Kamis, 26 Oktober 2017

“Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Akhlak Siswa di SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser”.BAB I SAMPAI BAB 5



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini, banyak terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik maupun sosial budaya. Dengan sendirinya segala perubahan tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan indidvidu. Perubahan yang begitu cepat memberikan konsekuensi bagi individu untuk dapat menyeseuaikan diri dengan tuntutan lingkungan yang makin lama makin meningkat. Demikian jud dengan keadaan di Indonesia, hal tersebut dapat di liha dari adanya perubahan nilai-nilai sosial budaya.
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini, generasi muda sebagaui tunas bangsa dan penerus cita-cita pembangunan perlu di perhatikan. Hal ini sejalan dengan posisi generasi muda sebagai kader Bangsa yang tangguh, ulet serta bertanggung jawab dalam melaksanakan tuga-tugas yang dibebankan pada mereka. Membentuk individu yang berkualitas dan matang baik secara intelekual, emosional, dan sosial bukan merupakan hal yang mudah dan dapat dicapai dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan suatu proses yang melibatkan peran lingkungan, mulai dari individu tersebut lahir sampai usia dewasa.
Peranan keluarga dalam pembinaan generasi muda cukup dominan. Pembentukan peilaku yang posisitif yanh harus dimiliki oleh seorang warga negara yang baik, bermula dari keluarga.[1]
Di sekolah banyak paraturan yang di susun menurut persepsi dan kehendk pengelola pendidikan, jarang sekali penyusunan peraturan tersebut dilakukian bersama dengan para remaja selaku murid. Ketidak setujuan pada perturan yang di susun tanpa melibatkan siswa, merupakan penyebab timbulnya ketidakpuasan yang terpendam pada diri para siswa. Melaksanakan suatu peraturan atau program yang di susun oleh orang lain tanpa keterlibatan mereka, sering menimbulkan perasaan terpaksa.
Umumnya banyak orangtua dalam mendampingi anak mereka yang tengah menginjak masa remaja, yaitu periode transisi antara masa anak akhir ke masa dewasa, lebih dari satu dekade, orang tua menyaksikan anak yang mereka asuh meperlihatkan tingkah laku, keterampilan, emosi, dan tata nilai yang telah mereka pelajari. Selama masa prasekolah dan masa sekolah, orangtua meras berat hati tapi juga bangga sewaktu mereka anak-anak mulai mandiri, bahkan meskipun anak-anak remaja ini masih minta dukungan keluarga, mereka mungkin sudah mulai sering menolak sebagian tata nilai dan tradisi yang sudah lama di anut keluarga itu.
Perubahan tingkah laku mndapat cukup banyak perhatian dalam psikologi perkembangan. Para ahli memperbincangkan arti batas-batas yang menyangkut perkembangan. Tidak semua perubahan akan berhubungan dengan perkembangan mental. Perubahan mental adalah suatu perubahan yang sistematis dan tersusun oleh suatu kesatuan budaya, masyarakat, kelompok, atau individu itu sendiri.
Agama Islam adalah Agama yang tetap Mutakhir, Agama yang selalu mendorong manusia untuk menggunakan akalnya untuk memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di Alam Semesta dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an menurut penelitian Maurice Bucaille, yang di kutip oleh Somad Zawawi.[2]
Islam memerintahkan kepada Ummatnya untuk mengikuti ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh utusan-Nya, yakni Rasulallah Saw baik dalam Aqidah, Syariah, maupun Akhlak. Dalam memahami ajaran Islam secara Kaffah dan mengikuti suri Tauladan yang baik, tentu tidak akan dapat tanpa ilmu, karena itu Islam mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu dengan jalan menempuh Pendidikan baik pria maupun wanita. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Surah At-Taubah ayat 122, yaitu:
وَمَا كَانَ اْلمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَافَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَّقَّهُواْ فِى اْلدِّينَ وَليُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إذا رَجِعُوا إِلَيهِمْ لعلّهُمْ يَحذَرُوْنَ(١٢٢)   
           
Sekalipun dalam ayat tersebut tidak tampak kata-kata wajib pun yang berarti wajib atau kata-kata Faridhatun yang berarti di fardukan, tetapi dalam ayat itu terdapat fi’il Maudhari’ yang telah kemasukan Lamul Amr, yakni Lafaz Liyatafaqqahuu. Dalam kaidah Ilmu Ushul Fiqh ada satu kaidah yang berbunyi:” arti yang pokok dalam Amr ialah.” Dengan demikian, ayat diatas mengandung arti bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib. Jadi jelaslah bahwa menuntut ilmu itu wajib walaupun di Negeri itu terjadi peperangan. Sebagaimana Sabda Nabi Saw:
عن ا نس ا بن ما لك ر ضي الله عنه قا ل ر سو ل الله صلى ا لله عليه و سلم : طلب العلم فر يضة على كل مسلم (ر واه التبر ا نى)
Pendidikan telah ada sejak adanya manusia, maksudnya bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat di dalamnya pasti terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Dalam pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan di artikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadian, menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmanai maupun rohani sesuai nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat.[3]
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan penghayatan terhadap suatu materi pelajaran melalui sebuah proses pembelajaran yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dengan menggunakan  metode dan media.
Guru berperan memberikan ilmu dan juga membina akhlak peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar dengan memotivasi agar apa yang telah di ajarkan dapat di praktekkan. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan terkain bimbingan dan pengajran pendidikan agama Islam yang di ajarkan di Sekolah SMAN 1 Kuaro Kebupatan Paser tidak mengurangi tiondak kenalkanlan pada siswa, dan masalah ini perlu mendapat perhatian dan pemecahan masalah.
Melihata dari kenytaan yang di lapangan seperti itu, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang peran guru Bimbingan Konseling dan guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk dan membinak Akhlak para sisa di sekolah SMAN Kuaro Kabupaten Paser dengan Judul “Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Akhlak Siswa di SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser”.

B.     Penegasan judul
Untuk menghindari penafsiran yang keliru terhadap judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan istyilah-istilah yang di gunakan yaitu:
1.      Peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau memegang peran yang sangat penting terutam dalam terjadi sesuatu hal atau peristiwa.[4] Peran yang penulis maksud disini adalah upaya-upaya Guru Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan pengaruh dan Membimbing Akhlak Anak Didik.
2.      Pendidikan Islam adalah bimbingan Jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[5] Yang dimaksud dengan pendidikan Islam oleh penulis adalah nilai-nilai Pendidikan Akhlak (Jujur, Disiplin, Percaya Diri, dan Peduli).  
3.      Akhlak ialah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan, atau ketelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syara' (Hukum islam), disebut akhlak yang baik. Sedangkan jika perbuatan­perbuatan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk.[6]
Jadi yang di maksud dengan judul di atas adalah usaha yang dilakukan Gur Bimbingan Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membimbing akhlah para siswanya di sekolah SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser.
C.    Rumusan Masalah
Adapun alasan yang mendasari penulis memilih judul di atas adalah:
1.      Bagaimana peran Guru Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhak peserta didik.
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi peran guru dalam memberikan bimbingan akhlak kepada peserta didik.
D.    Alasan Memilih Judul
1.      Pentingnya peran guru dalam membina akhlak para anak didik agar menjadi peserta didik yang berakhlak terpuji.
2.      Perlunya penanaman nilai-nilai Islami agar menjadi anak didik yang Saleh dan Sholehah.

E.     Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apa saja usaha yang dilakukan Guru Bimbingan Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina Akhlak Peserta didik di Sekolah SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser.
2.      Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang memepengaruhi upaya guru dalam membimbing akhlak anak didik di Sekolah SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser.

F.     Siginifikansi Penelitian
1.      Sebagai bahan masukan bagi generasi muda, orangtua, Guru dan Masyarakat pada umumnya dala meningkatkan pembinaan akhlak melalui Pendidikan Agama Islam.
2.      Sebagai bahan untuk menambah wawasan pengetahuan dan mengembanghkan wawasan berpikir bagi peneliti khususunya dan pembaca pada umumnya.
I.     Sistematika  Penulisan
Penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan teoritis berisikan pengertian Guru Bimbingan Konseling, tujuan layanan Bimbingan di Sekolah, Peran Guru dalam Bimbingan dan Konseling, Guru Pendiddikan Agama Islam,  Pengertian Pembelajaran Akhlak, Pengertian Akhlak.
Bab III Metode penelitian berisikan jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, analisis data, dan prosedur penelitian.
Bab IV Laporan hasil penelitian berisikan gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data, dan analisis data.
Bab V Penutup berisikan simpulan dan saran.





BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Guru Bimbingan Konseling
1.      Pengertian
Pelayanan bimbingan dan konseling semakin populer di kenal oleh masyarakat, khususnya di sekolah, sebab pelayanan bimbingan dan konseling terus di galakkan pelaksanaanya. Untuk menyalenggarakan pelayanan ini dengan baik, salah satu syarat pokok yang harus di kuasai adalah memahami pengertian-pengertian dasar tentang bimbingan dan konseling oleh oleh guru pembimbing (konselor).
Pembahasan pengertian-pengertian dasar tentang bimbingan dan konseling ini di upayakan untuk membantu guru pembimbing (konselor) pemula dalam memperolah wawasan tentang lingkup dan kerangka kerja pelayanan bimbingan dan konseling yang akan di embannya di sekolah.
Jika di telaah berbagai sumber akan di jumpai pengertian-pengertian yang berbeda mengenai bimbingan, tergantung jenis sumbernya dan yang merumuskan pengertian tersebut. Perbedaan tersebut di sebabkan hanyalah oleh perbedaan tekanan atau sudut pandang saja. Bimbingan dapat di artikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang di lakukan secara berkesinambungan, agar individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri. Sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagian hidupnya dan memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.[7]  

Pakar bimbingan yang lain mengatakan bahwa : bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistemtis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuain diri dengan lingkungan. [8]

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya di jalankan oleh pribadi mandiri, yaitu : mengenal diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri, dan mewujudkan diri.[9]

Lebih lanjut di kemukan bahwa yang di maksud dengan bimbingan adalah proses pemberiaan bantuan yang di lakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu , baik anak-anak, remaja maupun dewasa; agar orang yang di bimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat di kembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.[10]

Dengan membandingkan beberapa definisi tentang bimbingan yang telah dikemukakan oleh beberapa pakar di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya di jalankan oleh pribadi yang mandiri, yaitu: mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaimana adanya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri sendiri, dan mewujudkan diri sendiri.[11]

Lebih lanjut, untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum bimbingan, di bawah ini dikemukakan huruf-huruf bimbingan yang di jadikan akronim sebagai unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha bimbingan, yaitu:[12]
B  : Bantuan
I   : Individu
M : Mandiri
B  : Bahan
I   : Interaksi
N  : Nasehat
G  : Gagasan
A  : Alat dan asuhan
N  : Norma
Dengan memasukan semua unsur di atas dapat di katakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang di berikan kepada individu (seseorang) atau kelompok (sekelompok orang) agar mereka itu dapat mandiri melalui berbagai bahan, interaksi, nasehat, gagasan, alat, dan asuhan yang di dasarkan atas norma-norma yang berlaku.
Konseling merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai tekhnik. Pelayanan konseling merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart of guidance program) dan Ruth Strang menyatakan guidance is brotehr counseling is a mont important tool of guidance. jadi, konseling merupakan inti dan alat yang paling penting dalam bimbingan.
Selanjutnya, Rochman Natawidjaja mendefinisikannya bahwa konseling adalah satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat di atikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu konseli) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang di hadapainya pada waktu yang akan datang.[13]  

Pakar yang lain mengungkapkan bahwa konseling itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk di manfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep diri ini berarti bahwa dia memperoleh konsep yang sewajarnya mengenai: dirinya sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan yang hendak di capainya, dan kepercayaannya.[14]

Lebih lanjut, Prayitno mengemukakan konseling adalah pertemuan empat mata antara konseli dan konselor yang beri usaha yang laras, unik, dan manusiawi, yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku.
Dengan membandingkan ketiga pengertian tentang konseling seperti yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik suatu pengertian bahwa konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka, antar konselor dn konseli yang berisi usaha yang laras, unik, dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Agar konseli memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang.
Untuk memudahkan ingatan kita tentang pengertian umum konseli, di bawah ini dikemukakakan huruf-huruf penyuluhan dan konseling yang dijadikan akronim sebagai unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha konseling, yaitu:
P   : Pertemuan
E  : Empat Mata
N  : Klien
Y  : Penyuluh
U  : Usaha
L  : Laras
U  : Unik
H  : Human
A  : Ahli
N  : Norma
Dengan memasukakn unsur-unsur di atas dapat katakan bahwa penyuluhan merupakan pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha, dengan caa yang laras, unik dan Human (Manusiawi) yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang di dasarkan atas norma-norma yang berlaku.
Sedangkan pengertian umum konseling di bawah ini dikemukakan huruf-huruf konseling yang dijadikan akronim sebagai unsur-unsur pokok yang ada dalam usaha konseling, yaitu:
K  : Kontak
O  : Orang
N  : Menangani
S   : Masalah
E  : Expert (ahli)
L  : Laras
I   : Integrasi
N  : Norma
G  : Guna
Dengan demikian, pengertian konseling adalah kontak antara dua orang (yaitu konselor dan konseli) untuk menangani masalah konseli, dalam suasana keahlian yang laras dan terintegrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku, untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi konseli.   




2.      Tujuan Layanan dan Bimbingan di Sekolah
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar konseli (peserta didik) dapat: merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan di masa yang akan datang, mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan masyarakat.[15]

Untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut, maka harus mendapatkan kesempatan untuk: mengenal dan memahami potensi, kekuatan dan tugas-tugas perkembangan, mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidup serta rencana pencapaian tujuan tersebut, memahamai dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, menggunakana kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga (sekolah), menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, dan mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.[16]

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, dan belajar. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah sebagai berikut:[17]
a.       Memiliki kesadaran akan potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b.      Memiliki sikaf dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang di programkan.
c.       Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d.      Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
e.       Memiliki komitemen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan teman sebaya, di sekolah/ luar sekolah, maupun masyarakat pada umumnya. 
f.       Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati, dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
g.      Memahami pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugerah), serta mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran Agama yang di anut.
h.      Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
i.        Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
j.        Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
k.      Memiliki rasa tanggung jawab, yang di wujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya.
l.        Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.
m.    Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
n.      Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

3.      Peranan Guru dalam bimbingan dan konseling
Guru sebagai pembimbing (konselor), di tuntut untuk mengadakan pendekatan yang bukan saja melalui pendekatan intruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan pribadi semacam ini guru akan secara langsung mengenal dan memahami peserta didiknya secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Sesuai dengan peran guru sebagai pembimbing (konselor) adalah ia harapkan akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu guru harus disiapkan agar:[18]

a.       Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antata peserta didik dengan orangtuanya.
b.      Bisa memperolah keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomonikasi dan bekerja sama dengan bermaca-macam manusia.
 Peranan (role) guru artinya keseluruhan perilaku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya. Guru mempunyai peranan yang luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Guru merupakan faktor utama dalam keseluruhan proses pendidikan.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain, terutama siswa.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa guru sebagai pembimbing (konselor) sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar-mengajar. Sebagai pembimbing dalam belajar mengajar, guru diharapkan mampu untuk:[19]
a.       Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
b.      Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
c.       Mengevaluasi keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
d.      Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karaktersitik pribadinya.
e.       Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun secara kelompok.      

B.     Guru Pendidikan Agama Islam
1.      Pengertian
Di dalam UUSPN No. 2/ 1989 ayat (2) pasal 39 ayat 1 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara lain pendidikan Agama. Dan dalam penjelasannya dinyatakan bahwa pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat Iman dan Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai Agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati Agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional. [20]

Dalam konsep Islam, Iman merupakan potensi rohni yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga mengahsilkan prestasi rohani (iman) dan keselarasan hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk kesalehan pribadi; hubungan manusia dengan sesamanya yang membentuk kesalehan sosial (solidaritas sosial), dan hubungan manusia dengan alam yang membentuk kesalehan terhadap alam sekitar. Kualitas amal saleh ini akan menentukan derajat ketakwaan (prestasi rohani.iman) seseorang di hadapan Allah SWT.
Di dalama GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutatn untuk menghormati Agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.[21]
Dari pengertin tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Pembelajaran Pendidikajn Agama Islam, yaitu berikut ini:[22]
a.       Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
b.      Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan ; dalam arti ada yang dibimbing, di ajari dan/ dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalam terhadap ajaran Agama Islam.
c.       Pendidikan atau Guru pendidik Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan / atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
d.      Kagiatan (pembelajaran) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan kayakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar dalam hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama ataupun tidak seagama, serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan Nasional (ukhuwah wathaniyah) dan bahkan ukhuwah insaniyah (persatun dan kesatuan antar sesama manusia). 
2.      Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Secara umum, pendidikan Agama Islam bertujuan untuk “ meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dn pengamalan peserta didik tentang Agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernbangsa dan bernegara”. [23]dari tujuan tersebut dapat di tarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan Agama Islam, yaitu: dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran Agama islam, dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran Agama Islam, dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam, dimensi pengalamannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimanai, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakan, mengamalkan, dan menaati ajaran Agama islam dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. [24]

Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama islam kurikulum 1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu:” agar siswa memahami, menghayati, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga mnjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak Mulia”. Rumusan tujuan PAI mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama islam yang dilalui an dialami oleh siswa dio sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemhaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjtnya ketahapan afeksi, yakni terjainya proses internalisasi ajaran dan nilai Agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalakan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotrik) yang telah diinetrnalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.[25]   

3.      Kedudukan dan Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam pengembangan pembelajaran pendidikan Agama Islam perlu diupayakan bagaimana agar dapat mempengaruhi dan menimbulkan motivasi interinsik melalui metode penataan metode pembelajaran yang dapat mendorong tumbuhnya motivasi belajar dan memberikan bimbingan akhlak kepada peserta didik. Untuk menumbuhkan motivasi ekstrinsik dapat diciptakan suasana lingkungan yang relegius sehingga tumbuh motivasi untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang ditetapkan.[26]
Berkenaan dengan prinsip motivasi, ada beberapa hal yang perlu dipeerhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran pendidikan Agama:[27]
a.       Memberikan dorongan (drive)
b.      Memberikan insentif
c.       Motivasi berprestasi
d.      Motivasi kompetensi
e.       Motivasi kebutuhan.







C.    Pengertian pembelajaran Akhlak
Sebelum penulis menjelaskan lebih lanjut tentang pengertian pembelajaran akhlak, maka penulis akan terlebih dahulu menguraikan tentang pengertian pembelajaran dan perilaku secara lebih khusus.
1.      Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang mendapat imbuhan pem-an. Belajar maksudnya adalah berusaha supaya mendapat suatu kepandaian.[28] Maka dapat diambil keterangan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Akan lebih baik jika subjek belajar itu mengalami atau melakukan langsung, jadi tidak bersifat verbalistik.
Dalam pengertian luasnya belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah “penambahan pengetahuan”. Definisi atau konsep ini dalam praktek banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk mengumpulkan atau menerimanya. Dalam kasus demikian guru hanya berperan sebagai “pengajar”. Sebagai konsekuensi dari pengertian yang terbatas ini, maka banyak pendapat yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal. Hal in terbukti misalnya kalau siswa itu mau ujian, mereka akan menghafal terlebih dahulu.
Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari murid dan dari guru. Dari segi murid, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami  terproses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadan alam, hewan tumbuh-tumbuhan-tumbuhan , manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran.
Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. Proses belajar tersebut dapat diamati secara tidak langsung. Artinya, proses belajar yang merupakan proses internal murid tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut tampak oleh perilaku murid mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut tampak pada tindakan tindakan-tindakan belajar tentang matematika, kesusastraan, olah raga, kesenian, dan agama. Perilaku belajar tersebut merupakan respon murid terhadap tindak mengajar atau tindak pembelajaran dari guru. Perilaku belajar ada hubunganya dengan desain instruksional guru. Dalam desain instruksional, guru membuat tujuan instruksional husus atau sasaran belajar.[29]

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.[30] Belajar juga berarti usaha mengubah tingkah laku. Perubahan in bukan hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan sikap dan pengertian, harga diri, watak dan penyesuaian diri. Dengan kata lain belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya.
Akhir-akhir ini muncul istilah baru yaitu pembelajaran. Terdapat perbedaan pengertian antara pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran berpusat pada guru sedangkan pembelajaran berpusat pada siswa.
Beberapa ahli merumuskan pengertian pembelajaran:
a.       Menurut Syapul Sagala, pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
b.      Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola untuk memungkinkan ia ikut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon dalam situasi tertentu.
Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, pasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa, guru dan tenaga lainnya.[31]
Dari teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang pembelajaran, Oemar Hamalik mengemukakan tiga rumusan yag dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan terlebih dahulu yaitu:
a.       Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
b.      Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.
c.       Pembelajaran adalah proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Proses pembelajaran tidak hanya terbatas dalam ruang saja, tetapi juga dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar dikelas, atau dilaboratorium, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk melajarkan peserta didik.[32]
Mengenai proses pembelajaran, Al-Gazali mengajukan konsep pengintegrasian antara materi, metode dan media atau alat pengajarannya. Seluruh komponen tersebut harus diupayakan semaksimal mungkin, sehingga dapat menumbuh kembangkan segala potensi fitrah anak, agar nantinya menjadi manusia yang hidup penuh dengan keutamaan, materi pengajaran yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik dalam hal usia, integrasi, maupun minat dan bakatnya. Jangan sampai anak diberi materi pengajaran yang justru merusak aqidah dan akhlaknya.[33]

Disini Al-Gazali menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi anak. Yaitu dengan berbagai cara belajar, baik dengan memperhatiakan metode serta dengan memperhatikan segala tumbuh kembang anak, salah satunya dengan menjaga dan memelihara anak dari segala hal-hal yang dapat mengganggu dan merusak nilai-nilai moral yang ada pada anak.
2.      Akhlak
Akhlak menurut kamus Bahasa Indonesia adalah kelakuan, tindak tanduk, tingkah laku atau perbuatan.[34] Perilaku dalam bahasa Arab dikenal dengan akhlak (اَخْلَاقٌ) bentuk jamak dari kata khuluk (خُلُقً) yang artinya budi pekarti.[35]
Secara terminologi menurut Poerbawatja yang dikutip asmara As bahwa perilaku adalah budi pekerti, watak kesusilaan (kesadaran etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.[36]
Menurut imam al-Gazali perilaku adalah:
فَالْخُلُقُ عِبَارَةُ عَنْ هَيْئَةٍ فِى النَّفْسِ رَاسِخَةٌ عَنْ تَصْدِرُ اْلاَفْعَالَ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ.
Dari pengertian diatas baik secara bahasa maupun secara istilah,dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah sifat yang meresap dalam jiwa seseorang yang kemudian menjadi kepribadian yang di tampilkan dalam kehidupan sehari-hari dalam  berbagai bentuk perbuatan, perbuatan tersebut timbul secara spontan, tanpa pertimbangan atau dibuat-buat.
Etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani ”ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adap, edentik dengan perkataan moral yang berasal dari bahasa latin “Mores” yang berarti juga adap atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya tetapi dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika dipakai pengkajian sistem sistem nilai-nilai yang ada.[37]
Kemudian ada lagi mengamalkan perilaku dengan sikap dan susila. Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai rangsangan yang diterimanya. Susila adalah sopan, beradap, dan baik budi bahasanya.
Demikian gambaran sekilas tentang istilah-istilah yang terkadang disamakan dengan perilaku. Jadi pembentukan perilaku merupakan hal yang penting dalam ajaran Islam. Islam menyatakan perilaku mulia, baik perilaku terhadap pencipta, manusia, lingkungan dan terhadap diri sendiri: perilaku yang baik yang dimiliki seorang muslim seperti berbakti kepada orang tua, menghormati guru, jujur, rajin, dan lain-lain, pada akhirnya akan menciptakan keserasian dan kebahagiaan hidup.
Dengan demikian perilaku merupakan cermin kepribadian dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun kehidupan beragama.
J.P. Chaplin, dalam Dictionary of psychologi, mengisyaratkan adanya beberapa macam pengertian tingkah laku. Menurut Chaplin, tingkah laku itu merupakan sembarang respon yang mungkin berupa reaksi, tanggapan jawaban atau balasan yang dilakukan organisme. Tingkah laku juga bisa berarti suatu gerak atau kompleks gerak gerik, dan secara khusus tingkah laku juga bisa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.
Sementara itu, Budiarjo berpendapat agar berbeda dari pendapat diatas, menurutnya tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan yang dibuat oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini, tingkah laku itu walaupun harus mengikutsertakan tanggapan pada suatu organisme termasuk yang ada di otak, bahasa, pemikiran, impian-impian harapan dan sebagainya, tetapi ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik. Pendapat yang dilontarkan oleh Budiarjo ini sangat menarik, karena sesungguhnya yang disebut tingkah laku itu bukan saja aspek fisik semata, melainkan juga aspek psikis atau mental.
Dari pengertian pembelajaran dan perilaku tersebut di atas dapat diterangkan bahwa pembelajaran perilaku adalah suatu proses atau upaya membentu perilaku yang di inginkan dengan menyediakan linkungan agar terjadi hubungan dengan lingkungan dengan tingkah laku pembelajaran.
Pembelajaran merupakan aktivitas (proses) yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen. Masing-masing komponen tidak bersipat parsial (terpisah) cara teratur, saling bergantung, komplementer, dan berkelanjutan. Untuk itu diperlukan pengelolaan pembelajaran lebih baik demi tercapai tujuan pendidikan.


D.    Beberapa Bentuk Pendidikan Akhlak
Ada beberapa bentuk bimbingan pendidikan Akhlak yang sangat oerlu di ajarkan kepada peserta didik sejak ia duduk di bangku Sekolah. Diantaranya dalah sebagai berikut:
1.      Pendidikan Jujur
Banyak persoalan yang terjadi di Negara Kita saat ini antara lain disebabkan oleh semakin menipisnya kejujuran. Bahkan, dapat diaktan bahwa kejujuran termasuk salah satu sendi utama yang bisa menopang tegaknya sendi-sendi kehidupan. Sebagai contoh, pejabat yang tidak jujur menyebabkan ia korupsi, pelajar yang tidak jujur  menyebabkan ia sering menyontek, serta masih banyak contoh persoalan lainya yang akarnya berasal dari hilangnya sikap jujur. Mengingat kejujuran merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah-sekolah untuk menanamkan sikao ini kepada paar peserta didik agar mereka memhaami pentingnya bersikap jujur.
2.      Disiplin
Tidak sedikit guru yag merasa kewalahan dalam menghadapi peserta didik yang sulit di atur, cenderung membantah saat dinasehati, dan sering kali melakukan pelanggaran. Menghadapi keaadaan semacam ini, maka tidak heran jika ada diantara guru yang menggunakan jalan kekerasan untuk menanamkan sikap disiplin pada peserta didiknya.
Menipisnya atau bahkan hilangnya sikpa disiplin pada peserta didik memang merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Dengan tiadanya sikap disiplin, tentu saja proses pendidikan tidak akan berjalan secara maksimal, sehingga keadaan itu akan menghambat tercapainya cita-cita pendidikan.
Akibat lain yang bakal ditimbulkan oleh peserta didik yang karakter disiplinnya kurang terbangun dengan baik adalah terpupuknya kebiasaan dan kecenderungan untuk berani melakukan berbagai pelanggaran, baik disekolah maupun diluar sekolah. Hal ini tentu saja dapat  mendatangkan masalah tersendiri bagi peserta didik yang bersangkutan. Maka, tidak heran apabila saat ini kita sering menyaksikan ada peserta didik yang terlibat narkoba, seks  bebas, merapok serta bentuk kejahatan lainnya.
3.      Percaya Diri
Percaya diri merupaka sebuah kekuatan yang luar biasa. Percaya diri laksana reaktor yang membangkikat segala energi yang pada diri seseorang untuk mencapai sukses. Sebagai generasi penerus Bangsa, sikap percaya diri sangat penting ditanamkan kepada peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang mampu mengembangkan potensi dirinya.



4.      Peduli
Sikap peduli terhadap orang lain merupakan sikap yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia, terutama saat Bangsa ini banyak mengalami musibah dan Bencana. Namun, untuk menumbuhkan rasa kepedulian, kita tidak perlu menunggu bencana terjadi. Sebab, setiap saat, selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita.
Kepedulian merupakan sikap yang tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Sebab, diperlukan laithan, pengenalan, dan penanaman yang intens, sehingga nilai-nilai kepedulian tersebut akan tumbuh dan berakar kuat paad diri seseorang.
Mengingat sedemikian pentingnya rasa kepedulian tersebut, maka sudah seharusnya guru maupun orang tua menamkan nilai-nilai kepedulian pada peserta didik sejak ia masih dini.
5.      Mandiri
               Mempunyai peserta didik yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru. Sebab, dengan sikap itu, proses belajar yang jalani peserta didik akan menjadi lancar sehingga guru dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya sendirisekaligus bartanggung jawab terhadap dirinya sendiri.


6.      Tegas
               Ketegasan merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik. Sikap ini diperlukan olehnya dalam menjalani pergaulan, terutama agar ia mampu memutuskan hal yang benaar dan keliru. Ketegasan juga diperlukan supaay ia bisa menyatakan sesuatu yang ia inginkan tanpa harus melukai perasaan orang lain sekaligus dapat memilih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan.
               Secara psikologis, ketegasan bisa membuat peserta didik merasa lebih percaya diri dan menghargai dirinya sendiri. Sebab, ia juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Selain itu, ketegasan juga akan membuatnya menjadi pandai menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam hidupnya, lihai mencari solusi terbaik bagi dirinya, serta terampil dalam memilih prioritas, sehingga ia mengetahui hal yang penting mapun tidak penting untuk dipikirkan.
7.      Bertanggung Jawab
               Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik, baik ada masa pra sekolah maupun sekolah. Peserta didik yang terlatih atau didalam dirinya sudah tertanam nilai-nilai tanggug jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktifitasnya. Kesungghan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya daat mengantarkannya dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkan.                





















BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni “pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”.[38]
Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya.[39]
Penelitian ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 1 orang guru Pendidikan Agama Islam dan 1 Orang Guru Bimbingan Konseling di kelas 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1Kuaro Kabupaten Paser.
 Objeknya adalah peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membimbing Akhlak peserta didik seperti: jujur, Disiplin, Percaya Diri, Peduli, Mandiri, gigih, bertanggung jawab, serta faktor yang mempengaruhinya.

 

C. Data dan Sumber Data

1. Data
a. Data Pokok
1) Data tentang Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) Dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam Membimbing Akhlak Peserta didik, yang meliputi:
a) Jujur    
b) Disiplin
c) Percaya Diri 
d) Peduli
e) Mandiri
f) Gigih
g) Tegas
h) bertanggung Jawab

2) Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi peran guru Bimbingan Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membimbing Akhlak siswa, yang meliputi:
a) Guru, yang penulis maksud ialah Guru Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama Islam serta kebijakan pendidikan dalam mengedepankan aspek moral dan tingkah laku yang berperan membimbing akhlak Peserta didik di SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser .
b) Siswa, yang penulis maksud ialah para peserta didik yang berada dalam ruang lingkup SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser yang membutuhkan bimbingan dari Guru Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama Islam agar bisa membimbing meraka dengan keteladanan guru agar peserta didik mempunyai akhlak yang baik.
c) Lingkungan, sebagaimana halnya dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang mengisyaratkan keterlibatan banyak pihak didalamnya, tidak bisa menyerahkan tugas dalam rangkan mengembangkan akhlak peserta didik, hanya semata-mata kepada Guru. Sebab, setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda-beda, yang ikut menentukan kepribadian dan akhlaknya.   Oleh karena itu yang penulis maksud disini adalah Lingkungan sekitar SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser yang meliputi Sarana dan Prasarana, Keadaan Sekitar SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser, orangtua, dan masyarakat yang seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Data Penunjang
1) Sejarah berdirinya SMAN 1 Kuaro.
2) Keadaan guru dan siswa.
3) Sarana dan prasarana sekolah.


2. Sumber Data
a. Responden, yaitu 1 orang guru mata pelajaran PAI dan 1 Orang Guru Bimbingan Konseling, seluruh siswa kelas 1 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kuaro Kabupaten Paser.
b. Informan, yaitu kepala sekolah dan staf Tata Usaha.
c. Dokumen, yaitu catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti.

 

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi. Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan untuk mengumpulan data yang diperlukan. Di antaranya mengenai proses belajar mengajar pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mengamati situasi dan kondisi sekolah serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data penunjang. Penulis mengadakan tanya jawab langsung secara lisan kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan staf tata usaha.
3. Dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk menggali data-data melalui catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
     Tabel 3.1. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No.
Jenis Data
Sumber Data
TPD
1
Data pokok:
a. Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) Dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Akhlak Siswa, yaitu:
1) Jujur
2) Disiplin
3) Percaya Diri
4) Peduli
5) Mandiri
6) Gigih
7) Tegas
8) Bertanggung Jawab
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Guru Bimbingan Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam membimbing Akhlak Para siswa.
1) Guru
2) Siswa
3) Lingkungan

Guru, siswa, dan dokumen.











Guru, siswa, dan dokumen.


Observasi, dan wawancara.











Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2.
Data Penunjang:
Gambaran umum lokasi penelitian
a. Sejarah berdirinya sekolah.
b. Keadaan guru, dan siswa.
c. Sarana dan prasarana sekolah.
Kepala sekolah, staf TU dan dokumen.
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.

 

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan teknik sebagai berikut:
1.      Editing, yaitu penulis mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, apakah masih ada yang kurang atau belum terjawab dari teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan.

2. Klasifikasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan data sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.
3. Interprestasi Data. Kegiatan ini dilakukan untuk menafsirkan data-data yang disajikan.

F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini semua data yang digali di lapangan akan diuraikan dalam bentuk data kualitatif dan analisis dengan cara deskriptif kualitatif, kemudian mengambil kesimpulan dengan metode induktif yaitu yang bersfat khusus kemudian dibuat kesimpulan bersifat umum.

G. Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan yang akan dilalui dalam penelitian ini, yaitu:
1. Tahap Pendahuluan
a. Penjajakan awal ke lokasi penelitian.
b. Berkonsultasi dengan pembimbing dan mengajukan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
a. Melaksanakan seminar proposal.
b. Revisi proposal dan meminta surat perintah riset.
c. Menyampaikan surat riset kepada pihak-pihak yang berwenang.

3. Tahap Pelaksanaan.
a. Menghubungi responden dan informan untuk menggali data.
b. Pengumpulan data di lapangan.
c. Pengelolaan dan analisis data.
4. Tahap Penyusunan Laporan. Pada tahap ini,penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang telah ada ditulis dalam bentuk skripsi, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing skripsi untuk dikoreksi dan diadakan perbaikan, selanjutnya diperbanyak dan dibawa ke sidang munaqasyah skripsi untuk dipertahankan.










BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN

A.    Gambaran Umum Lokasi Penelitian (Profil Sekolah)

1.      Visi
a.       Terwujudnya peserta didik yang berprestasi, terampil, mandiri, dan berahlak yang berwawasan lingkungan dan bermanfaat bagi bangsa dan Negara.

2.      Misi
a.       Meningkatkan efektifitas pembelajaran dan bimbingan
b.      Melakukan pembinaan dalam bidang ekstrakurikuler secara intensif
c.       Menumbuhkan penghayatan agama dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari
d.      Menumbuhkan sikap disiplin dan bertanggung jawab dalam masyarakat
e.       Mengembangkan IPTEK untuk siap memasuki era globalisasi
f.       Meningkatkan kesadaran pemeliharaan lingkungan.




3.      Tujuan Sekolah
a.       Meningkatkan kemampuan guru dalam proses pembelajaran yang inovatif
b.      Meningkatkan kualitas lulusan yang diterima di PTN
c.       Membina siswa dalam bidang ekstrakurikuler
d.      Membina Siswa dengan cara Melaksanakan Tata Tertib Sekolah secara konsisten
e.       Meningkatkan Penguasaan IPTEK
f.       Mewujudkan peserta didik yang sadar lingkungan.\

4.      Letak geografis
a.       Letak geografis sekolah terletak di Segitiga Emas Kabupaten Paser sehingga mudah dijangkau oleh Masyarakat Kabupaten Paser dengan garis koordinat: Garis Bujur : 116.05’.30” dan Garis Lintang : -1.48’.27”.
b.      Jumlah sekolah pendukung sebanyak 6 SMP dan 1 MTs
c.       Lingkungan Keamanan sekolah terjamin
d.      Dukungan masyarakat sekitar cukup baik.
5.      Jumlah Ekstra Kurikuler
Lampiran 5    : Surat Keputusan Kepala SMA NegerI 1 Kuaro
Nomor           : 802/038/SMA1 K/VII/2014
Tanggal         : 11 Juli 2014

6.      Pembagian Tugas Guru Pembina kegiatan Siswa /Ekstrakurikuler
Tabel 4. 1 SMA Negeri 1 Kuaro
Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
JENIS KEGIATAN
NAMA GURU
1
OLIMPIADE KIMIA
GIONO, S.Pd.
2
OLAHN RAGA
Drs. SYAMSUDIN
3
JURNALISTIK
ENDAH SETIA RINI, S.Pd
4
DRUM BAND
DEWI PADMIARSIH, S.Pd.
5
OLIMPIADE BIOLOGI
GABRIEL HOING, S.Pd.
6
OLIMPIADE EKONOMI
NURULLAH BAHA UDIN, S.Pd.
7
OLIMPIADE FISIKA
FITRIYANA DIAN P, S.Pd.
8
OLIMPIADE MATEMATIKA
HERLINA ANDU, S.Hut., S.Pd.
9
OLIMPIADE GEOGRAFI
LIRWONO, S.Pd.
10
KEAGAMAAN
NORMAILA, S.Ag.
11
ENGLISH CLUB
ADES TARIWANTY, S.Pd.
12
CERDAS CERMAT UUD 1945
FATHUR RAHMAH, S.Ag.
13
KARYA ILMIAH REMAJA
GIONO, S.Pd.
14
PRAMUKA
BUDI RAHMAN.
15
HABSY
ASRUL AMZAR

Ditetapkan di  : Kuaro
                                                                                    Tanggal :11 Juli 2013
                                                                                    KepalaSekolah,
                                                                                                            
                                                                                    Kusnianto, S.Pd., MM.
                                                                                    NIP 19690920 199401 1 001



7.      SEJARAH SEKOLAH
SMA Negeri 1 Kuaro didirikan melalui Surat Keputusan Bupati Paser Nomor 420/KEP-535/2008 tentang Pendirian Sekolah Negeri Di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Paser. Akan tetapi kegiatan operasional sekolah telah berjalan sejak tahun pelajaran 2006/2007. Pada awal kegiatan belajar mengajar dan administrasi masih bergabung dengan SMP Negeri 1 Kuaro, yang beralamat di Jalan Raya Negara KM 113 Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser dengan kegiatan sekolah reguler aktif pada sore hari. Yang dipimpin oleh Bapak Waluyo Abu Saputro, M.Pd.
SMA Negeri 1 Kuaro yang pada tahun pelajaran 2007/2008 kegiatan operasional belajar mengajar dan administrasinya dipindahkan ke lokasi yang yang sebenarnya dengan alamat jalan Pattimura Desa Padang Jaya Kecamatan Kuaro Kabupaten Paser dan dipimpin oleh Bapak Kusnianto, S.Pd.,MM. telah memiliki 12 ruang belajar dengan jumlah siswa 368 orang dan 23 orang tenaga pengajar serta 9 orang tata usaha dengan fasilitas penunjang pendidikan diantaranya perpustakaan dengan jumlah buku-buku pelajaran baik kuantitas maupun kualitasnya terus ditingkatkan.
Adapun komposisi kepala sekolah, guru dan tata usaha di SMA Negeri 1 Kuaro dapat dilihat pada tabel berikut:


                                                     Tabel 4. 2
Komposisi Kepala Sekolah dan Guru Berdasarkan Jenjang Kepangkatan .
No.
Uraian/Jabatan
PNS Golongan
GTT/
PTT
JUMLAH
II
III
IV
1
Kepala Sekolah
0
0
1
0
1
2
Guru
0
13
2
7
22

Jumlah
0
13
3
7
23
Sumber data olahan SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser
Berdasarkan data pada tabel 1, dapat disimpulkan bahwa golongan kepangkatan kepala sekolah adalah golongan IV, Jumlah guru seluruhnya 23 orang dengan perincian jumlah guru pegawai negeri sipil (PNS) 13 orang golongan III dan 2 orang golongan IV, sedangkan guru tidak tetap (GTT) 7 orang.
Tabel 4. 3
Komposisi Kepala Sekolah, Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
Uraian/Jabatan
Tingkat Pendidikan
SLTP
SLTA
D1
D2
D3
S1
S2
1
Kepala Sekolah
0
0
0
0
0
0
1
2
Guru
0
0
0
0
0
22
0
Jumlah
0
0
0
0
0
22
1




                       
           

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pendidikan kepala sekolah adalah S2, dan guru berpendidikan S1 sebanyak 22 orang.
8.      Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja Institusi
Struktur organisasi ialah pola formal tentang bagaimana orang dan pekerjaan dikelompokkan. “Struktur sering digambarkan dengan suatu bagan organisasi” (Sofyandi,2004:14). “Bagan organisasi sebagai perwujudan struktur organisasi, melukiskan tata-pembagian, tata-hubungan kerja formal antara unit-unit kerja dan antara pejabat-pejabat yang akan diserahi tanggung jawab atas penyelesaian tugas-tugas unit” (Sabardi,2001:89). Faktor utama yang mempengaruhi perencanaan struktur organisasi adalah “strategi atau rencana untuk mencapai tujuan, teknologi yang digunakan untuk melaksanakan strategi, orang yang dipekerjakan pada semua tingkat dan fungsinya serta ukuran organisasi secara keseluruhan” (Sabardi,2001:88)
Untuk dapat bekerja secara efektif, SMA Negeri 1 Kuaro menggunakan struktur organisasi lini/organisasi hirarki. Ciri utama organisasi ini adalah “kekuasaan dan tanggung jawab yang berjalan dari pucuk pimpinan sampai ke bawah menurut suatu garis vertikal” (Panglaykim,1986:114). Pimpinan menguasai kendali atas seluruh bagian yang ada melalui pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Keunggulan organisasi ini adalah “adanya kesatuan perintah dari atas sampai ke bawah, pimpinan dapat cepat mengambil keputusan, dan pengawasan lebih mudan dan efisien” (Sabardi,2001:91).
Sesuai dengan SK Kepala SMA Negeri 1 Kuaro: Nomor 802/001/SMA1 K/VII/2014 tentang Susunan Personalia Pembantu Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kuaro Tahun Pelajaran 2014/2015, Nomor 802/002/SMA1 K/VII/2014 tentang Pembagian Tugas Mengajar Wali Kelas, Kepala Urusan, Guru Piket, dan Pembina Kegiatan Siswa SMA Negeri 1 Kuaro Tahun Pelajaran 2013/2014, Nomor 802/003/SMAN 1 K/VII/2014 tentang Susunan Personalia Tata Usaha SMA Negeri 1 Kuaro Tahun Pelajaran 2014/2015, Nomor 900/0500/SMAN 1 K/I/2014 tentang Susunan Panitia Pengelola Dana Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2014. Struktur organisasi SMA Negeri 1 Kuaro dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

B.     Penyajian Data
Setelah peulis kemukakan gambaran umum lokasi penelitian selanjutnya penulis akan menggambarkan dan menyajikan data tentang peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membimbing Akhlak peserta Didik di SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser.
1.      Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dengan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Akhlak Siswa di SMAN 1 Kuaro, yaitu :
a.       Jujur
Dari hasil wawancara dengan Guru BK dan Guru PAI, diketahui bahwa, guru BK dan Guru PAI dalam hal pembinaan kejujuran kepada anak didik mereka yang berada di kelas X SMAN 1 kuaro, dilakukan cukup baik, karena guru BK dan Guru PAI menyadari penanaman kejujuran bagi peserta didik sejak di bangku sekolah sangat penting. SMAN1 Kuaro telah menerapkan pendidikan kejujuran kepada peserta didik mereka yang berada. Dari hasil wawancara penuturan Guru BK dan guru PAI mengatakan bahwa : Meskipun demikian, membentuk Karakter jujur pada peserta didik tidak dapat dilakukan dengan cara yang instan. Sebab menurut beliau, dalam melakukan penerapan dan pembinaan akhlak pada peserta didik diperlukan proses yang panjang dan konsisten agar bisa menanamkan sikap jujur sehingga sikap tersebut mampu benar-benar menjadi akhlak setiap peserta didik.
b.      Disiplin
Dari hasil wawancara dan observasi dengan Guru BK dan guru PAI, diketahui bahwa, guru PAI dan  guru BK dalam hal membentuk sifat disiplin pada peserta didik dilakukan dengan cukup baik, dalam hal ini Guru BK da Guru PAI melakukan beberapa hal untuk membentuk kedisiplinan peserta didik diantaranya adalah Guru PAI dan Guru BK membuat kesepakan-kesepakatan dengan peserta didik selama ia berada di lingkungan Sekolah, seperti kesepakatan untuk tidak membuang sampah semabarangan tempat, tidak membuat gaduh, masuk tepat waktu, dan mematuhi berbagai peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Terkait hal ini Guru BK dan Guru PAI bekerjasama dan selalu berkordinasi dengan Kepala Sekolah dan Guru-guru lainnya agar perencanaan berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang diinginkan. Dalam hal ini guru PAI dan Guru BK melakukannya dengan Konsisten.
Setelah kesepakan antara Guru dan peserta didik tercipta, Guru BK dan Guru PAI selalu berusaha Konsisten dengan cara tidak mengubah kesepakatan itu, apalagi demi kepentingannya. Guru BK dan Guru PAI bersikap Konsisten dalam mematuhi peraturan agar dapat menumbuhkan sikap disiplin peserta didik di SMAN 1 Kuaro Kabupatan Paser.
c.       Percaya Diri
Percaya diri meruapkan sebuah kekuata yang luar biasa. Percaya diri laksana reaktor yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri seseorang untuk mencapai sukses. Sebagai generasi penerus Bangsa, sikap percaya diri sangat penting ditanamkan pada peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang mampu mengembangkan potensi dirinya.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan Guru PAI dan Guru BK terkait masalah pembinaan akhlak agar menghasilkan kepercayaan diri peserta didik Kelas 1 di SMAN 1 Kuaro, ada beberapa cara yang dilakukan Guru PAI dan Guru BK untuk membangun karakter percaya diri pada peserta didik:
Memberi pujian atas setiap pencapaian, sesederhana apa pun yang dilakukan oleh peserta didik, namun jika itu bernilai kebaikan, Guru PAI dan guru BK selalu memberikan apresiasi berupa pujian. Karena menurut penuturan beliau, jika pujian itu diberikan dan dilakukan dengan tulus, apresiasi itu akan menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik pada umumnya dan yang lebih khusus kepada peserta didik yang berada di Kelas X SMAN 1 Kuaro.
d.      Peduli
Dari hasil wawancara dan Observasi diketahui bahwa Guru PAI dan Guru BK dalam memberikan Bimbingan Akhlak kepada peserta didik yang berada di Kelas X SMAN 1 Kuaro dengan bentuk bimbingan peduli kepada sesama dilakukan sangat baik, karena Guru PAI dan Guru BK di dukung Penuh oleh Kepala Sekolah dan di Bantu oleh Guru-guru yang lain dengan saling berkoordinasi yang sangat baik, menurut mereka sikap peduli terhadap orang lain merupakan sikap yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonsia, terutama saat bangsa ini mengalami musibah dan bencana. Dari hasil penuturan Guru PAI dan Guru BK, sikap kepedulian yang ditanamkan kepada peserta didik tidak hanya menunggu bencana datang, tetapi banyak hal yang lainnya juga, sebab disekeliling kita setiap saat, selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita.
Dari hasil wawancara dan Observasi dengan Guru PAI, mereka menuturkan bahwa untuk menumbuhkan sikap Peduli peserta didik diperlukan latihan, pengenalan, dan penanaman yang intens, sehingga nilai-ilai kepedulian tersebut akan tumbuh dan berakar kuat pada siri peserta didik, kerana Guru PAI dan Guru BK menyadari bahwa sikap kepedulian tidak bisa tumbuh dengan sendirinya.
e.       Mandiri
Mempunyai peserta didik yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru. Sebab, dengan sikap itu, proses belajar yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancar sehingga guru juga dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya sendiri sekaligus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Dari hasil Observasi dan wawancara dengan Guru PAI dan Guru BK, dikethui bahwa Guru Pai dan Guru BK dalam memberikan bimbingan sikap mandri dilakukan dengan cukup baik. Guru BK dan Guru PAI dalam membentuk sikap mandiri peserta didik, ada beberapa langkah yang meraka lakukan, diantaranya:
Guru PAI dan Guru BK memberikan keterampilan untuk mengurus diri sendiri. Guru      PAI dan Guru BK menerapkan prinsip ini dengan cukup baik di SMAN 1 Kuaro. Guru BK dan Guru PAI biasanya dengan menggunakan cara meminta peserta didik untuk membuat jadwal hariannya di rumah dan di sekolah. Setelah itu, Guru PAI dan Guru BK mengarahkan peserta didik agar menaati jadwal yang telah dibuatnya sendiri.
f.       Gigih
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI dan Guru BK, terkait masalah memberikan bimbingan sikap gigih kepada peserta didik dilakukan cukup baik, karena guru PAI dan Guru BK di Kelas X SMAN 1 Kuaro menyadari pentingnya sikap gigih dimiliki peserta didik agar kelak peserta didik mencapai keberhasilan dalam hidupnya.
Saat ini, peserta didik dari semua jenjang pendidikan perlu diajarkan nilah kegigihan. Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang diikuti keyakinan kuat dan mantap untuk mencapai impian dan cita-cita. Dalam kenyataannya, nilai-nilai tersebut sangat dibuthkan oleh semua orang agar mereka selalu memiliki semangat yang besar dan tidak mudah putus asa    dalam mencapai cita-cita.
Fakta menunjukkan bahwa kegagalan yang dialami oleh seseorang diantara lain disebabkan oleh tidak adanya sikap gigih dalam berusaha. Padahal, banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kunci penting keberhasilan seseorang adalah kegigihan, pantang menyerah, dan tersu mencoba.
Dari hasil wawancara dan observasi dengan Guru PAI dan Guru BK, Mereka menuturkan bahwa ada beberapa cara yang ditempuh oleh Guru PAI dan Guru BK dalam menumbuhkan karakter gigih pada peserta didik mereka di SMAN 1 Kuaro adalah sebagai berikut:
Membantu peserta didik untuk membuat terget pecapaian yang realistis. Karena guru PAI dan Guru BK Menyadari bahwa tumbuhnya sikap mudah menyerah pada diri seseorang dikarenakan terget (pencapaian) yang harus dicapainya terlalu berat dan sulit digapai. Terkait itu, Guru PAI dan Guru BK, memberikan pemahaman kepada peserta didik bahwa perlu dipahami bahwa peserta didik berada pada fase berlatih untuk menjadi gigih. Oleh karena itu, guru PAI dan Guru BK meminta kepada peserta didik untuk membuat target-target yang mudah diraih dan sekaligus mendorong para peserta didik agar ia mencapai target tersebut.


g.      Tanggung Jawab
             Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik., baik pada masa pra sekolah maupun sekolah. Peserta didik yang yang terlatih dalam dirinya sudah tertanam nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktifitasnya. Kesunggguhan dan tangggng jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkannya dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkan.
Dari hasil obesrvasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI dan Guru BK dapat menjadi contoh nyata bagi peserta didik dalam hal ketegasan, ketegsan guru PAI dan Guru BK terlihata ketika beliau menjaga sikap disiplin dan ketaatannya terhadap peraturan sekolah.   








C.    Analisis Data
Berdasarkan data yang disajikan di atas berupa data-data hasil penelitian, maka daapt diuraikan sebagai berikut:
1.      Data tentang Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membimbing Akhlak Peserta Didik di SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser.
a.        Jujur
              Dari hasil wawancara dan observasi dengan guru PAI dan Guru BK, diketahui bahwa guru PAI dan Guru BK dalam hal memberikan bimbingan akhlak dengan menanamkan sifat jujur kepada peserta didik yang berada di kelas X SMAN 1 Kuaro adalah dengan melakukan beberapa hal untuk membangun sifat jujur pada peserta didik diantaranya sebagai berikut:
              Guru PAI dan Guru BK dibimbing oleh Kepala Sekolah dan dibantu oleh Guru-guru yang lain memberikan pemahaman yang memadai tentang makna kejujuran karena menurut mereka dirasa sangat sulit menanamkan sikap jujur kepada peserta didik apabila dewan guru tidak memberikan pemahaman yang baik kepada anak peserta didik.
              Guru PAI dan Guru BK beserta Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang lainnya sangat menyadari bahwa selama ini, kejujuran menjadi hampir jargon-jargon politik dan sekedar sebagai poin pembahasan dalam beberapa mata pelajaran, seperti pelajaran Agama dan lain sebagainya.
              Dengan ungkapan lain, peserta didik sekedar mengerti bahwa salah satu ciri orang yang baik adalah bersikap jujur. Sayangnya, ia kurang memahami alasan seseorang harus bersikap jujur, pengaruhnya terhadap berbagai hal, serta cara menumbuhkan sikap jujur dalam kehidupan sehari-hari.
              Akibatnya, tema kejujuran berhenti sebatas pemahaman yang dilafalkan, namun tidak sampai pada tahap pengahayatan dan pengamalan.
              Dari hasil observasi dan wawancara, diketahui juga bahwa di SMAN 1 Kuaro Kabupatan Paser menyediakan sarana yang dapat merangsang tumbuhnya sikap jujur. Karena mereka menyadari dalam hal membentuk sikap jujur pada peserta didik memang tidak bisa dilakukan sekedar menyampaikan materi kepadanya. Hal inilah yang membuat pihak sekolah SMAN 1 Kuaro menyediakan alat bantu yang dapat mendukung terciptanya iklim kejujuran pada diri peserta didik yang berasa di SMAN 1 Kuaro.
              Dalam hal ini, sangat menarik yang di lakukan oleh SMAN 1 Kuaro dalam mengajarkan dan menumbuhkan karakter jujur pada peserta didik. Untuk merangsang terbentuknya karakter jujur, sekolah ini membuat “kotak kejujuran”. Kota tersebut merupakan sebuah wadah untuk barang-barang yang ditemukan di sekitar sekolah SMAN 1 Kuaro, mulai dari Dasi, Kopiah, hingga uang. Peserta didik atau perangkat sekolah SMAN 1 Kuaro yang menemukan barang berharga dilingkungan Sekolah diwajibkan untuk memasukkannya kedalam kotan kejujuran ini.  Sehingga, jika ada seseorang yang merasa kehilangan, ia bisa langsung melihat ke kotak tersebut, dengan seizin guru yang menjaganya.   
              Ketegasan merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan pada peserta didik, ini pula yang ditanamkan oleh Guru PAI dan Guru BK di SMAN 1 Kuaro. Karena sikap tanggung jawab ini sangat diperlukan oleh peserta didik dalam menjalani pergaulan, terutama agar ia mampu memutuskan hal yang benar dan keliru. Ketegasan juga diperlukan supaya ia bisa menyatakan sesuatu yang ia inginkan tanpa harus melukai perasaan orang lian sekaligus dapat memilih untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan.
              Alat lainnya yang disediakan oleh pihak Sekolah SMAN 1 Kuaro dalm menumbuhkan sikap jujur pada diri peserta didik adalah dengan membuat buku Kontak Bina Prestasi (kobinasi). Buku tersebut merupaakn buku catatan yang memuat beberapa kegiatan peserta didik selama berada di rumah, kemudian dilaporkan di Sekolah.
              Tujuan pembuatan Buku ini adalah memantau kegiatan keagamaan peserta didik selama ada dirumah, seperti salat lima waktu dan mengaji Al-Qur’an,. Buku tersebut berisi catatan tentang kerajinan ibadah peserta didik yang harus ia isi sendiri, sehingga bisa melatih sikap jujur dan kedisiplinannya, bahkan saat diluar sekolah sekalipun.
              Diketahui juga bahwa, ketika di Sekolah, guru merupakan panutan bagi peserta didik, yang segala gerak gerik dan sikapnya langsung terlihat oleh peserta didik. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan sikap jujur pada dirinya, dewan Guru SMAN 1 Kuaro memberikan contoh yang konkret dengan cara berusaha bersikap jujur dan disiplin dalam setiap kegiatan dan kesempatan.
              Diketahui juga, bahwa di lingkungan SMAN 1 Kuaro, guru PAI dan Guru BK beserta dean Guru yang lainnnya selalu berusaha membangun keterbukaan dengan peserta didik. Jika ada peserta didik yanag melakukan pelanggaran, Guru PAI dan guru BK bekerjasaman dengan Kepala Sekolah dan Dewan Guru yang lainnya menegur dengan cara menunjukkan letak kesalahannya. Sedapat mungkin, guru PAI dn guru BK tidak menutupi kesalahan yang dilalakukan oleh peserta didik dengan alasan apapun. Sebab, kalau hal ini diterapkan akan menjadikan peserta didik selalu merasa aman saat berbuat kesalahan.
              Diketahui juga bahwa, cara lain yang dilakukan Guru PAI dan Guru BK untuk mendorong peserta didik agar bisa bersikap jujur adalah tidak bereaksi berlebihan bila ia berbohong. Guru PAI dan Guru BK selalu bereaksi wajar sekaligus membantunya agar berani mengatakan kebenaran.
b.      Disiplin
              Dari hasil wawancara dan Observasi diketahui bahwa, Guru PAI dan Guru BK dalam membentuk akhlak Peserta didik dengan cara  membentuk sikap disiplin pada diri peserta didik dilakukan cukup baik. Dalam hal ini ada beberapa hal yang dilakukan Guru PAI dan Guru BK, diantaranya adalah:
              Dalam hal ini, guru PAI dan Guru BK membuat kesepakatan-kesepakatan dengan peserta didik selama ia berada di lingkungan SMAN 1 Kuaro, seperti kesepakatan untuk tidak membuang sampah di sembarang tempat, tidak membuat gaduh, masuk tepat waktu, dan mematuhi berbagai peraturan yang telah ditetapkan  di SMAN 1 Kuaro.
              Setelah kesepakatan antara Guru PAI, Guru BK dan peserta didik   tercipta, guru PAI dan Guru BK selalu berusaha Bersikap konsisten dengan cara tidak mengubah kesepakatan itu. Karena dengan bersikap konsisten dapat menumbuhkan sikap disiplin dalam diri peserta didik.
              Cara lain yang dilakukan oleh Guru PAI dan Guru BK dalam menanamkan sikap disiplin pada peserta didik adalah membuat peraturan yang jelas. Peraturan yang jelas dan sederhana bisa mempermudah peserta didik melakukannya.
              Selain itu, guru PAI dan Guru BK juga memperhatikan harga diri peserta didik. Seperti jika ada peserta didik yang melakukan pelanggaran kedisplinan, guru PAI dan Guru BK tidak menegurnya di depan orang banyak. Karena Guru PAI dan Guru BK menyadari jika peserta didik ditergu didepan orang banyak akan membuatnya merasa malu dan cendernung membuatnya selalu berusaha mempertahankan sikapnya. 
              Diketahui juga bahwa, jika Guru PAI dan Guru BK bekerjasama dengan kesiswaan dalam hal memberikan peraturan kepada peserta didik, selalu memberikan alasan-alasan yang mudah dipahami tentang peraturan tersebut.
c.       Percaya Diri
              Banyak hal yang bisa Guru PAI dan Guru BK lakukan untuk menerapkan prinsip ini, seperti menugaskan peserta didik menjadi pembawa acara, pemimpin rapat di kelas, dan lain sebagainya.
              Selain itu, guru PAI dan Guru BK juga mengajari peserta didik agar selalu bersikap ramah dan senang membantu orang, untuk mengajari peserta didik seperti itu, guru PAI dan Guru BK pun juga melakukan hal yang sama terlebih dahulu agar menjadi teladan bagi peserta didiknya.
              Dilain hal, saat peserta didik melakukan suatu kesalahan, guru PAI dan Guru BK biasanya mengubah kesalahan itu menjadi bahan baku demi kemaujuan peserta didiknya. Sebagai contoh, jika ada peserta didik yang mendapat nilai raport buruk, guru PAI dan BK tidak memarahinya, tetapi memberikan dorongan untuk lebih mendalami mata pelajaran yang masih kurang dikuasainya hingga ia memperoleh kemajuan.
d.      Peduli
              Dalam hal ini, guru PAI dan Guru BK Menanamkan sikap
Sopan kepada peserta didiknya dikelas. Dari sikap sopan akan menimbulkan kepedulian sesamanya. Seperti peduli terhadap orangtua, dalam hal ini guru PAI dan Guru BK membuat semacam buku catatan khusus bagi peserta didik yang harus diisi olehnya berkenaan dengan wujud kepeduliannya terhadap orangtuanya. Sebagai contoh, Peserta didik menuliskan jenis-jenis bantuan yang diberikanya kepada orangtuanya saat berada dirumah sebagai wujud kepedulian terhadap mereka.    
e.       Mandiri
              Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa, guru PAI dan Guru BK dalam hal membentuk peserta didik agar tumbuh menjadi sosok yang mandiri, ada beberapa langkah yang dialakukan oleh Guru PAI dan guru BK diantaranya adalah:
              Memberi bekal keterampilan untuk mengurus dirinya sendiri, guru PAI dan Guru BK menerapkan prisnsip ini, misalnya dengan cara meminta peserta didik untuk membuat jadwal harinnya dirumah dan di sekolah. Setelah itu, guru PAI dan Guru BK mengarahkan agar ia menaati jadwal yang telah dibuatnya sendiri.
              Selain itu, guru juga membuat berbagai kgiatan sekolah yang bisa merangsang tumbuhnya sikap mandiri pada peserta didik, seperti berkemah dan lainnys.
              Hal lain yang juga Guru PAI dan Guru BK terapkan adalah meminta kepada peserta didik untuk membuat program kegiatan positif, yang sekiranya dapat dilaksanakan olehnya sendiri, baik di sekolah maupun dirumah.
f.       Gigih
              Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru PAI dan Guru BK dalam membimbing peserta didik agar memiliki sifat gigih dilakukan cukup baik. Dalah hal kegigiha guru membantu anak didik untuk membuat target pencapaian yang realistis, karena guru PAI dan Guru BK menyadari bahwa tumbuhnya sikap mudah menyerah pada diri seseorang dikarenakan target (pencapaian) yang harus diraihnya terlalu berat dan sulit digapai. Terkait itu, perlu dipahami pula bahwa peserta didik berada pada fase berlatih untuk menjadi gigih. Oleh karena itu, guru meminta peserta didik untuk membuat terget-target yang mudah diraih sekaligus mendorong peserta didik agar mencapai target tersebut.
              Dari hasil observasi diketahui juga bahwa guru PAI dan Guru BK sangat menyadari bahwa target termasuk sarana belajar. Karena itulah Guru PAI dan guru BK sering memotivasi dan membesarkan hati peserta agar ia terus berusahai dan tidak takut mencoba lagi.
              Dalam hal ini guru PAI dan Guru BK menjelaskan mengenai manfaat yang bakal dirasakan jika peserta didik bersikap gigih, dan juga menerangkan bahwa dalam setiap usaha akan ada halangan dan hambatan yang harus dilalui oleh peserta didik. Maka disinilah tujuan dari perlunya peserta didik memiliki sifat gigih agar ia mampu melewati segala hambatan tersebut. Selain itu guru juga menghargai keinginan meskipun peserta didik mengalami kegagalan tetapi Guru BK dan Guru PAI selalu menunjukkan sikap Bangga atasnya.
g.      Tegas
                  Ketegasan bisa dipelajari oleh setiap peserta didik; tidak peduli karakternya, baik pendiam, pemalu, pemberani, dan lain-lain. Dan, untuk menanamkan karakter ini peserta didik, ada beberapa langkah yang dilakukan guru PAI dan guru BK bekerjasama dengan Kepala Sekolah dan Dewan guru yang laiinya. Diantaranya sebagai berikut:
              Guru PAI dan guru BK selalu memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya, guru BK dan Guru PAI serig melakuakan semacam Sharing bersama baik didalam kelas maupun diluar kelas untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
              Diketahui juga bahwa guru memberikan kesempatan selua-luasnya kepada peserta didik agar ia bebas berekspresi dan bereaksi mengenai sesuatu yang tidak disukai ataupun tidak diinginkannya.
h.      Tanggung Jawab
              Dari hasil wawancara dan observasi, khusus I Sekolah, mengenai nilai-nilai tanggung jawab merupaka hal yang perlu ditanamkan oleh guru PAI dan Guru BK beserta dewan guru yang lainya, karena guru menyadari pentingnya mengarahkan anak didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dilakukan Guru PAI dan guru BK beserta dewan guru yang lainnya untuk menanamkan rasa taggung jawab yang tinggi pada diri setia peserta didik. diantara adalah sebagai berikur:
              Di SMAN 1 Kuaro, mempunyai peraturan-peraturan yang ditetapkan, seperti tata tertib di dalam kelas, jadwal kebersihan, serta beberapa ketentuan lainnya. Meskipun bagi peserta didik peraturan-peraturan tersebut merupakan hal yang meungkin dinilai sederhana, tetapi Guru PAI dan Guru BK terus mendorongnya agar menaati peraturan dengan penuh tanggung jawab.
              Sebagai contoh, jika ada murid yang tidak mengikuti jadwal piket kebersihan, guru BK dan Guru PAI beserta dewan guru yang lainnya membrrikan teguran dan menjelaskan bahwa sikap tersebut merupakan sikap tidak bertanggung jawab yang harus dihilangkan. Guru juga mengatakan kepdanya bahwa tugas sederhana apa pun harus dikerjakan olehnya sebagai suatu bentuk tanggung jawab.










BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan data yang disajikan di atas berupa data-data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Data tentang Peran Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membimbing Akhlak Peserta Didik di SMAN 1 Kuaro Kabupaten Paser.
a.       Jujur
   Dalam hal ini guru PAI dan Guru BK dalam membimbing sifat jujur Peserta didik dilakukan cukup baik karena Guru PAI dan Guru BK menyadari pentingnya menanam kejujuran bagi peserta ddik dengan memberikan keteladanan yang cukup baik.
b.      Disiplin
Penanaman sikaf disiplin yang diajakan oleh guru PAI dan guru BK dilakukan Baik, karena guru PAI dan guru BK selalu konsisten memberikan pemahaman kepada peserta didik agar selalu bersifat disiplin.
c.       Percaya Diri
Guru BK dan Guru PAI sangat memperhatikan masalah kepercayaan diri ini, mereka dalam hal membimbing peserta didik bisa di katakan baik sekalai, karena guru sering memberikan tugas kepada peserta didik agar berani tampil kedepan, seperti memimpin rapat dikelas, membawa acara dan lani sebagainya.
d.      Peduli
   Penanaman sikap peduli pada peserta didik dilakukan sangat baik oleh guru PAI dan Guru BK.
e.       Mandiri
Guru PAI dan Guru BK selalu menerapkan prinsip agar selalu memberikan bekal keterampilan kepada peserta didik agar bisa mengurus dirinya sendiri baik di sekolah maupun dirumah. Ini dilakukan cukup baik oleh guru PAI dan Guru BK.
f.       Gigih
 Penanaman sikap gigih pada diri peserta didik adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh Guru PAI dan Guru BK. Seperti membantu peserta didik untuk membuat terget penacapain yang realistis.
g.      Tegas
Ketegasan sangat diperlukan oleh peserta didik. Ini pula yang diajarkan oleh guru BK dan Guru PAI untuk keberhailan anak didik di masa mendatang.
h.      Tanggung Jawab
Guru PAI dan Guru BK memberikan pelajaran dan pemahaman tentang tanggung jawab agar tertanam di hati peserta didik, dengan tujuan kelak peserta didik tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktifitasnya

B.     Saran-saran
1.      Diharapkan bagi seluruh dewan guru agar memberikan bimbingan dan pemahaman tentang perbuatan yang baik dan membetuk akhlak agar menjadi peserta didik yang berakhlakul karimah.

                       



               











[1] Djamaludin Ancok, Psikologi Keluarga, ( Jakarta: PT Rosda Karya, 1995), h, 35
[2] Somad Zawawi, dkk, Pendidikan Islam, (Jakarta: Universitas Trisaktim2004), h, 10
[3] Fuad Ihsan, dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Renika Cipta, 2008) h, 23
[4] Depertemen Pendidik dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai  Pustaka, 2001), h, 854

[5] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) I, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998) ,h, 9
[6] Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ihsan Baru van hope, 1994), Cet. 3, hal. 72
[7] Rochman Natawidjaja, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987), h, 31
[8] Moh. Surya, Fungsi, Sasaran, dan Lingkup Bimbingan Konseling, ( Yogyakarta: CV Andi Offset 1988), h, 12
[9] Prayitno, Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : PT Mizan Pustaka, 1983), h, 35
[10] Prayitno, Peranan Guru Sebagai pembimbing, (Bandung : PT Rosda Karya, 2004), h, 99
[11] Dewa Ketus Sukardi, Nila Kusmawati, Proses Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h, 3
[12] Prayitno, Peranan Guru Sebagai Pembimbing,  (Bandung : PT Rosda Karya, 2004) h, 131
[13] Rohcman Natawidjaja, Loc Cit, , h, 32
[14] Moh. Surya, Loc Cit, h, 38
[15]Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Non Formal dan Informal, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2013), h, 18 
[16] Ibid, h, 18
[17] Ibid, h, 19
[18] Dewa Ketut Sukardi, Desak Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h, 30
[19] Ibid, h, 31
[20] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam upaya mengefektifkan Pendididkan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), h, 75
[21] Ibid, h 76
[22] Ibid, h, 76
[23] GBPP PAI, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h, 77
[24] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefekktifkan Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Rosda Karya, 2012), h, 78
[25]Ibid, h, 79
[26]Muhaimni, Loc Cit, h 138
[27] Ibid, h, 140
[28] W.J.S Poerwardarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), Cet Ke-5. H108.. 
[29] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet Ke-3, h. 18
[30] Ibid.
[31] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet Ke-7, h. 239
[32] Ibid, h. 240
[33] Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2009), Cet Ke-1, h. 279.
[34] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Op. Cit., h. 738.
[35]  Rahmat Djatmika, Sismatika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h. 24.
[36] Asmara AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pres,1992), h. 2
[37] Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Pres, 1987), h. 13
[38]Azwar Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 5.
[39]Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 44.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar