Pendidikan
atau Guru pendidik Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan,
pengajaran dan / atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk
mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
d.
Kagiatan
(pembelajaran) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan kayakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Agama Islam dari peserta didik,
yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus
untuk untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan
pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan keseharian dengan
manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama ataupun tidak seagama, serta
dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan
Nasional (ukhuwah wathaniyah) dan
bahkan ukhuwah insaniyah (persatun
dan kesatuan antar sesama manusia).
2.
Tujuan
dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Secara
umum, pendidikan Agama Islam bertujuan untuk “ meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dn pengamalan peserta didik tentang Agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernbangsa dan
bernegara”. [23]dari
tujuan tersebut dapat di tarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan
dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam, yaitu: dimensi
keimanan peserta didik terhadap ajaran Agama islam, dimensi pemahaman atau
penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran Agama
Islam, dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik
dalam menjalankan ajaran Islam, dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana
ajaran Islam yang telah diimanai, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi
oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk
menggerakan, mengamalkan, dan menaati ajaran Agama islam dan nilai-nilainya
dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. [24]
Di
dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama islam kurikulum 1999, tujuan PAI
tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu:” agar siswa memahami, menghayati,
meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga mnjadi manusia muslim yang
beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak Mulia”. Rumusan tujuan PAI
mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama islam yang dilalui an
dialami oleh siswa dio sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan
dan pemhaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
Islam, untuk selanjtnya ketahapan afeksi, yakni terjainya proses internalisasi
ajaran dan nilai Agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat
tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalakan dan menaati
ajaran Islam (tahapan psikomotrik) yang telah diinetrnalisasikan dalam dirinya.
Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan
berakhlak mulia.[25]
3.
Kedudukan
dan Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam
pengembangan pembelajaran pendidikan Agama Islam perlu diupayakan bagaimana
agar dapat mempengaruhi dan menimbulkan motivasi interinsik melalui metode
penataan metode pembelajaran yang dapat mendorong tumbuhnya motivasi belajar
dan memberikan bimbingan akhlak kepada peserta didik. Untuk menumbuhkan
motivasi ekstrinsik dapat diciptakan suasana lingkungan yang relegius sehingga
tumbuh motivasi untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang
ditetapkan.[26]
Berkenaan dengan prinsip motivasi, ada beberapa hal yang perlu
dipeerhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran pendidikan Agama:[27]
a.
Memberikan
dorongan (drive)
b.
Memberikan
insentif
c.
Motivasi
berprestasi
d.
Motivasi
kompetensi
e.
Motivasi
kebutuhan.
C.
Pengertian pembelajaran Akhlak
Sebelum penulis
menjelaskan lebih lanjut tentang pengertian pembelajaran akhlak, maka penulis
akan terlebih dahulu menguraikan tentang pengertian pembelajaran dan perilaku
secara lebih khusus.
1.
Pembelajaran
Pembelajaran
berasal dari kata belajar yang mendapat imbuhan pem-an. Belajar maksudnya adalah berusaha supaya mendapat suatu
kepandaian.[28]
Maka dapat diambil keterangan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Akan lebih baik jika
subjek belajar itu mengalami atau melakukan langsung, jadi tidak bersifat verbalistik.
Dalam
pengertian luasnya belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju
keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah
“penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktek banyak dianut
di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan
sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan atau menerimanya. Dalam
kasus demikian guru hanya berperan sebagai “pengajar”. Sebagai konsekuensi dari
pengertian yang terbatas ini, maka banyak pendapat yang mengatakan bahwa
belajar itu menghafal. Hal in terbukti misalnya kalau siswa itu mau ujian,
mereka akan menghafal terlebih dahulu.
Belajar
merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari
dua subjek, yaitu dari murid dan dari guru. Dari segi murid, belajar dialami
sebagai suatu proses. Siswa mengalami
terproses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut
berupa keadan alam, hewan tumbuh-tumbuhan-tumbuhan , manusia, dan bahan yang
telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran.
Dari segi guru, proses belajar
tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Proses belajar
tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang
merupakan proses internal murid tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh
guru. Proses belajar tersebut tampak oleh perilaku murid mempelajari bahan
belajar. Perilaku belajar tersebut tampak pada tindakan tindakan-tindakan
belajar tentang matematika, kesusastraan, olah raga, kesenian, dan agama.
Perilaku belajar tersebut merupakan respon murid terhadap tindak mengajar atau
tindak pembelajaran dari guru. Perilaku belajar ada hubunganya dengan desain
instruksional guru. Dalam desain instruksional, guru membuat tujuan
instruksional husus atau sasaran belajar.[29]
Belajar
merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal
tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.[30]
Belajar juga berarti usaha mengubah tingkah laku. Perubahan in bukan hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan sikap dan pengertian, harga diri, watak dan penyesuaian diri.
Dengan kata lain belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,
psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya.
Akhir-akhir ini
muncul istilah baru yaitu pembelajaran. Terdapat perbedaan pengertian antara
pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran berpusat pada guru sedangkan
pembelajaran berpusat pada siswa.
Beberapa ahli
merumuskan pengertian pembelajaran:
a.
Menurut
Syapul Sagala, pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azaz
pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik.
b.
Menurut
Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola
untuk memungkinkan ia ikut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau
menghasilkan respon dalam situasi tertentu.
Menurut Oemar
Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, pasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem
pembelajaran terdiri atas siswa, guru dan tenaga lainnya.[31]
Dari
teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran, Oemar Hamalik
mengemukakan tiga rumusan yag dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan
terlebih dahulu yaitu:
a.
Pembelajaran
adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi
peserta didik.
b.
Pembelajaran
adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang
baik.
c.
Pembelajaran
adalah proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Proses
pembelajaran tidak hanya terbatas dalam ruang saja, tetapi juga dapat
dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar dikelas, atau dilaboratorium,
karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang
saling berkaitan, untuk melajarkan peserta didik.[32]
Mengenai proses pembelajaran,
Al-Gazali mengajukan konsep pengintegrasian antara materi, metode dan media
atau alat pengajarannya. Seluruh komponen tersebut harus diupayakan semaksimal
mungkin, sehingga dapat menumbuh kembangkan segala potensi fitrah anak, agar
nantinya menjadi manusia yang hidup penuh dengan keutamaan, materi pengajaran
yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik dalam hal
usia, integrasi, maupun minat dan bakatnya. Jangan sampai anak diberi materi
pengajaran yang justru merusak aqidah dan akhlaknya.[33]
Disini
Al-Gazali menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk
mengembangkan potensi anak. Yaitu dengan berbagai cara belajar, baik dengan
memperhatiakan metode serta dengan memperhatikan segala tumbuh kembang anak,
salah satunya dengan menjaga dan memelihara anak dari segala hal-hal yang dapat
mengganggu dan merusak nilai-nilai moral yang ada pada anak.
2.
Akhlak
Akhlak menurut
kamus Bahasa Indonesia adalah kelakuan,
tindak tanduk, tingkah laku atau perbuatan.[34]
Perilaku dalam bahasa Arab dikenal dengan akhlak
(اَخْلَاقٌ) bentuk jamak dari
kata khuluk (خُلُقً) yang artinya budi
pekarti.[35]
Secara
terminologi menurut Poerbawatja yang dikutip asmara As bahwa perilaku adalah budi pekerti, watak kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan
terhadap sesama manusia.[36]
Menurut imam
al-Gazali perilaku adalah:
فَالْخُلُقُ عِبَارَةُ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌ عَنْ تَصْدِرُ اْلاَفْعَالَ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ.
Dari pengertian
diatas baik secara bahasa maupun secara istilah,dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah sifat yang meresap dalam jiwa seseorang yang kemudian menjadi
kepribadian yang di tampilkan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bentuk perbuatan, perbuatan tersebut
timbul secara spontan, tanpa pertimbangan atau dibuat-buat.
Etika (etimologi) berasal dari
bahasa Yunani ”ethos” yang berarti
watak kesusilaan atau adap, edentik dengan perkataan moral yang berasal dari
bahasa latin “Mores” yang berarti
juga adap atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian
sehari-hari ada sedikit perbedaan moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan
yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai pengkajian sistem sistem
nilai-nilai yang ada.[37]
Kemudian ada
lagi mengamalkan perilaku dengan sikap dan susila. Sikap merupakan produk dari
proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai rangsangan yang
diterimanya. Susila adalah sopan, beradap, dan baik budi bahasanya.
Demikian
gambaran sekilas tentang istilah-istilah yang terkadang disamakan dengan
perilaku. Jadi pembentukan perilaku merupakan hal yang penting dalam ajaran
Islam. Islam menyatakan perilaku mulia, baik perilaku terhadap pencipta,
manusia, lingkungan dan terhadap diri sendiri: perilaku yang baik yang dimiliki
seorang muslim seperti berbakti kepada orang tua, menghormati guru, jujur,
rajin, dan lain-lain, pada akhirnya akan menciptakan keserasian dan kebahagiaan
hidup.
Dengan demikian
perilaku merupakan cermin kepribadian dalam kehidupan, baik dalam kehidupan
pribadi, masyarakat maupun kehidupan beragama.
J.P. Chaplin,
dalam Dictionary of psychologi, mengisyaratkan
adanya beberapa macam pengertian tingkah laku. Menurut Chaplin, tingkah laku
itu merupakan sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan jawaban
atau balasan yang dilakukan organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu
gerak atau kompleks gerak gerik, dan secara khusus tingkah laku juga bisa
berarti suatu perbuatan atau aktivitas.
Sementara itu,
Budiarjo berpendapat agar berbeda dari pendapat diatas, menurutnya tingkah laku
itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan yang dibuat oleh sejumlah
makhluk hidup. Dalam hal ini, tingkah laku itu walaupun harus mengikutsertakan
tanggapan pada suatu organisme termasuk yang ada di otak, bahasa, pemikiran,
impian-impian harapan dan sebagainya, tetapi ia juga menyangkut mental sampai
pada aktivitas fisik. Pendapat yang dilontarkan oleh Budiarjo ini sangat
menarik, karena sesungguhnya yang disebut tingkah laku itu bukan saja aspek
fisik semata, melainkan juga aspek psikis atau mental.
Dari pengertian
pembelajaran dan perilaku tersebut di atas dapat diterangkan bahwa pembelajaran
perilaku adalah suatu proses atau upaya membentu perilaku yang di inginkan
dengan menyediakan linkungan agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan
tingkah laku pembelajaran.
Pembelajaran
merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas
banyak komponen. Masing-masing komponen tidak bersipat parsial (terpisah) cara
teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkelanjutan. Untuk itu
diperlukan pengelolaan pembelajaran lebih baik demi tercapai tujuan pendidikan.
D.
Beberapa Bentuk Pendidikan Akhlak
Ada beberapa bentuk bimbingan pendidikan Akhlak yang sangat oerlu di
ajarkan kepada peserta didik sejak ia duduk di bangku Sekolah. Diantaranya
dalah sebagai berikut:
1.
Pendidikan Jujur
Banyak persoalan yang terjadi di Negara
Kita saat ini antara lain disebabkan oleh semakin menipisnya kejujuran. Bahkan,
dapat diaktan bahwa kejujuran termasuk salah satu sendi utama yang bisa
menopang tegaknya sendi-sendi kehidupan. Sebagai contoh, pejabat yang tidak jujur
menyebabkan ia korupsi, pelajar yang tidak jujur menyebabkan ia sering menyontek, serta masih
banyak contoh persoalan lainya yang akarnya berasal dari hilangnya sikap jujur.
Mengingat kejujuran merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki oleh semua
lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah-sekolah untuk menanamkan sikao ini
kepada paar peserta didik agar mereka memhaami pentingnya bersikap jujur.
2.
Disiplin
Tidak sedikit guru yag merasa kewalahan
dalam menghadapi peserta didik yang sulit di atur, cenderung membantah saat
dinasehati, dan sering kali melakukan pelanggaran. Menghadapi keaadaan semacam
ini, maka tidak heran jika ada diantara guru yang menggunakan jalan kekerasan
untuk menanamkan sikap disiplin pada peserta didiknya.
Menipisnya atau bahkan hilangnya sikpa
disiplin pada peserta didik memang merupakan masalah serius yang dihadapi oleh
dunia pendidikan. Dengan tiadanya sikap disiplin, tentu saja proses pendidikan
tidak akan berjalan secara maksimal, sehingga keadaan itu akan menghambat tercapainya
cita-cita pendidikan.
Akibat lain yang bakal ditimbulkan oleh
peserta didik yang karakter disiplinnya kurang terbangun dengan baik adalah
terpupuknya kebiasaan dan kecenderungan untuk berani melakukan berbagai
pelanggaran, baik disekolah maupun diluar sekolah. Hal ini tentu saja
dapat mendatangkan masalah tersendiri
bagi peserta didik yang bersangkutan. Maka, tidak heran apabila saat ini kita
sering menyaksikan ada peserta didik yang terlibat narkoba, seks bebas, merapok serta bentuk kejahatan lainnya.
3.
Percaya Diri
Percaya diri merupaka sebuah kekuatan
yang luar biasa. Percaya diri laksana reaktor yang membangkikat segala energi
yang pada diri seseorang untuk mencapai sukses. Sebagai generasi penerus
Bangsa, sikap percaya diri sangat penting ditanamkan kepada peserta didik agar
ia tumbuh menjadi sosok yang mampu mengembangkan potensi dirinya.
4.
Peduli
Sikap peduli terhadap orang lain
merupakan sikap yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia, terutama saat
Bangsa ini banyak mengalami musibah dan Bencana. Namun, untuk menumbuhkan rasa
kepedulian, kita tidak perlu menunggu bencana terjadi. Sebab, setiap saat,
selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita.
Kepedulian merupakan sikap yang tidak
bisa tumbuh dengan sendirinya. Sebab, diperlukan laithan, pengenalan, dan
penanaman yang intens, sehingga nilai-nilai kepedulian tersebut akan tumbuh dan
berakar kuat paad diri seseorang.
Mengingat sedemikian pentingnya rasa
kepedulian tersebut, maka sudah seharusnya guru maupun orang tua menamkan
nilai-nilai kepedulian pada peserta didik sejak ia masih dini.
5.
Mandiri
Mempunyai
peserta didik yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru. Sebab, dengan
sikap itu, proses belajar yang jalani peserta didik akan menjadi lancar
sehingga guru dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang mandiri
bisa melayani kebutuhannya sendirisekaligus bartanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.
6.
Tegas
Ketegasan
merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik. Sikap ini
diperlukan olehnya dalam menjalani pergaulan, terutama agar ia mampu memutuskan
hal yang benaar dan keliru. Ketegasan juga diperlukan supaay ia bisa menyatakan
sesuatu yang ia inginkan tanpa harus melukai perasaan orang lain sekaligus
dapat memilih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan.
Secara
psikologis, ketegasan bisa membuat peserta didik merasa lebih percaya diri dan
menghargai dirinya sendiri. Sebab, ia juga memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan baik. Selain itu, ketegasan juga akan membuatnya menjadi
pandai menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam hidupnya, lihai
mencari solusi terbaik bagi dirinya, serta terampil dalam memilih prioritas,
sehingga ia mengetahui hal yang penting mapun tidak penting untuk dipikirkan.
7.
Bertanggung Jawab
Rasa
tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan
diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik, baik ada masa pra
sekolah maupun sekolah. Peserta didik yang terlatih atau didalam dirinya sudah
tertanam nilai-nilai tanggug jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang
bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktifitasnya. Kesungghan dan
tanggung jawab inilah yang akhirnya daat mengantarkannya dalam mencapai
keberhasilan seperti yang diinginkan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini
adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, yakni “pendekatan yang lebih menekankan analisisnya
pada proses penyimpulan deduktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”.[38]
Metode penelitian yang
dipakai adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha
untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya.[39]
Penelitian ini
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah
untuk dipahami dan disimpulkan.
B. Subjek dan Objek
Penelitian
Subjek penelitian ini
adalah 1 orang guru Pendidikan Agama Islam dan 1 Orang Guru Bimbingan Konseling di kelas 1 Sekolah Menengah
Atas Negeri 1Kuaro
Kabupaten Paser.
Objeknya adalah peran Guru Bimbingan Konseling
(BK) dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membimbing Akhlak peserta
didik seperti: jujur, Disiplin,
Percaya Diri, Peduli, Mandiri, gigih, bertanggung jawab, serta faktor yang mempengaruhinya.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
a. Data Pokok
1) Data tentang Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) Dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dalam Membimbing Akhlak Peserta didik, yang meliputi:
a) Jujur
b) Disiplin
c) Percaya Diri
d) Peduli
e) Mandiri
f) Gigih
g) Tegas
h) bertanggung Jawab
2) Data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi peran guru Bimbingan Konseling dengan Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Membimbing Akhlak siswa, yang meliputi:
a) Guru, yang penulis maksud ialah Guru Bimbingan Konseling dan Guru
Pendidikan Agama Islam serta kebijakan pendidikan dalam mengedepankan aspek
moral dan tingkah laku yang berperan membimbing akhlak Peserta didik di SMAN 1
Kuaro Kabupaten Paser .
b) Siswa, yang penulis maksud ialah para peserta didik yang berada dalam
ruang lingkup SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser yang membutuhkan bimbingan dari Guru
Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama Islam agar bisa membimbing meraka
dengan keteladanan guru agar peserta didik mempunyai akhlak yang baik.
c) Lingkungan, sebagaimana halnya dunia pendidikan pada umumnya,
pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang mengisyaratkan keterlibatan banyak
pihak didalamnya, tidak bisa menyerahkan tugas dalam rangkan mengembangkan
akhlak peserta didik, hanya semata-mata kepada Guru. Sebab, setiap peserta
didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda, yang ikut menentukan
kepribadian dan akhlaknya. Oleh karena
itu yang penulis maksud disini adalah Lingkungan sekitar SMAN 1 Kuaro Kabupaten
Paser yang meliputi Sarana dan Prasarana, Keadaan Sekitar SMAN 1 Kuaro
Kabupaten Paser, orangtua, dan masyarakat yang seharusnya memiliki
keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Data
Penunjang
1) Sejarah
berdirinya SMAN 1 Kuaro.
2) Keadaan guru dan
siswa.
3) Sarana dan
prasarana sekolah.
2. Sumber Data
a. Responden, yaitu
1 orang guru mata pelajaran PAI dan 1 Orang
Guru Bimbingan Konseling, seluruh siswa kelas 1 Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Kuaro Kabupaten Paser.
b. Informan, yaitu
kepala sekolah dan staf Tata Usaha.
c. Dokumen, yaitu
catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi.
Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan untuk
mengumpulan data yang diperlukan. Di antaranya mengenai proses belajar mengajar
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mengamati situasi dan kondisi sekolah serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
2. Wawancara.
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data penunjang. Penulis mengadakan
tanya jawab langsung secara lisan kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan staf tata usaha.
3. Dokumentasi.
Teknik ini digunakan untuk menggali data-data melalui catatan-catatan atau
arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No.
|
Jenis Data
|
Sumber Data
|
TPD
|
1
|
Data pokok:
a. Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) Dengan Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Akhlak Siswa, yaitu:
1) Jujur
2) Disiplin
3) Percaya Diri
4) Peduli
5) Mandiri
6) Gigih
7) Tegas
8)
Bertanggung Jawab
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Guru Bimbingan
Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membimbing Akhlak Para
siswa.
1) Guru
2) Siswa
3) Lingkungan
|
Guru, siswa, dan dokumen.
Guru, siswa, dan dokumen.
|
Observasi, dan wawancara.
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
|
2.
|
Data Penunjang:
Gambaran umum lokasi penelitian
a. Sejarah berdirinya sekolah.
b. Keadaan guru, dan siswa.
c. Sarana dan prasarana sekolah.
|
Kepala sekolah, staf TU dan dokumen.
|
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
|
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan teknik sebagai berikut:
1.
Editing, yaitu penulis mengecek kembali
data-data yang sudah terkumpul, apakah masih ada yang kurang atau belum
terjawab dari teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan.
2. Klasifikasi.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan data sesuai dengan jenis data
yang dikumpulkan.
3. Interprestasi
Data. Kegiatan ini dilakukan untuk menafsirkan data-data yang disajikan.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini semua data yang digali di lapangan
akan diuraikan dalam bentuk data kualitatif dan analisis dengan cara deskriptif
kualitatif, kemudian mengambil kesimpulan dengan metode induktif yaitu yang
bersfat khusus kemudian dibuat kesimpulan bersifat umum.
G. Prosedur
Penelitian
Ada beberapa tahapan yang akan dilalui dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Tahap Pendahuluan
a. Penjajakan
awal ke lokasi penelitian.
b. Berkonsultasi
dengan pembimbing dan mengajukan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
a. Melaksanakan seminar proposal.
b. Revisi proposal dan meminta surat perintah riset.
c. Menyampaikan surat riset kepada pihak-pihak
yang berwenang.
3. Tahap Pelaksanaan.
a. Menghubungi responden dan informan untuk
menggali data.
b. Pengumpulan data di lapangan.
c. Pengelolaan dan analisis
data.
4. Tahap Penyusunan Laporan.
Pada tahap ini,penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang telah ada
ditulis dalam bentuk skripsi, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
skripsi untuk dikoreksi dan diadakan perbaikan, selanjutnya diperbanyak dan
dibawa ke sidang munaqasyah skripsi untuk dipertahankan.
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian (Profil Sekolah)
1. Visi
a.
Terwujudnya
peserta didik yang berprestasi, terampil, mandiri, dan berahlak yang berwawasan
lingkungan dan bermanfaat bagi bangsa dan Negara.
2. Misi
a.
Meningkatkan
efektifitas pembelajaran dan bimbingan
b.
Melakukan
pembinaan dalam bidang ekstrakurikuler secara intensif
c.
Menumbuhkan penghayatan
agama dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari
d.
Menumbuhkan
sikap disiplin dan bertanggung jawab dalam masyarakat
e.
Mengembangkan
IPTEK untuk siap memasuki era globalisasi
f.
Meningkatkan
kesadaran pemeliharaan lingkungan.
3. Tujuan Sekolah
a.
Meningkatkan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran yang inovatif
b.
Meningkatkan
kualitas lulusan yang diterima di PTN
c.
Membina siswa
dalam bidang ekstrakurikuler
d.
Membina Siswa
dengan cara Melaksanakan Tata Tertib Sekolah secara konsisten
e.
Meningkatkan
Penguasaan IPTEK
f.
Mewujudkan
peserta didik yang sadar lingkungan.\
4. Letak geografis
a.
Letak geografis
sekolah terletak di Segitiga Emas Kabupaten Paser sehingga mudah dijangkau oleh
Masyarakat Kabupaten Paser dengan garis koordinat: Garis Bujur : 116.05’.30”
dan Garis Lintang : -1.48’.27”.
b.
Jumlah sekolah
pendukung sebanyak 6 SMP dan 1 MTs
c.
Lingkungan
Keamanan sekolah terjamin
d.
Dukungan
masyarakat sekitar cukup baik.
5. Jumlah Ekstra Kurikuler
Lampiran 5 : Surat
Keputusan Kepala SMA NegerI 1 Kuaro
Nomor : 802/038/SMA1
K/VII/2014
Tanggal : 11 Juli 2014
6. Pembagian Tugas
Guru Pembina kegiatan Siswa /Ekstrakurikuler
Tabel 4. 1 SMA Negeri 1 Kuaro
Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
|
JENIS KEGIATAN
|
NAMA GURU
|
1
|
OLIMPIADE KIMIA
|
GIONO, S.Pd.
|
2
|
OLAHN RAGA
|
Drs. SYAMSUDIN
|
3
|
JURNALISTIK
|
ENDAH SETIA RINI, S.Pd
|
4
|
DRUM BAND
|
DEWI PADMIARSIH, S.Pd.
|
5
|
OLIMPIADE BIOLOGI
|
GABRIEL HOING, S.Pd.
|
6
|
OLIMPIADE EKONOMI
|
NURULLAH BAHA UDIN, S.Pd.
|
7
|
OLIMPIADE FISIKA
|
FITRIYANA DIAN P, S.Pd.
|
8
|
OLIMPIADE MATEMATIKA
|
HERLINA ANDU, S.Hut., S.Pd.
|
9
|
OLIMPIADE GEOGRAFI
|
LIRWONO, S.Pd.
|
10
|
KEAGAMAAN
|
NORMAILA, S.Ag.
|
11
|
ENGLISH CLUB
|
ADES TARIWANTY, S.Pd.
|
12
|
CERDAS CERMAT UUD 1945
|
FATHUR RAHMAH, S.Ag.
|
13
|
KARYA ILMIAH REMAJA
|
GIONO, S.Pd.
|
14
|
PRAMUKA
|
BUDI RAHMAN.
|
15
|
HABSY
|
ASRUL
AMZAR
|
Ditetapkan di : Kuaro
Tanggal
:11 Juli 2013
KepalaSekolah,
Kusnianto, S.Pd., MM.
NIP
19690920 199401 1 001
7. SEJARAH SEKOLAH
SMA
Negeri 1 Kuaro didirikan melalui Surat Keputusan Bupati Paser Nomor
420/KEP-535/2008 tentang Pendirian Sekolah Negeri Di Lingkungan Dinas
Pendidikan Kabupaten Paser. Akan tetapi kegiatan operasional sekolah telah
berjalan sejak tahun pelajaran 2006/2007. Pada awal kegiatan belajar mengajar
dan administrasi masih bergabung dengan SMP Negeri 1 Kuaro, yang beralamat di
Jalan Raya Negara KM 113 Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser dengan kegiatan
sekolah reguler aktif pada sore hari. Yang dipimpin oleh Bapak Waluyo Abu
Saputro, M.Pd.
SMA
Negeri 1 Kuaro yang pada tahun pelajaran 2007/2008 kegiatan operasional belajar
mengajar dan administrasinya dipindahkan ke lokasi yang yang sebenarnya dengan
alamat jalan Pattimura Desa Padang Jaya Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser dan
dipimpin oleh Bapak Kusnianto, S.Pd.,MM. telah memiliki 12 ruang belajar dengan
jumlah siswa 368 orang dan 23 orang tenaga pengajar serta 9 orang tata usaha
dengan fasilitas penunjang pendidikan diantaranya perpustakaan dengan jumlah
buku-buku pelajaran baik kuantitas maupun kualitasnya terus ditingkatkan.
Adapun
komposisi kepala sekolah, guru dan tata usaha di SMA Negeri 1 Kuaro dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel
4. 2
Komposisi Kepala Sekolah dan Guru Berdasarkan Jenjang
Kepangkatan .
No.
|
Uraian/Jabatan
|
PNS Golongan
|
GTT/
PTT
|
JUMLAH
|
||
II
|
III
|
IV
|
||||
1
|
Kepala Sekolah
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
2
|
Guru
|
0
|
13
|
2
|
7
|
22
|
|
Jumlah
|
0
|
13
|
3
|
7
|
23
|
Sumber data olahan SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser
Berdasarkan
data pada tabel 1, dapat disimpulkan bahwa golongan kepangkatan kepala sekolah
adalah golongan IV, Jumlah guru seluruhnya 23 orang dengan perincian jumlah
guru pegawai negeri sipil (PNS) 13 orang golongan III dan 2 orang golongan IV,
sedangkan guru tidak tetap (GTT) 7 orang.
Tabel 4. 3
Komposisi Kepala Sekolah, Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
|
Uraian/Jabatan
|
Tingkat Pendidikan
|
||||||
SLTP
|
SLTA
|
D1
|
D2
|
D3
|
S1
|
S2
|
||
1
|
Kepala Sekolah
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
2
|
Guru
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
22
|
0
|
Jumlah
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
22
|
1
|
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pendidikan kepala
sekolah adalah S2, dan guru berpendidikan S1 sebanyak 22 orang.
8. Struktur Organisasi dan
Mekanisme Kerja Institusi
Struktur organisasi ialah pola formal tentang bagaimana
orang dan pekerjaan dikelompokkan. “Struktur sering digambarkan dengan suatu
bagan organisasi” (Sofyandi,2004:14). “Bagan organisasi sebagai perwujudan
struktur organisasi, melukiskan tata-pembagian, tata-hubungan kerja formal
antara unit-unit kerja dan antara pejabat-pejabat yang akan diserahi tanggung
jawab atas penyelesaian tugas-tugas unit” (Sabardi,2001:89). Faktor utama yang
mempengaruhi perencanaan struktur organisasi adalah “strategi atau rencana
untuk mencapai tujuan, teknologi yang digunakan untuk melaksanakan strategi,
orang yang dipekerjakan pada semua tingkat dan fungsinya serta ukuran
organisasi secara keseluruhan” (Sabardi,2001:88)
Untuk dapat bekerja secara efektif, SMA Negeri 1 Kuaro
menggunakan struktur organisasi lini/organisasi hirarki. Ciri utama organisasi
ini adalah “kekuasaan dan tanggung jawab yang berjalan dari pucuk pimpinan
sampai ke bawah menurut suatu garis vertikal” (Panglaykim,1986:114). Pimpinan
menguasai kendali atas seluruh bagian yang ada melalui pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab. Keunggulan organisasi ini adalah “adanya kesatuan perintah
dari atas sampai ke bawah, pimpinan dapat cepat mengambil keputusan, dan
pengawasan lebih mudan dan efisien” (Sabardi,2001:91).
Sesuai dengan SK Kepala SMA Negeri 1 Kuaro: Nomor
802/001/SMA1 K/VII/2014 tentang Susunan Personalia Pembantu Kepala Sekolah SMA
Negeri 1 Kuaro Tahun Pelajaran 2014/2015, Nomor 802/002/SMA1 K/VII/2014 tentang
Pembagian Tugas Mengajar Wali Kelas, Kepala Urusan, Guru Piket, dan Pembina
Kegiatan Siswa SMA Negeri 1 Kuaro Tahun Pelajaran 2013/2014, Nomor 802/003/SMAN
1 K/VII/2014 tentang Susunan Personalia Tata Usaha SMA Negeri 1 Kuaro Tahun
Pelajaran 2014/2015, Nomor 900/0500/SMAN 1 K/I/2014 tentang Susunan Panitia
Pengelola Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2014. Struktur
organisasi SMA Negeri 1 Kuaro dapat dilihat pada bagan dibawah ini:
B. Penyajian Data
Setelah peulis kemukakan
gambaran umum lokasi penelitian selanjutnya penulis akan menggambarkan dan
menyajikan data tentang peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) dalam membimbing Akhlak peserta Didik di SMAN 1 Kuaro
Kabupaten Paser.
1.
Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dengan Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Membimbing Akhlak Siswa di SMAN 1 Kuaro, yaitu :
a.
Jujur
Dari hasil wawancara dengan Guru BK dan Guru PAI,
diketahui bahwa, guru BK dan Guru PAI dalam hal pembinaan kejujuran kepada anak
didik mereka yang berada di kelas X SMAN 1 kuaro, dilakukan cukup baik, karena
guru BK dan Guru PAI menyadari penanaman kejujuran bagi peserta didik sejak di
bangku sekolah sangat penting. SMAN1 Kuaro telah menerapkan pendidikan
kejujuran kepada peserta didik mereka yang berada. Dari hasil wawancara
penuturan Guru BK dan guru PAI mengatakan bahwa : Meskipun demikian, membentuk
Karakter jujur pada peserta didik tidak dapat dilakukan dengan cara yang
instan. Sebab menurut beliau, dalam melakukan penerapan dan pembinaan akhlak
pada peserta didik diperlukan proses yang panjang dan konsisten agar bisa
menanamkan sikap jujur sehingga sikap tersebut mampu benar-benar menjadi akhlak
setiap peserta didik.
b.
Disiplin
Dari hasil wawancara dan observasi dengan Guru BK dan
guru PAI, diketahui bahwa, guru PAI dan
guru BK dalam hal membentuk sifat disiplin pada peserta didik dilakukan
dengan cukup baik, dalam hal ini Guru BK da Guru PAI melakukan beberapa hal
untuk membentuk kedisiplinan peserta didik diantaranya adalah Guru PAI dan Guru
BK membuat kesepakan-kesepakatan dengan peserta didik selama ia berada di
lingkungan Sekolah, seperti kesepakatan untuk tidak membuang sampah
semabarangan tempat, tidak membuat gaduh, masuk tepat waktu, dan mematuhi
berbagai peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Terkait hal ini Guru BK dan
Guru PAI bekerjasama dan selalu berkordinasi dengan Kepala Sekolah dan
Guru-guru lainnya agar perencanaan berjalan dengan lancar dan mencapai hasil
yang diinginkan. Dalam hal ini guru PAI dan Guru BK melakukannya dengan
Konsisten.
Setelah kesepakan antara Guru dan peserta didik
tercipta, Guru BK dan Guru PAI selalu berusaha Konsisten dengan cara tidak
mengubah kesepakatan itu, apalagi demi kepentingannya. Guru BK dan Guru PAI
bersikap Konsisten dalam mematuhi peraturan agar dapat menumbuhkan sikap
disiplin peserta didik di SMAN 1 Kuaro Kabupatan Paser.
c.
Percaya Diri
Percaya diri meruapkan sebuah kekuata yang luar biasa.
Percaya diri laksana reaktor yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri seseorang untuk mencapai
sukses. Sebagai generasi penerus Bangsa, sikap percaya diri sangat penting
ditanamkan pada peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang mampu
mengembangkan potensi dirinya.
Dari hasil observasi dan
wawancara dengan Guru PAI dan Guru BK terkait masalah pembinaan akhlak agar
menghasilkan kepercayaan diri peserta didik Kelas 1 di SMAN 1 Kuaro, ada
beberapa cara yang dilakukan Guru PAI dan Guru BK untuk membangun karakter
percaya diri pada peserta didik:
Memberi pujian atas setiap
pencapaian, sesederhana apa pun yang dilakukan oleh peserta didik, namun jika
itu bernilai kebaikan, Guru PAI dan guru BK selalu memberikan apresiasi berupa
pujian. Karena menurut penuturan beliau, jika pujian itu diberikan dan dilakukan
dengan tulus, apresiasi itu akan menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta
didik pada umumnya dan yang lebih khusus kepada peserta didik yang berada di
Kelas X SMAN 1 Kuaro.
d.
Peduli
Dari hasil wawancara dan
Observasi diketahui bahwa Guru PAI dan Guru BK dalam memberikan Bimbingan
Akhlak kepada peserta didik yang berada di Kelas X SMAN 1 Kuaro dengan bentuk
bimbingan peduli kepada sesama dilakukan sangat baik, karena Guru PAI dan Guru
BK di dukung Penuh oleh Kepala Sekolah dan di Bantu oleh Guru-guru yang lain
dengan saling berkoordinasi yang sangat baik, menurut mereka sikap peduli
terhadap orang lain merupakan sikap yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa
Indonsia, terutama saat bangsa ini mengalami musibah dan bencana. Dari hasil
penuturan Guru PAI dan Guru BK, sikap kepedulian yang ditanamkan kepada peserta
didik tidak hanya menunggu bencana datang, tetapi banyak hal yang lainnya juga,
sebab disekeliling kita setiap saat, selalu ada banyak hal yang meminta
kepedulian kita.
Dari hasil wawancara dan Observasi
dengan Guru PAI, mereka menuturkan bahwa untuk menumbuhkan sikap Peduli peserta
didik diperlukan latihan, pengenalan, dan penanaman yang intens, sehingga
nilai-ilai kepedulian tersebut akan tumbuh dan berakar kuat pada siri peserta
didik, kerana Guru PAI dan Guru BK menyadari bahwa sikap kepedulian tidak bisa
tumbuh dengan sendirinya.
e.
Mandiri
Mempunyai peserta didik yang
mandiri memang merupakan dambaan setiap guru. Sebab, dengan sikap itu, proses
belajar yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancar sehingga guru juga
dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang mandiri bisa melayani
kebutuhannya sendiri sekaligus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Dari hasil Observasi dan
wawancara dengan Guru PAI dan Guru BK, dikethui bahwa Guru Pai dan Guru BK
dalam memberikan bimbingan sikap mandri dilakukan dengan cukup baik. Guru BK
dan Guru PAI dalam membentuk sikap mandiri peserta didik, ada beberapa langkah
yang meraka lakukan, diantaranya:
Guru PAI dan Guru BK
memberikan keterampilan untuk mengurus diri sendiri. Guru PAI dan Guru BK menerapkan prinsip ini
dengan cukup baik di SMAN 1 Kuaro. Guru BK dan Guru PAI biasanya dengan
menggunakan cara meminta peserta didik untuk membuat jadwal hariannya di rumah
dan di sekolah. Setelah itu, Guru PAI dan Guru BK mengarahkan peserta didik
agar menaati jadwal yang telah dibuatnya sendiri.
f.
Gigih
Dari hasil observasi dan
wawancara diketahui bahwa guru PAI dan Guru BK, terkait masalah memberikan
bimbingan sikap gigih kepada peserta didik dilakukan cukup baik, karena guru
PAI dan Guru BK di Kelas X SMAN 1 Kuaro menyadari pentingnya sikap gigih
dimiliki peserta didik agar kelak peserta didik mencapai keberhasilan dalam
hidupnya.
Saat ini, peserta didik dari
semua jenjang pendidikan perlu diajarkan nilah kegigihan. Kegigihan adalah
semangat pantang menyerah yang diikuti keyakinan kuat dan mantap untuk mencapai
impian dan cita-cita. Dalam kenyataannya, nilai-nilai tersebut sangat dibuthkan
oleh semua orang agar mereka selalu memiliki semangat yang besar dan tidak
mudah putus asa dalam mencapai
cita-cita.
Fakta menunjukkan bahwa
kegagalan yang dialami oleh seseorang diantara lain disebabkan oleh tidak
adanya sikap gigih dalam berusaha. Padahal, banyak penelitian yang
mengungkapkan bahwa kunci penting keberhasilan seseorang adalah kegigihan,
pantang menyerah, dan tersu mencoba.
Dari hasil wawancara dan observasi dengan Guru PAI dan
Guru BK, Mereka menuturkan bahwa ada beberapa cara yang ditempuh oleh Guru PAI
dan Guru BK dalam menumbuhkan karakter gigih pada peserta didik mereka di SMAN
1 Kuaro adalah sebagai berikut:
Membantu peserta didik untuk membuat terget pecapaian
yang realistis. Karena guru PAI dan Guru BK Menyadari bahwa tumbuhnya sikap
mudah menyerah pada diri seseorang dikarenakan terget (pencapaian) yang harus
dicapainya terlalu berat dan sulit digapai. Terkait itu, Guru PAI dan Guru BK,
memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa perlu dipahami bahwa peserta
didik berada pada fase berlatih untuk menjadi gigih. Oleh karena itu, guru PAI dan
Guru BK meminta kepada peserta didik untuk membuat target-target yang mudah
diraih dan sekaligus mendorong para peserta didik agar ia mencapai target
tersebut.
g.
Tanggung Jawab
Rasa
tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan
diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik., baik pada masa
pra sekolah maupun sekolah. Peserta didik yang yang terlatih dalam dirinya
sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi
yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktifitasnya. Kesunggguhan
dan tangggng jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkannya dalam mencapai
keberhasilan seperti yang diinginkan.
Dari hasil obesrvasi dan wawancara diketahui bahwa guru
PAI dan Guru BK dapat menjadi contoh nyata bagi peserta didik dalam hal
ketegasan, ketegsan guru PAI dan Guru BK terlihata ketika beliau menjaga sikap
disiplin dan ketaatannya terhadap peraturan sekolah.
C.
Analisis Data
Berdasarkan
data yang disajikan di atas berupa data-data hasil penelitian, maka daapt
diuraikan sebagai berikut:
1.
Data tentang Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membimbing Akhlak Peserta Didik di SMAN 1
Kuaro Kabupaten Paser.
a.
Jujur
Dari
hasil wawancara dan observasi dengan guru PAI dan Guru BK, diketahui bahwa guru
PAI dan Guru BK dalam hal memberikan bimbingan akhlak dengan menanamkan sifat
jujur kepada peserta didik yang berada di kelas X SMAN 1 Kuaro adalah dengan
melakukan beberapa hal untuk membangun sifat jujur pada peserta didik
diantaranya sebagai berikut:
Guru
PAI dan Guru BK dibimbing oleh Kepala Sekolah dan dibantu oleh Guru-guru yang
lain memberikan pemahaman yang memadai tentang makna kejujuran karena menurut
mereka dirasa sangat sulit menanamkan sikap jujur kepada peserta didik apabila
dewan guru tidak memberikan pemahaman yang baik kepada anak peserta didik.
Guru
PAI dan Guru BK beserta Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang lainnya sangat
menyadari bahwa selama ini, kejujuran menjadi hampir jargon-jargon politik dan
sekedar sebagai poin pembahasan dalam beberapa mata pelajaran, seperti
pelajaran Agama dan lain sebagainya.
Dengan
ungkapan lain, peserta didik sekedar mengerti bahwa salah satu ciri orang yang
baik adalah bersikap jujur. Sayangnya, ia kurang memahami alasan seseorang
harus bersikap jujur, pengaruhnya terhadap berbagai hal, serta cara menumbuhkan
sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari.
Akibatnya,
tema kejujuran berhenti sebatas pemahaman yang dilafalkan, namun tidak sampai
pada tahap pengahayatan dan pengamalan.
Dari
hasil observasi dan wawancara, diketahui juga bahwa di SMAN 1 Kuaro Kabupatan
Paser menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur. Karena
mereka menyadari dalam hal membentuk sikap jujur pada peserta didik memang
tidak bisa dilakukan sekedar menyampaikan materi kepadanya. Hal inilah yang
membuat pihak sekolah SMAN 1 Kuaro menyediakan alat bantu yang dapat mendukung
terciptanya iklim kejujuran pada diri peserta didik yang berasa di SMAN 1
Kuaro.
Dalam
hal ini, sangat menarik yang di lakukan oleh SMAN 1 Kuaro dalam mengajarkan dan
menumbuhkan karakter jujur pada peserta didik. Untuk merangsang terbentuknya
karakter jujur, sekolah ini membuat “kotak kejujuran”. Kota tersebut merupakan
sebuah wadah untuk barang-barang yang ditemukan di sekitar sekolah SMAN 1
Kuaro, mulai dari Dasi, Kopiah, hingga uang. Peserta didik atau perangkat
sekolah SMAN 1 Kuaro yang menemukan barang berharga dilingkungan Sekolah
diwajibkan untuk memasukkannya kedalam kotan kejujuran ini. Sehingga, jika ada seseorang yang merasa
kehilangan, ia bisa langsung melihat ke kotak tersebut, dengan seizin guru yang
menjaganya.
Ketegasan
merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik, ini pula
yang ditanamkan oleh Guru PAI dan Guru BK di SMAN 1 Kuaro. Karena sikap
tanggung jawab ini sangat diperlukan oleh peserta didik dalam menjalani
pergaulan, terutama agar ia mampu memutuskan hal yang benar dan keliru.
Ketegasan juga diperlukan supaya ia bisa menyatakan sesuatu yang ia inginkan
tanpa harus melukai perasaan orang lian sekaligus dapat memilih untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu perbuatan.
Alat
lainnya yang disediakan oleh pihak Sekolah SMAN 1 Kuaro dalm menumbuhkan sikap
jujur pada diri peserta didik adalah dengan membuat buku Kontak Bina Prestasi
(kobinasi). Buku tersebut merupaakn buku catatan yang memuat beberapa kegiatan
peserta didik selama berada di rumah, kemudian dilaporkan di Sekolah.
Tujuan
pembuatan Buku ini adalah memantau kegiatan keagamaan peserta didik selama ada
dirumah, seperti salat lima waktu dan mengaji Al-Qur’an,. Buku tersebut berisi
catatan tentang kerajinan ibadah peserta didik yang harus ia isi sendiri,
sehingga bisa melatih sikap jujur dan kedisiplinannya, bahkan saat diluar
sekolah sekalipun.
Diketahui
juga bahwa, ketika di Sekolah, guru merupakan panutan bagi peserta didik, yang
segala gerak gerik dan sikapnya langsung terlihat oleh peserta didik. Oleh
karena itu, untuk menumbuhkan sikap jujur pada dirinya, dewan Guru SMAN 1 Kuaro
memberikan contoh yang konkret dengan cara berusaha bersikap jujur dan disiplin
dalam setiap kegiatan dan kesempatan.
Diketahui
juga, bahwa di lingkungan SMAN 1 Kuaro, guru PAI dan Guru BK beserta dean Guru
yang lainnnya selalu berusaha membangun keterbukaan dengan peserta didik. Jika
ada peserta didik yanag melakukan pelanggaran, Guru PAI dan guru BK
bekerjasaman dengan Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang lainnya menegur dengan
cara menunjukkan letak kesalahannya. Sedapat mungkin, guru PAI dn guru BK tidak
menutupi kesalahan yang dilalakukan oleh peserta didik dengan alasan apapun.
Sebab, kalau hal ini diterapkan akan menjadikan peserta didik selalu merasa
aman saat berbuat kesalahan.
Diketahui
juga bahwa, cara lain yang dilakukan Guru PAI dan Guru BK untuk mendorong
peserta didik agar bisa bersikap jujur adalah tidak bereaksi berlebihan bila ia
berbohong. Guru PAI dan Guru BK selalu bereaksi wajar sekaligus membantunya
agar berani mengatakan kebenaran.
b.
Disiplin
Dari
hasil wawancara dan Observasi diketahui bahwa, Guru PAI dan Guru BK dalam
membentuk akhlak Peserta didik dengan cara
membentuk sikap disiplin pada diri peserta didik dilakukan cukup baik.
Dalam hal ini ada beberapa hal yang dilakukan Guru PAI dan Guru BK, diantaranya
adalah:
Dalam
hal ini, guru PAI dan Guru BK membuat kesepakatan-kesepakatan dengan peserta
didik selama ia berada di lingkungan SMAN 1 Kuaro, seperti kesepakatan untuk
tidak membuang sampah di sembarang tempat, tidak membuat gaduh, masuk tepat
waktu, dan mematuhi berbagai peraturan yang telah ditetapkan di SMAN 1 Kuaro.
Setelah
kesepakatan antara Guru PAI, Guru BK dan peserta didik tercipta, guru PAI dan Guru BK selalu
berusaha Bersikap konsisten dengan cara tidak mengubah kesepakatan itu. Karena
dengan bersikap konsisten dapat menumbuhkan sikap disiplin dalam diri peserta
didik.
Cara
lain yang dilakukan oleh Guru PAI dan Guru BK dalam menanamkan sikap disiplin
pada peserta didik adalah membuat peraturan yang jelas. Peraturan yang jelas
dan sederhana bisa mempermudah peserta didik melakukannya.
Selain
itu, guru PAI dan Guru BK juga memperhatikan harga diri peserta didik. Seperti
jika ada peserta didik yang melakukan pelanggaran kedisplinan, guru PAI dan
Guru BK tidak menegurnya di depan orang banyak. Karena Guru PAI dan Guru BK menyadari
jika peserta didik ditergu didepan orang banyak akan membuatnya merasa malu dan
cendernung membuatnya selalu berusaha mempertahankan sikapnya.
Diketahui
juga bahwa, jika Guru PAI dan Guru BK bekerjasama dengan kesiswaan dalam hal
memberikan peraturan kepada peserta didik, selalu memberikan alasan-alasan yang
mudah dipahami tentang peraturan tersebut.
c.
Percaya Diri
Banyak
hal yang bisa Guru PAI dan Guru BK lakukan untuk menerapkan prinsip ini,
seperti menugaskan peserta didik menjadi pembawa acara, pemimpin rapat di
kelas, dan lain sebagainya.
Selain
itu, guru PAI dan Guru BK juga mengajari peserta didik agar selalu bersikap
ramah dan senang membantu orang, untuk mengajari peserta didik seperti itu,
guru PAI dan Guru BK pun juga melakukan hal yang sama terlebih dahulu agar
menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Dilain
hal, saat peserta didik melakukan suatu kesalahan, guru PAI dan Guru BK
biasanya mengubah kesalahan itu menjadi bahan baku demi kemaujuan peserta
didiknya. Sebagai contoh, jika ada peserta didik yang mendapat nilai raport
buruk, guru PAI dan BK tidak memarahinya, tetapi memberikan dorongan untuk
lebih mendalami mata pelajaran yang masih kurang dikuasainya hingga ia
memperoleh kemajuan.
d.
Peduli
Dalam
hal ini, guru PAI dan Guru BK Menanamkan sikap
Sopan kepada peserta didiknya dikelas. Dari sikap sopan
akan menimbulkan kepedulian sesamanya. Seperti peduli terhadap orangtua, dalam
hal ini guru PAI dan Guru BK membuat semacam buku catatan khusus bagi peserta
didik yang harus diisi olehnya berkenaan dengan wujud kepeduliannya terhadap
orangtuanya. Sebagai contoh, Peserta didik menuliskan jenis-jenis bantuan yang
diberikanya kepada orangtuanya saat berada dirumah sebagai wujud kepedulian
terhadap mereka.
e.
Mandiri
Dari
hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa, guru PAI dan Guru BK dalam hal
membentuk peserta didik agar tumbuh menjadi sosok yang mandiri, ada beberapa
langkah yang dialakukan oleh Guru PAI dan guru BK diantaranya adalah:
Memberi
bekal keterampilan untuk mengurus dirinya sendiri, guru PAI dan Guru BK
menerapkan prisnsip ini, misalnya dengan cara meminta peserta didik untuk
membuat jadwal harinnya dirumah dan di sekolah. Setelah itu, guru PAI dan Guru
BK mengarahkan agar ia menaati jadwal yang telah dibuatnya sendiri.
Selain
itu, guru juga membuat berbagai kgiatan sekolah yang bisa merangsang tumbuhnya
sikap mandiri pada peserta didik, seperti berkemah dan lainnys.
Hal
lain yang juga Guru PAI dan Guru BK terapkan adalah meminta kepada peserta
didik untuk membuat program kegiatan positif, yang sekiranya dapat dilaksanakan
olehnya sendiri, baik di sekolah maupun dirumah.
f.
Gigih
Dari
hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru PAI dan Guru BK dalam
membimbing peserta didik agar memiliki sifat gigih dilakukan cukup baik. Dalah
hal kegigiha guru membantu anak didik untuk membuat target pencapaian yang
realistis, karena guru PAI dan Guru BK menyadari bahwa tumbuhnya sikap mudah
menyerah pada diri seseorang dikarenakan target (pencapaian) yang harus
diraihnya terlalu berat dan sulit digapai. Terkait itu, perlu dipahami pula
bahwa peserta didik berada pada fase berlatih untuk menjadi gigih. Oleh karena
itu, guru meminta peserta didik untuk membuat terget-target yang mudah diraih
sekaligus mendorong peserta didik agar mencapai target tersebut.
Dari
hasil observasi diketahui juga bahwa guru PAI dan Guru BK sangat menyadari
bahwa target termasuk sarana belajar. Karena itulah Guru PAI dan guru BK sering
memotivasi dan membesarkan hati peserta agar ia terus berusahai dan tidak takut
mencoba lagi.
Dalam
hal ini guru PAI dan Guru BK menjelaskan mengenai manfaat yang bakal dirasakan
jika peserta didik bersikap gigih, dan juga menerangkan bahwa dalam setiap
usaha akan ada halangan dan hambatan yang harus dilalui oleh peserta didik.
Maka disinilah tujuan dari perlunya peserta didik memiliki sifat gigih agar ia
mampu melewati segala hambatan tersebut. Selain itu guru juga menghargai
keinginan meskipun peserta didik mengalami kegagalan tetapi Guru BK dan Guru
PAI selalu menunjukkan sikap Bangga atasnya.
g.
Tegas
Ketegasan
bisa dipelajari oleh setiap peserta didik; tidak peduli karakternya, baik
pendiam, pemalu, pemberani, dan lain-lain. Dan, untuk menanamkan karakter ini
peserta didik, ada beberapa langkah yang dilakukan guru PAI dan guru BK
bekerjasama dengan Kepala Sekolah dan Dewan guru yang laiinya. Diantaranya
sebagai berikut:
Guru
PAI dan guru BK selalu memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat
peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya, guru BK dan Guru PAI serig
melakuakan semacam Sharing bersama baik didalam kelas maupun diluar
kelas untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Diketahui
juga bahwa guru memberikan kesempatan selua-luasnya kepada peserta didik agar
ia bebas berekspresi dan bereaksi mengenai sesuatu yang tidak disukai ataupun
tidak diinginkannya.
h.
Tanggung Jawab
Dari
hasil wawancara dan observasi, khusus I Sekolah, mengenai nilai-nilai tanggung
jawab merupaka hal yang perlu ditanamkan oleh guru PAI dan Guru BK beserta
dewan guru yang lainya, karena guru menyadari pentingnya mengarahkan anak didik
menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang
dilakukan Guru PAI dan guru BK beserta dewan guru yang lainnya untuk menanamkan
rasa taggung jawab yang tinggi pada diri setia peserta didik. diantara adalah
sebagai berikur:
Di
SMAN 1 Kuaro, mempunyai peraturan-peraturan yang ditetapkan, seperti tata
tertib di dalam kelas, jadwal kebersihan, serta beberapa ketentuan lainnya.
Meskipun bagi peserta didik peraturan-peraturan tersebut merupakan hal yang
meungkin dinilai sederhana, tetapi Guru PAI dan Guru BK terus mendorongnya agar
menaati peraturan dengan penuh tanggung jawab.
Sebagai
contoh, jika ada murid yang tidak mengikuti jadwal piket kebersihan, guru BK
dan Guru PAI beserta dewan guru yang lainnya membrrikan teguran dan menjelaskan
bahwa sikap tersebut merupakan sikap tidak bertanggung jawab yang harus
dihilangkan. Guru juga mengatakan kepdanya bahwa tugas sederhana apa pun harus
dikerjakan olehnya sebagai suatu bentuk tanggung jawab.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
data yang disajikan di atas berupa data-data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Data tentang Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru
Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membimbing Akhlak Peserta Didik di SMAN 1
Kuaro Kabupaten Paser.
a.
Jujur
Dalam hal ini
guru PAI dan Guru BK dalam membimbing sifat jujur Peserta didik dilakukan cukup
baik karena Guru PAI dan Guru BK menyadari pentingnya menanam kejujuran bagi
peserta ddik dengan memberikan keteladanan yang cukup baik.
b.
Disiplin
Penanaman sikaf disiplin yang diajakan oleh guru PAI
dan guru BK dilakukan Baik, karena guru PAI dan guru BK selalu konsisten
memberikan pemahaman kepada peserta didik agar selalu bersifat disiplin.
c.
Percaya Diri
Guru BK dan Guru PAI sangat memperhatikan masalah
kepercayaan diri ini, mereka dalam hal membimbing peserta didik bisa di katakan
baik sekalai, karena guru sering memberikan tugas kepada peserta didik agar
berani tampil kedepan, seperti memimpin rapat dikelas, membawa acara dan lani
sebagainya.
d.
Peduli
Penanaman sikap
peduli pada peserta didik dilakukan sangat baik oleh guru PAI dan Guru BK.
e.
Mandiri
Guru PAI dan Guru BK selalu menerapkan prinsip agar
selalu memberikan bekal keterampilan kepada peserta didik agar bisa mengurus
dirinya sendiri baik di sekolah maupun dirumah. Ini dilakukan cukup baik oleh
guru PAI dan Guru BK.
f.
Gigih
Penanaman sikap
gigih pada diri peserta didik adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh Guru PAI
dan Guru BK. Seperti membantu peserta didik untuk membuat terget penacapain
yang realistis.
g.
Tegas
Ketegasan sangat diperlukan oleh peserta didik. Ini
pula yang diajarkan oleh guru BK dan Guru PAI untuk keberhailan anak didik di
masa mendatang.
h.
Tanggung Jawab
Guru PAI dan Guru BK memberikan pelajaran dan pemahaman
tentang tanggung jawab agar tertanam di hati peserta didik, dengan tujuan kelak
peserta didik tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan
berbagai aktifitasnya
B.
Saran-saran
1.
Diharapkan bagi seluruh dewan guru agar memberikan bimbingan dan
pemahaman tentang perbuatan yang baik dan membetuk akhlak agar menjadi peserta
didik yang berakhlakul karimah.
[1] Djamaludin Ancok, Psikologi Keluarga, ( Jakarta: PT Rosda
Karya, 1995), h, 35
[2] Somad Zawawi, dkk, Pendidikan
Islam, (Jakarta: Universitas Trisaktim2004), h, 10
[3] Fuad Ihsan, dasar-dasar
Kependidikan, (Jakarta: Renika Cipta, 2008) h, 23
[4] Depertemen Pendidik dan
Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h, 854
[5] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) I, (Bandung:
CV. Pustaka Setia, 1998) ,h, 9
[6] Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ihsan Baru van hope,
1994), Cet. 3, hal. 72
[7] Rochman Natawidjaja, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1987), h, 31
[8] Moh. Surya, Fungsi, Sasaran, dan Lingkup Bimbingan Konseling, ( Yogyakarta: CV
Andi Offset 1988), h, 12
[9] Prayitno, Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : PT Mizan Pustaka,
1983), h, 35
[10] Prayitno, Peranan Guru Sebagai pembimbing, (Bandung : PT Rosda Karya, 2004),
h, 99
[11] Dewa Ketus Sukardi, Nila
Kusmawati, Proses Bimbingan Dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h, 3
[12] Prayitno, Peranan Guru Sebagai Pembimbing,
(Bandung : PT Rosda Karya, 2004) h, 131
[13]
Rohcman Natawidjaja, Loc Cit, , h, 32
[14] Moh. Surya, Loc Cit, h, 38
[15]Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal,
(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2013), h, 18
[18] Dewa Ketut Sukardi, Desak Nila
Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h, 30
[19] Ibid, h, 31
[20] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam upaya mengefektifkan Pendididkan Agama Islam
di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), h, 75
[21] Ibid, h 76
[22] Ibid, h, 76
[23] GBPP PAI, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1994), h, 77
[24] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefekktifkan Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: PT Rosda Karya, 2012), h, 78
[26]Muhaimni, Loc Cit, h 138
[27] Ibid, h, 140
[28] W.J.S Poerwardarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1976), Cet Ke-5. H108..
[29] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), Cet Ke-3, h. 18
[30] Ibid.
[31] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet Ke-7, h.
239
[32] Ibid, h. 240
[33] Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia,2009), Cet Ke-1, h. 279.
[34] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, Op. Cit., h. 738.
[35]
Rahmat Djatmika, Sismatika Islam
(Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 24.
[36] Asmara AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pres,1992), h. 2
[37] Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Pres,
1987), h. 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar