Kamis, 19 Oktober 2017

BAB I,II,III TENTANG HUMANISTIK



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sebagaimana jauh-jauh hari ditekankan oleh”Bapak” Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan murupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerrti, pikiran, dan tubuh anak. Undang-undang No. 20/2003 tentang system pendidikan Nasional dengan tega juga mengaggariskan, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa…”
Menurut Drs. Akhmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pempimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadapa perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.[1]
Dalam kehidupan suatu bangsa dan negara, pendidikan mempunyai peranan yang penting dan sangat strategis. Pendidikan harus mampu memberikan bekal bagi warga negara, terutama generasi muda, untuk menghadapi berbagai permasalahan yang akan dihadapi di masa depan. Bertolak dari hal tersebut, tidak salah jika orang berpendapat baik buruk kualitas sebuah negara bisa dilihat dari kualitas pendidikannya.
Menurut George F. Keller, pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman memengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga-lembaga lain.[2]
Pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[3]
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan bahwa pendidikan adalah usahasadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.[4]
Nampaknya pelaksanaan pendidikan belum berjalan dengan optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari berbagai macam permasalahan hidup, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, yang seakan datang silih berganti. Permasalahan tersebut tidak hanya menjangkiti masyarakat biasa tetapi juga mewabah di kalangan yang melek pendidikan dan birokrat. Berbagai permasalahan tersebut menjadi indikasi bahwa ada yang salah dengan proses pendidikan di negeri ini.
Perlu disadari bahwa pendidikan bukanlah sekedar mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu, yakni transfer nilai (transfer of value). Selain itu, pendidikan juga merupakan kerja budaya yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya kreativitas yang dimilikinya agar
Tetap bertahan dalam kehidupannya. Karena itu, daya kritis dan partisipatif selalu muncul dalam jiwa peserta didik. Anehnya, pendidikan yang telah lama berjalan tidak menunjukkan hal yang diinginkan. Justru pendidikan hanya dijadikan alat indoktrinasi berbagai kepentingan. Hal inilah yang sebenarnya merupakan akar dehumanisasi.
Ada sebuah pandangan yang mengemuka di kalangan ahli pendidikan terkait dengan konsep pendidikan yakni pendidikan sebagai proses humanisasi atau biasa disebut dengan proses pemanusian manusia. Proses pemanusian manusia tentu tidak sekedar bersifat fisik, akan tetapi harus menyangkut seluruh dimensi dan potensi yang ada pada diri dan realitas yang mengitarinya. Hakikat pendidikan adalah proses memanusiakan anak manusia, yaitu menyadari akan manusia yang merdeka. Manusia yang merdeka adalah manusia kreatif yang terwujud di dalam budayanya[5].
Dalam Islam, humanisme pendidikan adalah proses pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk berketuhanan dan makhluk berkemanusiaan serta individu yang diberi kesempatan oleh Allah untuk mengembangkan potensi-potensinya. Hal ini selaras dengan fungsi manusia sebagai khalifah yang meliputi aspek pemakmuran bumi (al‟imarah), pemeliharaan (ar-ri‟ayah), dan perlindungan (al hifzh).



Lebih jelas tujuan  akhir pendidikan agama Islam  sebagaimana tertuang  dalamsurah Ali-Imran: 102 sebagai berikut:
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوا لله حَقَّ تُقَتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Di dalam pendidikan yang humanis, peserta didik dipandang sebagai makhluk unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang berbeda-beda. Dengan demikian, maka akan menciptakan pembelajaran yang demokratis, mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar anak adalah kenyataan. Anak mempunyai kelemahan di samping kekuatan, keberanian di samping rasa takut, bisa marah, kecewa dan gembira. Anak akan dipandang sebagai pribadi yang unik dan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Situasi pembelajaran yang tercipta akan terasa santai, menyenangkan dan tidak membebankan peserta didik.[6]
Saat ini, belum semua sekolah yang ada di negeri ini bisa menyelenggarakan pendidikan yang humanis. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan metode humanistic pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan karena sekolah tersebut merupakan salah satu diantara sekolah yang bisa menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan metode humanistik.
Berdasarkan pemantauan yang peneliti lakukan, peserta didik di dalam proses belajar Guru Pendidikan Agama Islam cukup Mampu melaksanakan pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode Humanistik dan melakukan berbagai kegiatan belajar yang secara nyata terkait dengan kehidupan nyata mereka.


Bertolak dari latar belakang itu penulis mengangkat judul “Penerapan Metode Humanistik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar”.

B.     Penegasan Judul
Untuk menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:
1.      Penerapan, Oxford Advance Learner Dictionary dikemukakan bahwa penerapan adalah adalah: “put something into effect”, penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak[7]. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penerapan berarti pelaksanaan. Browne dan Wildavsky[8] ”penerapan adalah implemantasi perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Sedangkan menurut ahli menyatakan penerapan sebagai implementasi suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian penerapan dalam penelitian ini adalah implementasi dari sebuah rencana yang disusun secara matang dan terperinci yang memberikan hasil.
2.      Metode Humanistik, Kata humanistik pada hakikatnya adalah kata sifat yang merupakan sebuah pendekatan dalam pendidikan[9] . Jadi, metode humanistik adalah sebuah teori pendidikan yang menjadikan metode humanistik sebagai pendekatan. Pendidikan humanistik menekankan pencarian makna akan diri seorang manusia.Rahman menyatakan pendidikan humanistik dalam Islam didefinisikan sebagai “proses pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk religius, abdullah dan khalifatullah, serta sebagai individu yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengembangkan potensi-potensinya. Pendidikan humanistik ini bersumber dari misi kerasulan yakni sebagai rahmat dan pemberi kebaikan kepada manusia dan seluruh alam. Pendidikan humanistik memandang manusia sebagai “manusia“ yakni makhluk Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu.Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian pendidikan humanistik dalam penelitian ini adalah sebuah pendidikan yang menggunakan pendekatan metodehumanistik serta melihat anak sebagai pribadi unik yang mempunyai potensi yang berbeda-beda dan memberikan perhatian pada aspek potensi anak sebagai makhluk sosial maupun makhluk religius.
3.      Anak didik Sekolah Dasar, Pada masa keserasian bersekolah ini anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya.
Jadi, yang dimaksud dengan Penerapan Metode Humanistik adalah bagaimana cara seorang Guru Pendidikan Agama Islam Di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan dalam menerapkan Metode Humanistik kepada peserta didiknya dengan tujuan agar anak didik merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan Belajar mengajar yang dilakukan Oleh Pendidik Guru Pendidikan Agama islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

C.    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah berdasarkan penegasan judul diatas adalah:
1.      Bagaimana penerapan metode humanistik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar?
2.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan metode humanistic pada mata pelajaran pendidikan agama islan di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar?

D.    Alasan Memilih Judul
1.      Penerapan metode humanistik sangat penting diberikan kepada peserta didik.
2.      Didalam Pendidikan yang humanis, peserta didik dipandang sebagai makhluk unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang berbeda-beda.
3.      MetodeHumanistik adalah sebuah teori pendidikan yang menjadikan humanisme sebagai pendekatan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan Agama Islam.

E.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui penerapan metode humanistik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode humanistik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.



F.     Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini sangat diharapkan bisa mempunyai nilai guna, sebagai berikut:
1.      Sebagai bahan informasi dalam ilmu pengetahuan serta pokok pikiran bagi umat Islam dalam mempelajari dan menerapkan pendidikan Agama Islam terutama masalah penggunaan Metode Humanistik.
2.      Sebagai bahan sumbangsih pemikiran untuk dapat dijadikan bahan perbandingan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Islam.
3.      Sebagai bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya bagi yang ingin lebih mendalam.

G.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis merangkainya menjadi 5 Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, Landasan teoritis, tentang penerapan pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar, ruang lingkup materi, metode-metode pegajaran pendidikan Agama Islam melalui metode Humanistik, ruang lingkup materi dan penilaian, pengertian pendidikan Agama Islam, factor-faktor yang menjadikan kendala dalam penyampaian materi pendidikan Agama islam menggunakan metode Humanistik.
Bab III, metode penelitian, teridri dari subjek dan objek, data, dan sumber data, dan tekhnik pengumpulan data, kerangka dasar penelitian, tekhnik pengolahan data dan analisis data, serta prosedur penelitian.
Bab IV, merupakan hasil laporan penelitian tentang penerapan pendidikan Agama Islam dengan metode humanistik kepada anak didik di SDN Jingan Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang memuat tentang latar belakang obyek, penyajian dan analisis data.
Bab V, penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.















BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Pendidikan Humanistik
1.      Pengertian Pendidikan Humanistik
Hakikat pendidikan adalah mengembangkan harkat dan martabat manusia (human dignity) atau memperlakukan manusia sebagai humanizing human sehingga menjadi manusia sesungguhnya.Pendidikan harus bisa menumbuhkan kepercayaan dan rasaaman sehingga siswa terhindar dari rasa ketakutan.[10]
Saat ini, wajah pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mampu untuk menempatkan siswa sebagai manusia yang bermartabat dalam proses pendidikan yang manusiawi. Peserta didik masih acap kali terbebani dengan beratnya target pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah. Akibat yang muncul, siswa merasa takut dan berbagai potensi yang dimiliki tidak berkembang.
Pada tahun 1970-an muncul teori pendidikan humanistik. Teori ini bertolak dari tiga filsafat, yaitu pragmatisme, progresivisme dan eksistensialisme.[11]Pendidikan humanistik terlahir dari pemikiran filosofis dari eksistensilalisme dan pragmatisme yang didukung oleh pengembangan dan pembaruan pemikiran progresivisme.
Kata humanistik pada hakikatnya adalah kata sifat yang merupakan sebuah pendekatan dalam pendidikan.[12] Jadi dapatdiketahui bahwa pendidikan humanistik adalah sebuah teori pendidikan yang menjadikan humanisme sebagai pendekatan.Tidak berbeda dengan teori pendidikan lainnya, pendidikan humanistik berupaya untuk mengembangkan potensi manusia.
konsep utama dari pemikiran pendidikan humanistik adalah menghormati harkat dan martabat manusia. Knight menyatakan hal mendasar dalam pendidikan humanistik adalah keinginan untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang menjadikan siswa terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan ketakutan gagal.[13]
Olafson dalam the Encyclopedia of Education mendefinisikan pendidikan humanistik sebagai berikut:
Pendidikan humanistik (humanistic education) adalah pendidikan yang bersumber dari ajaran asumsi humanisme.[14] Model pendidikan ini lebih merupakan pendidikan kemanusiaan daripada pendidikan tentang pengetahuan-pengetahuan yang khusus untuk profesi tertentu. Pendidikan humanistik adalah pendidikan umum sehingga bukan pendidikan spesialis. Penafsiran terhadap kekuatan manusia yang unik pada dasarnya dapat menghasilkan bentuk yang sama dengan pendidikan non-spesialis yang disebut dengan humanistik.
Pendidikan humanistik memandang manusia sebagai subyek yang bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Oleh karena itu, pendidikan humanistik tidak boleh memaksakan kehendak kepada anak. Para pendidik membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individumengenali dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan mewujudkan potensi yang ada pada diri mereka. Tujuan yang tidak sesuai dengan potensi anak tidak menjadi sasaran pendidikan humanistik.
Dalam Islam, pemikiran tentang pendidikan humanistik bersumber dari tugas utama diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu‟alaihi wassalam yaitu memberikan rahmat dan kebaikan kepada seluruh umat manusia. Hal yang demikian dapat kita lihat dalam firman Allah  SWT yang antara lain  terdapat dalam surah Lukman ayat 13 sebagai berikut: 
وَإِذْ َالَ لُقْمَانُ لاِبْنِه وَهُوَ يَعِظُه يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظِيْمٌ

Definisikan pendidikan humanistik dalam Islam sebagai proses pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk religius,abdullah dan khalifatullah, serta sebagai individu yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengembangkan potensinya.[15]
pendidikan humanistik hendak membentuk manusia yang memilikikomitmen humaniter sejati, yaitu insan manusia yang memeliki kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab sebagai insan individual namun juga berada di tengah masyarakat. Dengan demikian, ia mempunyai tanggung jawab moral untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat untuk kemaslahatan masyarakatnya.[16]
Pengembangan potensi tersebut akan terwujud manakala penyelenggaraan pendidikan mendasarkan pada pripsip yang humanis yakni melindungi nilai hidup, harkat dan martabat manusia. Pendidikan humanistik Islami ini akan merealisasikan tujuan humanisme Islam yaitu keselamatan dan kesempurnaan manusia karena kemuliannya.
Sebagai sebuah model pendidikan yang mampu memberikan penghargaan yang begitu bessar kepada peserta didik, pendidikan humanistik sangat cocok untuk diterapkan di berbagai tingkatan pendidikan. Tidak hanya di tingkat dasar seperti SD atau MI, tetapi juga sangat cocok diterapkan di SMP, SMA bahkan perguruan tinggi.Tokoh-tokoh Humanistik
Beberapa tokoh teori humanistik adalah:
a.       Abraham Maslow
Abraham Maslow adalah pakar psikologi asal Rusia. Ia mempunyai pandangan yang positif kepada manusia bahwa manusia mempunyai potensi untuk maju dan berkembang. Dalam teori needs yang ia kemukakan, Maslow mengatakan bahwa manusia dimotivasi, Self, Actualization, Self esteem, love and belongingness, Safeety need, Physiological need, oleh sejumlah kebutuhan. Kebutuhan itu dibedakan menjadi dua yaitu basic needs dan meta needs.
Basic needs atau kebutuhan dasar meliputi lapar, kasih sayang, rasa aman, harga diri. Sementara kebutuhan meta meliputi keadilan, kesatuan, kebaikan, keteratur, keindahan. [17]Selanjutnya Maslow menyusun kebutuhan itu secara hirarkis dari kebutuhan terendah sampai kebutuhan yang tertinggi. Lima kebutuhan itu digambarkan dalam piramida kebutuhan sebagai berikut.
Berikut penjelasan dari piramida hierarki need:
a.      Physiological needs
Physiological needs adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendesak untuk dipenuhi karena berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan ini berupa makan, minum, oksigen, istirahat, dan keseimbanagn temperatur.Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar manusia bisa meraih kebutuhan yang lebih tinggi.[18]
b.      Safeety needs
Safety need yaitu kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan psikologis yang fundamental dan perlu dipenuhi karena bisa mempengaruhi kepribadian yang serius. Kebutuhan rasa aman dibedakan menjadi dua macam yaitu aman secara fisik dan aman secara psikologis.[19]
c.       Love and Belongingness
Love and Belongingness adalah kebutuhan akan kasih sayang dan kebersamaan. Kebutuhan ini timbul di lingkungan keluarga, berkembang ke lingkungan sebaya dan akhirnya menuju pada kelompok sosial yang lebih luas.
d.      Self Esteem
Self Esteem adalah kebutuhan akan rasa harga diri. Ada dua macam self esteem yakni rasa harga diri oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang lain terhadap diri seseorang. Terpenuhinya kebutuhan ini akan menimbulkan sikap percaya diri, rasa kuat, rasa mampu, rasa berguna. Begitu pula sebaliknya, jika tidak terpenuhi bisa menimbulkan sikap rendah diri, rasa tidak pantas, rasa tak mampu dan sikap negatif lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini akan sangat membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lagi.
e.       Self Actualization
Self Actualization merupakan kebutuhan tertinggi. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk mengekspresikan, mengembangkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki. Juga merupakan dorongan untuk menjadi diri sendiri dan eksistensi diri. [20]
Hierarki kebutuhan mansuia tersebut mempunyai implikasi bagi siswa. Guru harus memperhatikan kebutuhan siswa ketika beraktivitas di dalam kelas. Guru juga dituntut untuk memahami kondisi siswa. Menurut Maslow, minat atau motivasi untuk belajar tidak dapat berkembang jika kebutuhan pokok siswa tidak terpenuhi. Siswa yang datang ke sekolah tanpa persiapan akan membawa berbagai macam persolan tersebut ke dalam kelas sehingga menggaggu kondisi ideal yang diharapkan.
b.      Carl Rogers
Carl Rogers tidak menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional siswa. Rogers membedakan dua ciri belajar:
1)      Belajar bermakna
Belajar akan bermakna jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan siswa. Ausebel mengemukakan teori belajar bermakna yang intinya adalah suatuproses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang .Faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan.[21]
Belajar yang tidak bermakna
Belajar yang tidak bermakna adalah belajar yang hanya melibatkan aspek pikiran siswa saja tanpa keterlibatan perasaannya.
Rogers memusatkan kajian-kajiannya pada potensi-potensi individu sehingga teorinya dinamakan “Client-Centered”. Inti dari teorinya tersebut adalah:
a)      Pandangan positif terhadap klien dan menerima klien apa adanya bagaimanapun keadaannya.
b)      Tidak mengevaluasi klien, tidak menilai baik atau buruk, salah atau benar, tidak menentang maupun menyetujui.
c)      Terapis mendengarkan keluhan klien dengan penuh simpati, menunjukkan pemahaman dan penerimaan.
d)     Terapis berperan untuk memantulkan kembali perasaan klien, memperjelas dan mengklarifikasi perasaan atau pikiran klien.
Rogers menyarakankan adanya suatu pendekatan yang menjadi belajar mengajar lebih manusiawi. Menurut Sri Rumini gagasan tersebut adalah:[22]
1)      Hasrat untuk belajar
Manusia mempunyai hasrat untuk belajar.hal ini terlihat ketika seorang anak begitu merasa ingin tahu ketika sedang mengeksplorasi lingkungannya. Dalam kelas yang humanistik, anak mempunyai kebebasan dan kesempatan untuk memuaskan dorongan ingin tahu dan minatnya terhadap sesuatu yang menurutnya bisa memuaskan kebutuhannya.


2)      Belajar yang berarti
Prinsip belajar ini menuntut adanya relevansi antara bahan ajar dengan kebutuhan yang diinginkan siswa. Anak akan belajar jika ada hal yang berarti baginya.
3)      Belajar tanpa ancaman
Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar ketika siswa dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman yang baru, atau membuat kesalahan tanpa adanya kecaman yang bisa menyinggung perasaannya. Adanya rasa nyaman ini membuat hasil belajar tersimpan dengan baik.
4)      Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan bermakna jika dilakukan atas inisiatif sendiri. Siswa mampu memilih arah belajarnya sendiri tanpa ada tekakan dari orang lain. Hal ini menjadikan siswa memiliki kesempatan untuk menimbang, membuat keputusan, memilih, dan instropeksi diri.hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri siswa.
5)      Belajar dan perubahan
Belajar paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Setiap anak telah mempelajari fakta dan gagasan di masa lalu. Namun adanya perubahan, membuat seorang anak harus belajar di lingkungan yang sedang dan terus berubah.
Selain itu, Rogers berpandangan bahwa pengalaman belajar harus digunakan secara ekstensif dalam pendidikan yang luas. Aktivitas belajar hendaknya tidak sekedar menekankan aspek kognitif yang bersifat faktual, namun yang lebih penting adalah pengalaman belajar. Pengalaman belajar akan membuat siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang sedang dilakukan.
a.       Arthur W. Combs
Arthur W. Combs berpendapat bahwa perilaku batiniah, seperti perasaan, persepsi, keyakinan, dan maksud, menyebabkan perbedaan diantara orang. Untuk memahami orang lain, kita harus melihat dunia orang lain seperti ia merasa dan berpikir tentang dirinya. Pendidik bisa memahami perilaku siswa jika mengetahui bagaimana siswa mempersepsikan perbuatannya pada suatu kondisi.[23]
Dalam proses pembelajaarn, informasi baru yang didapatkan siswa akan dipersonalisasikan ke dalam dirinya. Anggapan yang keliru ketika pendidik beranggapan siswa akan mudah belajar jika bahan ajar disusun rapi dan disampaikan dengan baik. Yang menjadi persolanbukanlah bagaimana bahan ajar itu disampaiakn tetapi bagaimana membantu siswa untuk memetik arti dan makna yang terkandung dalam bahan ajar itu dan mengaitkannya dengan kehidupannya.
3. Tujuan dan Prinsip Pendidikan Humanistik
tujuan pendidikan menurut humanistik sebagai berikut:
a.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran identitas diri yang melibatkan perkembanagn konsep diri dan sistem nilai.
b.      Mengutamakan komitmen terhadap prinsip pendidikan yang memperhatikan faktor perasaan, emosi, motivasi, dan minat siswa.
c.       Memberikan isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri.
d.      Memelihara perasaan pribadi yang efektif. siswa dapat mengembalikan arah belajarnya sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung jawab secara efektif serta memilih tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
e.       Berusaha untuk mengadaptasikan siswa terhadap perubahan-perubahan. Pendidikan melibatkan siswa dalam perubahan, membantunya belajar bagaimana belajar, bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana melakukan perubahan di dalam kehidupannya.[24]
Tujuan pembelajaran lebih menititikberatkan pada proses belajar dari pada hasil belajar.
Adapun prinsip teori belajar humanistik adalah:
a.       Manusia mempunyai belajar alami.
b.      Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan mempunyai relevansi dengan maksud tertentu.
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.      Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
e.       Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
f.       Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
g.      Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses pembelajarannya.
h.      Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
i.        Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
j.        Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.[25]
4. Aspek –Aspek Kemanusiaan Pembelajaran Humanistik
Manusia adalah makhluk multidimensional yang memiliki berbagai macam potensi. Howard Gardner menelaahmanusia dari sudut kehidupan mentalnya, khususnya aktivitas intelegensianya. Menurutnya manusia memiliki 9 macam kecerdasan yaitu:
a. Kecerdasan linguistik
Komponen inti kecerdasan ini adalah kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, berdebat.
b. Kecerdasan Matematis –Logis
Komponen inti kecerdasan jenis adalah kepekaan kepada memahami pola-pola logis atau numeris, dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar, dan berpikir logis, memecahkan masalah.
c. Kecerdasan Visual-Spasial
Komponen inti kecerdasan ini adalah kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung dan mendesain.
d. Kecerdasan Musikal
Komponen inti kecerdasan ini adalah kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasikan irama, pola titi nada dan warna nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal. Kecerdasanini berkaitan dengan kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik.
e. Kecerdasan Kinestetis
Kompenen inti kecerdasan jenis ini adalah kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengola objek, respons dan refleks. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan.
f. Kecerdasan Interpersonal
Kompenen inti kecerdasan ini adalah kepekaan mencerna dan merespons secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerjasama, dan mempunyai empati yang tinggi.
g. Kecerdasan Intrapersonal
Komponen inti kecerdasan ini adalah memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan mengenali diri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitive terhadap nilai diri dan tujuan hidup.[26]
h. Kecerdasan Naturalis
Komponen inti kecerdasan ini adalah keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies baik secara formalmaupun non-formal. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi dan identifikasi.
i. Kecerdasan Eksistensialis
Bentuk kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memberikan nasehat dan pertimbanagn tentang hidup.Anak dengan kecerdasan ini, berpotensi menjadi ustad, psikolog atau orang yang bisa memberikan solusi terhadap permasalahan orang.
Seorang anak juga memiliki kecerdasan inteletual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Ketiga kecerdasan tersebut diharapakan bisa berkembang secara serasi sehingga seorang anak akan menjadi individu mandiri yang berjiwa tangguh ketika dewasa nanti.
Tokoh lain, yakni Ki Hajar Dewantara berpendapat manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia melalui pendidikan harus mampu mengakomodasi pengembangan daya dan berbagai kecerdasan manusia tersebut secara utuh. Pengembangan yang hanya menitikberatkan pada satu daya akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia.
Beberapa nilai dan sikap dasar manusia yang ingin diwujudkan melalui teori humanistik yaitu:
1.      Manusia yang menghargai dirinya sendiri sebagai manusia.
2.      Manusia yang menghargai manusia lain seperti dia menghargai dirinya sendiri.
3.       Manusia memahami dan melaksanakan kewajiban dan hak-haknya sebagai manusia.
4.      Manusia memanfaatkan seluruh potensi dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
5.      Manusia menyadari adanya kekuatan akhir yang mengatur seluruh hidup manusia.[27]
a.       Implementasi Pendidikan Humanistik
Model Pembelajaran Humanisitik
Pada model pembelajaran humanistik siswa dipandang sebagai manusia yang kompleks dan unik. Model pembelajaran ini mengusahakan partisipasi aktif siswa.
Berikut beberapa model pembelajaran humanistik:
1)      Student Centered Learning
Konsep pembelajaran ini diajukan oleh Carl Rogers yang intinya:
a)      Kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi.
b)      Seseorang akan belajar secara signifikan hanya pada hal-hal yang memperkuat dirinya.
c)      Manusia tidak bisa belajar jika berada dibawah tekanan.
d)     Pendidikan akan membelajarkan siswa secara signifikan jika tidak ada tekanan kepada siswa, dan perbedaan yang muncul difasilitasi.[28]
2)      Humanizing of The Classroom
Pencetus Humanizing of The Classroomadalah John P. Miller. Model pembelajaran ini dilatarbelakangi oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi sehingga menyebabkan siswa putus asa dan mengakhiri hidupnya. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal yakni menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak hanya pada substansi materi saja, tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
3)      Active Learning
Active Learning dicetuskan oleh M. L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan secara sekaligus.
Dalam Active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengar dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, diskusi dan melakukan akanmemperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan.

4)      Quantum Learning
Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurolingusitik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum Learning mengasumsikan jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara tepat akan membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga sebelumnya.[29]
Konsep dasar dari Quantum Learning adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung secara gembira sehingga akan lebih mudah informasi baru masuk dan terekam dengan baik.
5)      Quantum Teaching
Quantum Teaching berusaha mengubah mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan menjadi belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi satu kesatuan kekuatan yang integral. Model pembelajaran quantum teaching bersandar pada asas utama bawalah dunia mereka (siswa) ke dunia kita (guru), dan antarkanlah dunia kita (guru) ke dunia mereka (siswa).
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnyaserta persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan hingga mencapai harmoni.
6)      The Accelerated Learning
Penggagas model pembelajaran ini adalah Dave Meir. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual dan Intellectual (SAVI). Somatic berarti learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory berarti learning by talkingand hearing(belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual berarti learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual maksudnya learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi).
Adapun proses belajar yang umum dilalui adalah:
a)      Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
b)      Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif.
c)      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
d)     Mendorong siswa untuk peka berfikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
e)      Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan. Guru mencoba memahami jalan pikir siswa, mendorong siswa bertanggung jawab atas perbuatannya.
f)       Memberikan kesempatan siswa untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
g)      Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.[30]
Penilaian belajar yang dilakukan adalah penilaian berbasis proses. Guru punya kesempatan untuk menilai aktivitas siswa setiap kali bertatap muka dengan siswanya. Selain itu juga bisa memakai penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio dan penilaian diri (self assessment[31]).


a.       Guru
Implikasi dari hierarki kebutuhan Maslow, mengharuskan guru untuk mengupayakan pemenuhan kebutuhan dasar anak sehingga kebutuhan yang lebih tinggi juga terpenuhi. Guru berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, self esteem maupun aktualisasi diri.[32]
Selain itu guru berperan sebagai fasilator bagi siswa. Menurut Rogers tugas guru adalah:
1)      Guru perlu membina kepercayaan siswa sedini mungkin agar bisa menjalankan tugasnya secara maksimal di kelas.
2)      Guru perlu mendorong siswa mengungkapkan keinginan-keinginan pribadi dan kelompok, dan tugas memperjelas keinginan-keinginan tersebut untuk menghindari pertentangan.
3)      Guru perlu mengupayakan kemandirian anak, dan memotivasi siswa untuk menemukan cara belajar yang sesuai.
4)      Guru berperan sebagai narasumber, memperluas pengalaman belajar siswa dan mendorong keaktifan seluruh kelompok.
5)      Guru perlu mengenal dan menerima pesan-pesan emosional dan intelektual yang dinyatakan oleh siswa dan kelompoknya.
6)      Guru berperan sebagai partisipan aktif dalam kelompok dan mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan, menjaga saling pengertian, tanggap dan empati terhadap perasaan anggota.
7)      Mengetahui kekuatan dan keterbatasannya bekerja dengan siswa.[33]
Di lain kesempatan, Rogers menyampaikan ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:
1)      Merespon perasaan siswa.
2)      Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah direncanakan.
3)      Berdialog dan berdiskusi dengan siswa.
4)      Menghargai siswa.
5)      Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan.
6)      Menyesuaikan isi kerangka berfikir siswa.
7)      Tersenyum pada siswa.[34]

b.      Siswa
Aliran humanistik membantu siswa untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Siswa merupakan pelaku utama (subyek) dalam proses belajar. Memberi bimbingan yang tidak mengekang kepada siswa dalam kegiatan belajarnya akan memudahkan dalam penanaman nilai-nilai yang akan memberinya informasi tentang hal yang positif dan hal yang negatif.
Menurut Rogers ada prinsip pendidikan dan pembelajaran yang harus diperhatiakn guru yaitu:
1)      Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
2)      Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa.
3)      Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
c.       Contoh aplikasi teori humanistik dalam proses pembelajaran
Aplikasi teori humanistik dalam proses pembelajaran dintaranya adalah belajar kooperatif. Belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan siswa untuk berprestasi secara maksimal.
Dalam praktek pelaksanaannya ada tiga karakteristik yaitu :
1)      Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota), dan komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
2)      Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik dan melakukannya secara berkelompok.
3)      Murid diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompokTeknik belajar kooperatif antara lain adalah jigsaw. Murid dimasukkan ke dalam tim-tim keil yang bersifat heterogen, kemudian tim diberi bahan pelajaran. Murid mempelajari bagian masing-masing bersama-sama dengan anggota tim lain yang mendapat bahan serupa. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mengerjakan bagian yang telah dipelajarinya bersama dengan anggota tim lain kepada teman-temannya satu kelompok. Akhirnya semua anggota tim dites mengenai seluruh bahan pelajaran. Skor yang diperoleh siswa dapat ditentukan dengan dua cara, yakni skor untuk masing-masing siswa dan skor untuk tim.[35]
Teknik lain adalah pembelajaran kolaboratif. Prosedur pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut:
a)      Guru menjelaskan topik yang akan dipelajari.
b)      Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
c)      Guru membagi lembar kasus terkait dengan topik yang dipelajari.
d)     Siswa diminta membaca kasus dan mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan solusi terhadap kasus.
e)      Siswa diminta mendiskusikan hasil pekerjaannya dalam kelompok kecil masing-masing dan mendiskusikan kesepakatan kelompok.
f)       Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dalam kelas dan meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan.macam kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, matematis logis, visual spasial, musical, kinestetis, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.[36]
pendidikan humanistik mampu memperkenalkan apresiasi yang tinggi kepada manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dan bebas serta dalam batas-batas eksistensinya yang hakiki dan sebagai khalifatullah. MI Ma‟arif menghargai berbagai perbedaan yang dimiliki oleh siswa dengan terus membantu menggali, melayani, dan membantu siswa untuk berkembang.[37]



BAB III
METODE PENELITIAN


A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomenatentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif mengunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu layar yang berkonteks khusus.
Pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.  mengemukakan sebagai berikut: kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Penelitian ini dilakukan di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

B.     Subjek dan Objek Penelitian
1.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah satu orang guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
2.      Objek penelitian
Adapun yang mnejadi objek dalam penelitian ini penerapan metode Humanistik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kepada peserta didik di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

C.    Data, Sumber Data, dan Tekhnik Pengumpulan Data
1.      Data
Data yang digali dlam penelitian ini meliputi data primer (data pokok) dan data sekunder (penunjang).
a.       Data Pokok
1)      Penerapan Metode Humanistik yang diberikan guru PAI kepada anak didiknya:
a)      membina kepercayaan Diri.
b)      Penanaman sikap mandiri
c)      mendorong keaktifan peserta didik.
d)     Penanaman sikap empati
2)      Faktor-faktor yang mempengaruhi guru PAI dalam mendidik dan menerapkan pendidikan Agama Islam melalui metode humanistik
a)      Latar belakang pendidikan
b)      Lingkungan
c)      Waktu yang tersedia
d)     Peserta didik
b.      Data penunjang
Data yang berkenaan dengan lokasi atau objek penelitian, berupa gambaran lokasi penelitian yang meliputi:
1)      Letak geografis Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
2)  Keadaan masyarakat yang meliputi:
a)      Keadaan sosial
b)      Keadaan keagamaan
c)      Keadaan kebudayaan dan seni
d)     Keadaan perekonomian
e)      Keadaan pendidikan.
1.      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat diberikan menjadi :
a.       Responden satu orang Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
            b.   Informan, terdiri atas :
                  1)   Kepala sekolah SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan kabupaten Banjar. 
                  2)   Dewan guru dan tata usaha SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
                  3) Siswa SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
      3.   Teknik Pengumpulan Data
                        Untuk mengumpulkan data diatas digunakan beberapa teknik, yaitu:
            a.   Wawancara
                  Teknik ini dilakukan dengan model tanya jawab langsung terhadap responden dan informan berdasarkan pedoman wawancara.
            b.   Observasi
                  Adapun data yang digali dengan teknik ini adalah keadaan sekolah, alat dan sarana serta prasarana.
              c. Dokumenter
                  Teknik ini dilakukan terhadap kepala sekolah, staf tata usaha dan elemen pendukung lainnya, yang bisa digunakan untuk menggali data tentang riwayat hidup berdirinya sekolah, keadaan sekolah, keadaan kelas, siswa, guru dan dokumen yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan di teliti.
                              Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data dan teknik pengumpulan data yang digunakan, dapat dilihat pada matriks berikut ini :
MATRIKS
DATA, SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

   No
Data
Sumber Data
TPD
1.


























Data Pokok
a.Data yang berkenaan dengan Pendidikan, penerapan Metode Humanistik oleh Guru PAI dalam aspek materi pendidikannya
1) Penerapan Metode Humanistik Oleh Guru PAI, meliputi :
a)      membina kepercayaan Diri.
b)      Penanaman sikap mandiri
c)      mendorong keaktifan peserta didik.
d)     Penanaman sikap empati
b) Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses penerapan Metode Humanistik Oleh Guru PAI di ruang kelas dan di luar kelas, meliputi :
- Siswa
- Guru
- Waktu yang tersedia
- Sarana dan prasarana
Data Penunjang
a)    Riwayat singkat berdirinya SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

b) Keadaan sekolah, guru, staf tata       usaha dan siswa






Guru
Guru
Guru

Guru










Kepala Sekolah, guru


Kepala Sekolah, guru, siswa






Ww, Obs
Ww, Obs
Ww, Obs

Ww, Obs





Wawancara
Wawancara
Observasi
Observasi

Ww, Obs
Ww, Obs


Ww, obs, documenter

C. Kerangka Dasar Penelitian
                  Dalam penelitian ini kerangka dasar penelitiannya berisi mengenai penerapan  terhadap anak didik pada Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang dilambangkan dengan huruf “Y”, selanjutnya di dalam penelitian ini juga akan menggambarkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perihal tersebut. Faktor-faktor ini disebut variabel bebas ( independent variable) yang dilambangkan dengan huruf “X” dan terdiri dari X1-X4 . Untuk lebih jelasnya penulis gambarkan dalam bentuk skema berikut ini :



      Variabel Bebas                                          Variabel Terikat
      X1
      X2                                                                         Y
      X3
      X4
      Keterangan :
      Y     : Penerapan metode humanistik oleh Guru PAI terhadap peserta didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
      X      : Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan metode humanistik oleh Guru PAI terhadap peserta didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang intan Kabupaten Banjar.
      X1      : Faktor Guru
      X2      : Faktor siswa
      X3       : Faktor waktu
      X4       : Faktor sarana dan prasarana
D. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
      1.   Teknik Pengolahan Data
                        Dalam pengolahan data digunakan tahapan-tahapan sebagai berikut:
            a.   Editing
                              Yaitu melihat kembali data-data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah semua jawaban sudah terisi lengkap dan sudah bisa untuk dipahami.
            b.   Klasifikasi
                  Penulis mengklasifikasikan data-data hasil jawaban respon menurut macamnya tiap-tiap data yang diperoleh, supaya mudah dipelajari dan dapat diarahkan kepada pokok permasalahan.
            c. Interpretasi
                  penulis mentafsirkan data-data yang diperoleh dilapangan dan kemuidian penulis sampaikan dalam bentuk paparan sebagai gambaran. 
      2.   Analisa Data
                        Setelah data disajikan dan interpretasikan, kemudian di analisa. Analisa data dilakukan dalam rangka menentukan bagaimana penerapan metode humanistik oleh guru Pendidikan Agama Islam terhadap anak didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar dan faktor-faktor yang mempengarhinya, untuk ini dilakukan analisa deskriptif kualitatif, sedangkan dalam mengambil kesimpulan penulis menggunakan metode induktif, yaitu mengambil kesimpulan secara umum berdasarkan data-data khusus yang ada di lapangan.

E. Prosedur Penelitian
                  Dalam melakukan penelitian ada beberapa prosedur dan tahapan yang penulis lalui, yaitu :
      1.   Tahap pendahuluan :
            a.   Penjajakan ke lokasi yang diteliti
            b.   Konsultasi dengan dosen pembimbing
            c.   Mengajukan desain proposal penelitian.
      2.   Tahap persiapan
a.       Seminar proposal
b.      Revisi hasil seminar dengan petunjuk dosen pembimbing yang telah ditentukan.
c.       Memohon surat izin riset dari ketua STAI Darussalam Martapura.
d.      Menyiapkan daftar wawancara dan observasi.



      3.   Tahap pelaksanaan
            a.   Praktek ke lapangan dengan melakukan wawancara dan observasi   untuk mencari data.
            b.   Mengumpulkan data.
            c.   Mengelola data.
      4.   Tahap penyusunan laporan
                        Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian berdasarkan sistematika yang telah di tentukan, kemudian diserahkan kepada pembimbing untuk dikoreksi dan disetujui. Setelah itu diperbanyak dan selanjutnya siap untuk diujikan dan dipertahankan.








BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANLISIS DATA

A.    Gambaran Umum lokasi Penelitian
Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
1.      Nama Sekolah                        : SDN Jingah Habang Hilir
2.      NSS                                        : 101150107001
3.      NIS                                        : 10 00 10
4.      NPSN                                     : 30300518
5.      Status                                     : Negeri
6.      Tahun Berdiri                         : 1957
7.      Alamat                                   : Jl. Melati No. 80 RT 02
8.      Desa                                       : Jingah Habang Hilir
9.      Kecamatan                             : Karang Intan
10.  Kabupaten / Kota                   : Banjar
11.  Propinsi                                  : Kalimantan Selatan
12.  Nilai Akreditasi                      : B
13.  Jumlah Rombel / Kelas          : 5 / 6
14.  Luas tanah seluruhnya           :  1156 m²
15.  Luas bangunan                       :    729 m²
16.  Luas kebun / halaman            :    427 m²
17.  Status tanah                           : Hak Milik (Sertifikat)

KEPALA SEKOLAH
1.      Nama                                      : Abdul Muis, S. Pd
2.      NIP                                        : 19600510 198202 1 004
3.      Jenis Kelamin                         : Laki-laki
4.      Tempat, Tgl. Lahir                 : Barabai, 10 Mei 1960
5.      Pangkat / Gol                         : IV/b
6.      Pendidikan Terakhir               : S1

Data Kepala Sekolah yang Pernah Menjabat
No.
Nama
Periode
1.
Hj. Norsehan, S. Pd.
1988-2000
2.
Abdullah, S. Pd.
2000-2003
3.
H. Askolani, S. Pd.
2003-2005
4.
M. Salim, A. Ma
2005-2010
5.
Drs. Suriansyah
2010-2012
6.
Abdul Muis, S. Pd.
2012-2015

VISI DAN MISI SEKOLAH
1.      VISI
BERTEKAD MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN UNTUK MENGHASILKAN ANAK DIDIK YANG ISLAMI BERWAWASAN IPTEK

2.      MISI
1.      Membimbing siswa menjadi sumber daya manusia (SDM) yang sehat jasmani dan rohani , berkepribadian luhur, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM) berorientasi mutu dan profesional
3.      Menerapkan manajemen partisipatif  warga sekolah, masyarakat dan pemerintah.
4.      Mengupayakan lingkungan sekolah yang tertib, aman dan nyaman.

3.      TUJUAN
Sesuai tujuan pendidikan dasar, visi pemerintah visi dan misi sekolah maka tujuan yang ingin dicapai oleh SDN Jingah Habang Hilir Kecamatan Karang Intan
a.         Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.
b.        Meraih prestasi akademik maupun non akademik.
c.         Menguasai dasar - dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bakat untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
d.        Menghargai dan menghormati sesama di lingkungan sekolah,keluarga dan masyarakat yang berbeda agama, budaya, suku bangsa dan status sosial.
e.         Munculnya generasi yang tangguh baik aqidah maupun keilmuan serta berjiwa kebangsaan.
f.         Membiasakan hidup sehat dalam kegiatan baik di lingkungan sekolah maupun rumah.
g.        Melaksanakan PMB dengan pendekatan PAKEM.

4.             KEADAAN SISWA
Kelas
2012 / 2013
2013 / 2014
2014 / 2015
L
P
Jlh
Jlh
Kls
L
P
Jlh
Jlh
kLS
L
P
Jlh
Jlh
Kls
I
15
9
24
1
11
5
16
1
12
13
25
1
II
13
12
25
1
15
10
25
1
12
5
17
1
III
18
17
35
1
13
11
24
1
17
10
27
1
IV
15
17
32
1
16
16
32
1
14
10
24
1
V
14
7
21
1
14
17
31
1
14
15
29
1
VI
17
10
27
1
11
7
18
1
14
17
31
1
Jlh
92
72
164
6
80
66
146
6
83
70
153
6


5.        DATA LAPORAN KELULUSAN SISWA
Thn Pelajaran
Peserta Terdaftar
Peserta
Mengikuti
Peserta Yang Lulus
Peserta Tidak Lulus
Prosentase Kelulusan
2012/ 2013
2013 / 2014
2014 / 2015
27
18
31
29
31
35
27
18
31
29
31
35
27
18
31
29
31
35
-
-
-
-
-
-

100 %
100%
100%
100%
100%
100%




6.      Data kepala Sekolah dan Guru
No.
Nama
Pendidikan
Jabatan
1.
Abdul Muis, S. Pd.
S. Pd.
Kepala Sekolah
2.
H. Syahlani, A. Ma.
D2 PGSD
Guru Kelas
3.
Norliani, A. Ma.
S 1PAI
Guru Agama
4.
Yuliani, A. Ma.
D2
Guru B. Indonesia
5.
Zarkani
S. Pd. I
Guru Kelas
6.
Maulana
S. Pd. I
Guru Kelas
7.
Sutianingsih
SMA
Guru IPA
8.
Faisal Rahman
S1 Unlam
Guru B. Inggris
9.
Izna Fatia
S. Pd
Guru Matematika
10.
Faulia Ariyani
S. Pd
Guru IPA
11.
Zainal Muttaqin
SMA
Pustakwan
12.
Yudi Ferdian
S1 STIE
Tata Usaha
13.
Midyan Rosyadi
SMA
PSD


7.        DATA KEADAAN GURU / PEGAWAI
Ijazah
Tertinggi
Keadaan Jumlah Pegawai
JLH
Kepsek
Guru PNS
Guru Tidak Tetap
Perpustakaan
Honorer
TU Honorer
PSD
Honorer

S2
S1
D4
D3
D2
D1
SLTA
-
1
-
-
-
-
-
-
5
-
-
-
-
3
-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
9
-
-
-
-
4

1
8
3
-
-
1
13




8.        DATA PRESTASI SISWA 3 TAHUN TERAKHIR (RATA²)
No
Mata Pelajaran
2012 / 2013
2013 / 2014
2014 / 2015
1
2
3
4
5
PKn
Bahasa Indonesia
Matematika
IPA
IPS
7,23
8,29
6,17
7,66
7,70
7,75
7,81
5,97
7,17
7,75


9.      PRASARANA SEKOLAH
1.      Jenis Sarana Yang Dimiliki Sekolah
NO
JENIS
KEBERADAAN
FUNGSI
YA
TIDAK ADA
YA
TIDAK
1
Ruang Kepala Sekolah
-
-
2
Ruang Wakil Kepala Sekolah
-
-
-
3
Ruang Guru
-
-
4
Ruang Layanan Bimbingan dan Konseling
-
-
-
5
Ruang Tamu
-
-
6
Ruang UKS
-
-
-
7
Ruang Perpustakaan
-
-
8
Ruang Media dan Alat Bantu PBM
-
-
-
9
Ruang Penjaga Sekolah
-
-
-
10
Ruang /Pos Keamanan
-
-
-
11
Aula / Gedung Serba Guna
-
-
-
12
Gudang
-
-
13
Kantin Sekolah
-
-
14
Halaman Sekolah
-
-

2.      Ruang Kelas
Kondisi Ruang Kelas
Jumlah Ruang Kelas
Baik
5
Rusak Ringan

Rusak Berat
-
Total
5


3.      WC dan Kamar Mandi
Peruntukan

Jumlah
Kondisi
Ada
Tidak
Baik
Tidak Baik
Kepala Sekolah / Guru / Karyawan
-
1
-
Siswa Laki-laki
-
1
-
Siswa Perempuan
-
1
-

4.      Prasarana
Jenis
Keberadaan
Kondisi
Ya
Tidak
Baik
Rusak
Instalasi Air
-
-
Jaringan Listrik
-
-
Jaringan Telepon
-
-
-
Internet
-
-
-
Akses Jalan
-
-


5.      Sarana lain yang dimiliki sekolah
a). Laptop (2 unit)


ALAT BANTU AJAR
No
ALAT
JUMLAH
TAHUN PENGADAAN
KONDISI
BAIK
RUSAK
1
Kerangka Manusia
1
1995

2
Anatomi Tubuh
1
1995

3
Alat Peraga Matematika
1
2003

4
Alat Peraga Agama
3
2008

5
Alat Peraga BTA
13
2008

6
Alat Peraga B. Inggris
2
2009

B.     Penyajian Data
                Setelah penulis kemukakan tentang gambaran umum Lokasi Penelitian selanjutnya penulis akan menggambarkan dan menyajikan data tentang Penerapan Metode Humanistik Anak Kelas 1 SD oleh Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
1.      Penerapan Metode Humanistik yang diberikan Guru Pendidikan Agama Islam Kepada Anak Didiknya di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, Yaitu:
a.       Membina kepercayaan Diri
            Berdasakan hasil wawancara dan observasi dengan guru Pendidikan Agama Islam tentang membina Kepercayaan diri siswa dalam mata Pelajaran PAI, guru PAI yang melaksanakan Proses Pendekatan Individual dengan siswa ketika berada didalam kelas maupun diluar kelas, ketika didalam kelas guru mata pelajaran PAI dikelas I dengan jumlah muridnya 31 orang, dalam hal menjalin Pendekatan Individual dengan siswa guru melakukakan nya dengan baik, karena guru menyadari pentingnya proses Pendekatan Individual antara guru mata pelajaran PAI dengan anak didiknya yang berada di Kelas I agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Pendekatan Individual sangat diperlukan untak melihat perkembangan anak dan memajukan pelajaran PAI, Tanpa Pendekatan Individual pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Hasil yang ingin dicapai pun tidak memenuhi standar penilaian yang sudah ditentukan. Dalam hal melakukan pendekatan ini guru PAI bisa meningkatkan sikap percaya diri anak didik dengan pendekatan individual yang baik
b.      Penanaman Sikap Mandiri
Dari hasil Observasi dan Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam  beliau cukup mengetahui bahwa seorang murid itu adalah orang yang sedang belajar atau menuntut ilmu dalam bimbingan seorang atau beberapa orang guru. 
Guru Pendidikan Agama Islam menydari bahwa sebagai orang yang sedang belajar, maka murid berhak mendapat pelajaran dan pendidikan, juga bimbingan serta pembinaan dari gurunya. Dia juga berhak untuk mendapatkan pengayoman, buka bentakan, atau kemarahan. Peserta didik juga berhak menerima cinta dan kasih saying selama belajar dan menuntut ilmu walaupun bentuk pengayoman, cinta, dan kasih sayang itu berbeda-beda menurut tiap-tiap guru. Ini merupaka metode humanisti yang sangat manjur diterapkan di SD Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, Tapi intinya, peserta didik haruslah belajar dalam suasana yang nyaman dan dia tidak merasa tertekan atau terpaksa.
diketahui bahwa guru PAI Dalam melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kelompok, dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan tujuan untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan cara bergotong royong. Sebagai Metode, Pendekatan kerja kelompok dipakai guru Pendidikan Agama Islam untuk mencapai macam-macam tujuan di Sekolah. Karena di dalam prakteknya Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan di dalam prakteknya menggunakan pendekatan Kerja kelompok yang cukup baik untuk menumbuhkan sifat mandiri terhadap anak didiknya.
c.       Mendorong keaktifan peserta didik
Semua guru pasti menginginkan mempunyai murid-murid yang rajin. Rajin artinya giat, bersugguh-sungguh, dan semangat dalam mengerjakan suatu hal. Murid yang ajin berarti murid yang giat, bersungguh-sungguh dan semangat dalam belajar atau menuntut ilmu. Orang yang rajin dimanapun ia berada pasti akan dibutuhkan orang (baik tenaga maupun pikiran). Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan cukup baik dalam memberikan motivasi terus menerus agar murid-murid selalu memelihara sikap ini.
dari hasil observasi dan wawacara di ketahui bahwa Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan Kabupaten Banjar, dalam kegiatan belajar mengajar guru membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar dan terkadang memperhatikan juga pendapat dan kemauan anak didik. Karena permasalahan yang dihadapi setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatannya pun akan lebih tepat bila menggunakan pendekatan bervariasi.
Tidak hanya rajin yang diharapakan oleh Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Anak didiknya, Guru Pendidikan Agama Islam juga menanamkan sikap Tekun kepada anak didiknya di SDN Jingah Habang ilir Kecamatan Karang Intan. Karena Guru Pendidikan Agama Islam menyadari bahwa sikap tekun ini lebih memperlihatkan kematangan emosi. Oleh karenanya orang yang tekun biasanya lebih sabar dan pandai mengendalikan diri. Dia juag teliti dan sangat memperhatika detil. Murid yang tekun sesungguhnya telah menggenggam separuh dari keberhasilan masa depannya. Dia hanya tinggal menacari cara, bagaimana meraih yang separuh lagi, sehingga mengantarkan dia pada kejayaan menggapai cita-cita.
d.      Penanaman Sikap Empati
Pada dasarnya peserta didik mempunyai sifat empati jiwa kepedulian yang siap untuk dikembangkan di sekolah. Guru Pendidikan Agama islam di SDN Jingah Habang Ilir kecamatan Karang intan menydari ini. Guru PAI menyadari bahwa sekolah merupakan lahan paling subur untuk menumbuhkan sikap keperdulian anak kepada sesamanya. Peserta didik harus disadarkan bahwa mereka hidup bukan hanya untuk kesenangan diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Dengan begitu , akan tumbuh kesadaran untuk hidup bersama dan selalu siap memberikan sebagian yang mereka miliki kepada sesama. Terutama kepada fakir miskin. Jiwa peduli ini harus dihidupkan sejak dini agar mereka terbiasa berbagi kebahagian. Sesungguhnya tidak ada kebahagian dalam hidup ini selain bisa saling berbagi dengan sesama.
Dari hasil observasi dan wawancara di ketahui bahwa guru PAI dalam melakukan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk  mendidik  dilakukan cukup baik. Karena Guru PAI menyadari bahwa sikap dan perbuatan yang ia lakukan harus bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didiknya dengan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Dari  hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa Pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan dalam melaksanakan proses belajar mengajar tidak hanya menggunakan metode satu atau dua macam saja dalam melaksanakan Proses belajar mengajar guru PAI Menggunakan penggabungan beberapa pendekatan dalam membimbing dan membina jiwa keagamaan anak didik. Pendekatan keagamaan Dapat membantu anak didik menumbuhkan jiwa agama yang kuat di dalam diri anak didik, yang pada akhirnya nilai-nilai Agama dapat mereka yakini, pahami, hayati, dan di amalkan mereka selama hayat para anak didik di kandung badan.
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan menggunakan Bahasa yang baik dalam proses belajar mengajar. Guru PAI Menyadari Penggunaan Bahasa yang baik sebagai alat untuk mengungkapkan makna yang di wujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosakata) akan mudah dipahami jika cara penyampaian bagus dan mudah dimengerti oleh anak didik, karena hal demikian berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, Pikiran, pendapat dan perasaan).      
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan Pendekatan Penerapan Metode Humanistik Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
a.       Guru
Faktor guru yang mengajar dengan indikator pengalaman, dan latar belakang pendidikan , kompetensi yang dimiliki, serta pernah mengikuti berbagai macam diklat pendidikan. Guru yang melaksanakan Penerapan Pendekatan Metode Humanistik dalam pembelajaran PAI Dengan Pelaksanaan Program Pembelajaran untuk menciptakan Kepercayaan Diri Siswa, Sikap Mandiri, keaktifan siswa dan Penenaman Sikap Empati dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah Ibu Norliani, A. Ma. Pengalaman guru mengajar 10 Tahun menjadi Guru, dan pendidikan yang ditempuh adalah SI IAIN Antasari Banjarmasin. Ibu Norliani juga sering mengikuti berbagai macam diklat pendidikan untuk menembah kompetensi dan pengetahuan dalam memberikan pelajaran dan melaksanakan proses belajara mengajar yang baik di kelas terhadap anak didiknya di SDN Jingah Habang Ilir Kecematan Karang Intan Kabupaten Banjar Pengalaman kerja sangat penting bagi seorang guru. Guru yang banyak memiliki pengalaman kerja di sekolah, dia akan mudah melaksanakan tugasnya, karena pengalaman tersebut dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang banyak mempunyai pengalaman kerja sebagai guru, dia akan dapat memberikan bimbingan kepada siswanya. Masa kerja atau lamanya kerja seorang guru juga cukup mempengaruhi kecakapan dan keahlian dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Karena ilmu dan pengetahuan saja tidak cukup tanpa ada pengalaman kerja. Melalui pengalaman akan menambah kematangan dalam mengerjakan sesuatu serta dari pengalaman tersebut dapat mengimbangi antara kenyataan yang dihadapi saat melaksanakan tugas dengan ilmu yang didapatnya..
b.      Siswa
Minat siswa dilihat dari kerajinan/ keaktifan mengikuti pelajaran dan perhatian selama mengikuti pelajaran PAI. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi terlihat semuanya aktif dan memperhatikan dengan baik setiap materi yang dijelaskan oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
c.       Sarana Prasarana
             Berdasarkan hasil observasi dari wawancara, fasilitas yang digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran PAI Hanyalah ruang kelas dan buku-buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam.




C.    Analisis Data
Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar berdiri pada tahun 1957 yang beralamat di Jl. Melati No. 80 Rt. 02 dengan luas tanah keseluruhan 1156 M2  dengan nilai Akreditasi B.
Kepala sekolah yang menjabat saat ini adalah Bapak Abdul Muis, S. Pd. Dengan pangkat Gol IV / B. dengan jumlah Tenaga pengajar sebanyak 13 Orang.
Dalam hal ini penulis akan mengemukakan tentang:
1.      Pelaksanaan Penerapan Pendekatan Metode Humanistik Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupatan Banjar.
a.       Membina Kepercayaan Diri
Dari data yang telah penulis kemukakan dapat dijelaskan bahwa:
Percaya diri merupakan sumber kekuatan yang luar biasa. Percaya diri laksana reactor yang membangkitkan segala energy yang ada ada pada diri seseorang untuk mencapai sukses. Sebagai generasi penerus bangsa, sikap percaya diri sangat penting ditanamkan pada peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok yang mampu Data yang didapat mengembangkan potensi diri.
Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam Mempunyai cara sendiri untuk membangkitkan Kepercayaan diri Peserta didiknya diantaranya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru memberikan Apresiasi berupa pujian atas setiap pencapaian yang dicapai peserta didik, hal ini akan mengembangkan rasa percaya dirinya, dan peserta didik pun akan akan menerima lebih banyak lagi kesuksesan dalam kehidupannya. Guru Pendidikan Agama Islam menyedari bahwa ia tidak akan memberikan pujian tanpa alasan. Sebab, boleh jadi, peserta didik akan tumbuh menjadi sosok yang “gila pujian”.
Selain itu Guru pendidikan Agama Islam juga mengajari anak didiknya untuk bertanggung jawab , banyak hal yang dilakukan oleh guru untuk menerapkan prinsip ini, seperti meugaskan peserta didik menjadi pembawa acara, pemimpin rapat dikelas, dan lain sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini akan memberikan rasa tanggung jawab pada dirinya sekaligus mengajarinya untuk bersedia menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya, serta akan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi dalam dirinya.
Selain itu, Guru Pendidikan Agama islam mengajari peserta didik agar bersikap ramah dan senang membantu orang lain. Untuk mengejari peserta didik seperti ini, Guru Pendidikan Agama Islam selalu bersikap ramah terhadap siapapun sekaligus selalu tersenyum kepadanya. Guru Pendidikan Agama Islma pun menjadikan segala rutinitas hariannya menjadi menyenangkan.
Selain itu juga, Guru Pendidikan Agama islam tidak pernah menegur anak didiknya yang salah langsung dihadapan teman-temannya. Dan juga guru Pendidikan Agama islam mendukung sepenuhnya sesuatu yang menjadi minat peserta didik. Guru Pendidikan Agama Islam Juga Tida memanjakan peserta didiknya.
pada saat penelitian diketahui bahwa guru mata pelajaran PAI mampu dalam berinteraksi baik dengan murid-muridnya pada saat jam pelajaran dengan menggunakan pendekatan Inidvidual. Hal tersebut dilakukan agar tercapainya tujuan yang diinginkan dengan maksimal dan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran serta memudahkan guru dalam menentukan pelajaran yang diajarkan. Dengan mengalokasikan waktu untuk berinteraksi dengan menggunakan Pendekatan Individual untuk membangung kepercayaan diri terhadap anak peserta didik, guru mampu membagi mata pelajaran yang diajarkan kapan pelajaran itu diajarkan dan ruang mana pelajaran itu akan diajarkan pada suatu kelas tertentu serta mampu menyelesaikan pelajaran yang sudah direncanakan yang diajarkan dengan baik.
            Dari hasil penelitian observasi, senin 19April 2015, proses interaksi antara guru mata pelajaran PAI dengan murid-murid yang berada di kelas  tersebut guru dapat menjalin proses interaksi dengan menggunakan Pendekatan individual dengan baik dan efektif selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
            Berdasarkan sumber-sumber tersebut  dapat ditetapkan dan dikembangkan proses interaksi dengan menggunaka pendekatan individual untuk meningkatkan kompetensi dasar anak-anak murid  Dalam mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menyelesaikan Pembelajaran secara Efektif berlangsung cukup baik.
Tetapi setelah penulis melakukan observasi dan melihat dokumen ternyata tidak semua guru mampu menjalin interaksi dengan menggunakan pendekatan individual yang baik kepada murid-muridnya.
Dari 1 orang guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas I yang penulis teliti guru tersebut mampu menjalin proses interaksi dengan menggunakan pendekatan individual yang baik dengan murid-muridnya yang berada di kelas I, beliau menyedari akan pentingnya membangun Sikap percaya diri peserta didiknya.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Guru tersebut memberikan pelajaran sesuai dengan indikatornya dengan metode yang baik, karena guru tersebut mampu menjalin interaksi dengan murid-muridnya sehingga hasil yang ingin di capai memuaskan untuk kemajuan para murid-muridnya yang berada di Kelas I. karena hal tersebutlah dapat dikatakan bahwa guru PAI mampu membuat proses Pendekatan Individual untuk menjalin Interaksi dengan baik agar kepercayan diri Peserta didik meningkat selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan dari hasil observasi, senin, 19April 2015, dengan mempersiapkan materi pelajaran terlebih dahulu akan mempermudah guru dalam mengajar dan berinterkasi dengan murid untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan mempersiapkan materi sebelum mengajar akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan Melakukan pendekatan Individual untuk menjalin proses interaksi antar guru dan murid bisa berjalan dengan lancar sesuai yang di inginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajar di Kelas I mampu dalam menentukan metode pembelajaran sehingga proses interaksi terjalin, hal tersebut memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran yang diajarkan dan siswa dengan mudah memahami pelajaran, dan metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan penugasan. Dengan menggunakan metode ceramah akan mempermudah guru dalam menyampiakan materi yang sudah disusun sebelum mengajar, dengan metode diskusi guru dapat mengetahui sejauh mana kekompakan siswa dalam mengerjakan tugas secara berkelompok dan menggunakan metode penugasan untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam menerima pelajaran yang sudah diajarkan dan melatih siswa untuk belajar serta mengingat kembali tentang pelajaran yang sudah dipelajari.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahi bahwa guru PAI Melakukan pendekatan Kelompok yang baik terhadap anak didiknya di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan, dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan adanya pendekatan kelompok peserta didik lebih mudah memahami pelajaran serta dapat meningkatkan sikap kepercayaan diri pada anak tujuan pembelajarannya sesuai yang diinginkan.
Kemampuan guru dalam proses Pendekatan kelompok ini sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar dan penyampaian sumber belajar. Dengan cara tersebut akan mempermudah proses pembelajaran sesuai target yang diinginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata Pelajaran PAI mampu melakukan pendekatan kelompok dengan baik selama proses pembelajaran sehingga mampu meningkatkan sikap kepercayaan diri peserta didik. Dengan pendekatan kelompok yang baik guru dapat menyalurkan pikiran, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar dan membantu memudahkan pemahaman siswa dalam menentukan dan memahami konsep atau materi yang disampaikan serta dapat juga menghantarkan siswa ketingkat pemahaman yang lebih tinggi.
Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru PAI dalam melakukan pendekatan Metode Humanistik cukup bervariasi, guru dalam mengajar menggunakan berbagai macam variasi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. karena guru menyadari permasalahan yang dihadapi setiap anak berbeda-beda karena itu diperlukan pendekatan Metode Humanistik yang bervariasi. pendekatanMetode Humanistik yang bervariasi yang dilakukan guru bisa dikatakan cukup baik
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajar di Kelas I guru mempunyai kemampuan Pendekatan Metode Humanistik bervariasi yang baik dalam melakukan proses belajar mengajar. Sehnngga proses belajar mengajar berjalan efektif sesuai dengan perencanaan sebelumnya. 
Dari hasil wawancara dengan guru mata Pelajaran PAI Kelas I, pendekatan dengan menggunakan Metode Humanistik dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI kelas I adalah menggunakan metode dengan pengajaran regular dengan tujuan untuk meningkatkan sikap kepercayaan diri peserta didik, guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan para siswanya, para siswa mempunyai posisi yang sama, walaupun setiap siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk memahami suatu materi pelajaran. Jadi untuk siswa yang lamban dalam belajar diberikan perhatian khusus dengan kegiatan yang berbeda dari siswa yang cepat dalam menerima pelajaran.
b.      Penanaman Sikap Mandiri
Mempunyai murid yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru. Sebab, dengan sikap itu proses belajar yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancar sehingga guru juga dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang mandiri bias melayani kebutuhannya sendiri.
Nah, untuk mendidik peserta didik yang seperti itu Guru Pendidikan Agama islam membentuk peserta didiknya agar tumbuh menjadi sosok yang berkarakter mandiri, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
Ada beberapa langkah yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan diantaranya adalah guru PAI memberikan keterampilan untuk mengurus dirinya sendiri. selain  itu guru juga memberikan bentuk-bentuk kegiatan sekolah yang merangsang sikap mandiri peserta didik.
Guru Pendidikan Agama Islam juga sering meminta bantuan kepada peserta didik untuk membuat program kegiatan positif.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Melakukan pendekatan Edukatif yang baik dalam hal proses belajar mengajar dikelas untuk menumbuhkan sikap mandiri pada peserta didik.
karena guru PAI Menyadari Perkembangan kognitif anak dalam proses Eksplorasi bertujuan untuk mengembangkan bahasa, daya pikir dan keterampilan anak didik.
Dalam tahap ini, anak mengembangkan keterampilan, bahasa dan daya ingatnya, untuk itu dalam memberikan pelajaran pada Anak Kelas I Sekolah Dasar sangat perlu perhatian dari guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya kegiatan Pendekatan edukatif melalui proses Eksplorasi belajar mengajar ini sangat memudahkan bagi anak didik untuk mengingat, mengucapkan dan menjawabnya ketika ada pertanyaan yang diajukan kepadanya. Maka dari itu sangat efektif digunakan dalam meningkatkan perkembangan daya pikir, barbahasa dan keterampilan anak dalam proses belajar mengajar pada anak didik Kelas I Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaaten Banjar.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PAI Kelas I, dalam hal Pendekatan Edukatif melalui proses eksplorasi untuk menanamkan sikap mandiri peserta didik guru mata pelajaran PAI Sangat memperhatikan hal ini, eksplorasi para siswa di kelas I di dukung sepenuhnya oleh Guru Mata Pelajaran Agama Islam, dengan cara mengungkit kemampuan siswa dari dalam agar bisa ia eksplor dari dalam dirinya. setiap memasuki kelas guru PAI Bertanggung jawab mengungkit, menumbuhkan, dan menyalurkan kemampuan para siswanya sesuai kapasitas anak didiknya yang berada di kelas I dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal Eksplorasi guru PAI Kelas I Sudah melakukannya dengan baik. Ia menyadari pentingnnya kemampuan para siswa nya di eksplor agar kapasitas anak didiknya bertambah bagus dan meningkat dan tujuan penenaman sikap mandiri pada peserta didik tercapai.
Dari Hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan, melakukan Pendekatan yang sangat baik. Guru PAI Menyiapkan langkah seperi memilih metode mengajar dan alat pelajaran yang akan di pakai dengan tujuan untuk menambah Kapasitas para siswa dalam Memperdalam sikap mandiri anak didik. Melalui pendekatan ini diharapkan akan menambah kepercayaan diri para anak didik dan memperkokoh Kekuatan jiwanya untuk selalu berpegang teguh pada ajaran agama. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan ini ini cukup memuaskan guru Pendidikan Agama Islam.
Dengan pendekatan penanamansikap mandiri sangat membantu guru untuk memperkuat kepercayaan para anak didik dan menanamkan nilai-nilai Agama supaya bisa dihayati, diayakini, di pahami, dan di amalkan oleh para anak didik di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
c.       Mendorong Keaktifan Peserta didik
Sebagaimana yang tertara dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang system pendidikan Nasional, pada hakikatnya pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan sekaligus membentuk watak dan peradaban Bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, serat bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Inilah yang melatar belakangi guru Pendidikan Agama Islam untuk memfungsikan pendidikan untk membentuk manusia agar memiliki karakter aktif dan kreatif. Guru pendidikan Agama Islam menyadari bahwa apabila pendidikan bertujuan membentuk karakter aktif dan kreatif, tentunya setiap peserta didik dengan segala potensinya dapat dilatih untuk menggagas ide-ide kreatif berdasarkan pengalaman hidupnya.
Dalam rangke mengembangkan potensi aktif kreatif ini guru Pendidikan Agama Islam cukup baik dalam mengembangkan potensi kreatifitas peserta didiknya, pendkatan yang dipakai pun dengan menggunakan metode humanistik dengan cara menstimulasi kemampuan peserta didik terutama kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai masalah dapat diartikan sebagai berkembangnya wawasan peserta didik yang akhirnya dapat berimplikasi terhadap kreatifitas peserta didik.
Dari hasil wawancara dan Observasi di ketahui bahwa, dalam hal penguasaan Bahasa Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar dikatan Baik. Karena Kemampuan Guru Pendidiikan Agama Islam yang mumpuni dalam menjalin komunikasi dengan anak didik.
Dari Hasil Observasi dan wawancara dengan anak murid, mereka mengatakan kemampuan Guru PAI dalam berbahasa ketika melakukan proses belajar mengajar bisa dipahami mereka cukup baik.
Perlunya aktifitas keaktifan dalam belajar disebabkan pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk megubah tingkah laku, jadi melakukaan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas. Itulah sebabnya katifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebagai rasionalitasnya hal ini juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan termasuk hal ini juga dipikirkan oleh Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI  juga memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelididkan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun tekhnis.
Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. itulah sebabnya Guru PAI di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar menegaskan bahwa ruang kelas harus di uabh / di atur sedemikian rupa menjadi laboratorium pendidikan yang mendorong anak didik bekerja sendiri. Guru PAI juga menegaskan bahwa sekolah harus di jadikan tempat kerja. Sehubungan dengan itu maka ia menganjurkan pengembangan metode-metode proyek, problem solving, yang merangsang anak didik untuk melakukan kegiatan. Semboyan yang ia populerkan “learning by doing”.
Diketahui juga Guru PAI sudah cukup baik dalam mengemukakan beberapa pandangan dari berbagai sumber. Guru PAI menegaskan bahw dalam kegiatan belajar, subjek didik harus aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktifitas, tanpa aktifitas, belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik.
d.      Penanaman Sikap Empati
Sikap empati terhadap orang lain merupakan sikap yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia, terutama saat bangsa ini banyak mengalami musibah dan bencana. Namun untuk menumbuhkan rasa kepedulian itu, Guru Pendidikan Agama Islam tidak perlu menunggu bencana terjadi. Sebab, setiap saat, selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita.
Guru Pendidikan Agama Islam menyadari bahwa sikap kepedulian merupakan sikap yang tidak bias tumbuh dengan sendirinya. Sebab, diperlukan latihan, pengenalan, dan penenaman intens, seingga nilai-nilai kepedulian tersebut akan tumbuh dan berakar kuat pada diri seseorang tersebut akan tumbuh dan berakar kuat pada diri seseorang.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guruPAI melakukan Metode Humanistik dengan penanaman Sikap Empati dilakukan cukup baik. Karena Guru PAI Cukup mengerti bahwa anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. ini berrarti bahwa Guru PAI di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan cukup baik memamahami anak didiknya dengan segala potensinya dan bagaimana proses belajarnya.
Guru PAI Cukup Memahami aspek anak didiknya bahwa setiap anak didik disamping memiliki sejumlah persamaan, juga perbedaannya.

2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan Metode Humanistik oleh Guru PAI untuk menciptakan keaktifan siswa dalam Pembelajaran PAI
a.       Guru
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh keberhasilan guru dalam mengelola proses belajar mengajar di Sekolah untuk meningkatkan tingkat produktifitas dan prestasi anak didik dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasatis Guru untuk pengelolaan kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode Humanistik yang efektif untuk keberhasilan proses belajar mengajar.
Dari uraian diatas, sehubungan dengan tugas dan wewenang tenaga kependidikan sebenarnya dari segi realisasi kegiatan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam dengan Metode Humanistik Kelas I di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan Kabupaten Banjar  Dapat dikatakan baik.
Karena Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai Latar pendidikan Yang baik, selain Itu guru PAI juga sering mengikuti berbagai macam diklat Pendidikan Untuk meningkatkan Kompetensi Pribadi Guru itu sendiri, jadi dapat dikatan dari segi pendidikan, kompetensi dan kapasitas yang dimiliki Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Dapat di katakan baik.

b.      Siswa
Pendidikan hendaknya di desain bagi siswa atau peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan mengalami perkembanannya. Setiap peserta didik mempunyai kebutuhan dan mengalami perkembangan yang tidak sama sehingga Sekolah perlu menyelenggarakan berbagai program sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya. Agar program yang telah di susun, guru yang telah diangkat, dan sarana prasarana dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, maka peserta didik perlu di menej sedemikian rupa sehingga tujuan yang diinginkan Sekolah dapat di capai secara efektif dan efesien.
Manajemen kesiswaan pada dasarnya membahas tentang perencanaan kesiswaan, peneriman siswa baru, pengorganisasian siswa, orientasi siswa, pembinaan dan pelayanan siswa, organisasi siswa, penilaian siswa, mutasi dan almuni. Inilah sebenarnya cakupan yang akan dibahas dalam bidang kesiswaan.
Dari uraian diatas, kalau menghubungkan dengan program kesiswaan yang dibuat oleh bagian kesiswaan, ternyata program kesiswaan banyak sekali komponen kegiatannya dan seandainya program tersebut teraktualisasi semua dan dikelola dengan baik dan profesional. SDN Jingah habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjarakan menjadi sekolah yang diperhitungkan kualitasnya di Kabupaten Banjar.

c.       Sarana Prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, multi media, serta alat-alat dan media pengajaran yang lain. Sarana belajar mengajar yang ada di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan kabupaten Banjar yaitu: a. ruang Kepala Sekolah 1 buah, b. Ruang Dewan Guru 1 Buah, c. ruang Tata Usaha 1 Buah, d. Ruang Kelas 6 Buah, e. Ruang Perpustakaan 1 Buah, F. Mushalla 1 buah, g. WC 2 guru 1 Buah, h. WC Murid 4 Buah.
Dari gambaran diatas tentang sarana prasarana di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan  Kabupaten Banjar belum sepenuhnya memenuhi kreteria dari sebuah manajemen pendidikan berbasis Sekolah dan Standar dari pengembangan Sekolah Dasar

















BAB V
P E N U T U P

A.    Simpulan
Berdasarkan data yang telah disajikan dan setelah dilakukan analisis data, dapatlah disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pelaksanaan Penerapan Metode Humanistik oleh Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar sudah berjalan dengan baik sesuai yang ada di lapangan.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan Metode Humanistik di Sekolah Dasar Negeri Jingan Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, adalah faktor guru, siswa dan sarana prasarana. Faktor guru meliputi pengalaman mengajar yang baik, latar belakang pendidikan yang sesuai, dan metode yang tepat. Faktor siswa dengan indikator keaktifan dan perhatian siswa yang cukup baik, sedangkan sarana prasarana fasilitas kurang mendukung terhadap kegiatan proses belajar mengajar.





B.     Saran
Sebagai penutup skripsi ini, penulis menyarankan sebagai berikut:
1.      Guru dapat kiranya memperhatikan secara maksimal akan perkembangan anak terutama tentang membuat perencanaan pembelajaran.
2.      Diharapkan kepada guru-guru mata pelajaran agar meningkatkan kinerja mereka dalam membuat perencanaan pembelajaran agar terwujudnya mutu pendidikan yang mempunyai standar Nasional bahkan Internasional.
3.      Para guru yang ada, khususnya yang menjadi guru PAI, supaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengajar semakin meningkat, terutama dalam penyusunan silabus dan RPP agar dilakukan/dibuat sendir.
4.      Bagi kepala sekolah hendaknya mampu memenej lembaga pendidikan dengan baik, sehingga kualitas kependidikan dapat dicapai secara maksimal, termasuk mata pelajaran PAI.
5.      Bagi pemerintah atau pembuat kebijakan (policy) hendaknya memperhatikan phenomena pendidikan secara riel di lapangan, bukan seperti menara gading yang hanya membaca laporan tekstual semata.



[1] HM. Sudiyo, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 7
[2]Suwarno,Pendidikan Humanistik, (Jakarta: PT Rosda Karya, 2006), h,  20
[3] Nur Isna Ainullah, Panduan Menerapkan Pendidikan di Sekolah, ( Jogjakarta: Laksana, 2011), h, 33
[4] Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h, 7
[5] Tilaar, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT Rosda Karya, 2005), h, 112
[6] M. Ari Budianto, Psikologi Pendidikan, , (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h, 17
[7] Susilo, Penerapan Pendidikan, (Bandung: Alva  Beta, 2007), h, 174
[8] Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), h, 21
[9] Mulkhan, Teori Pendidikan Humanistik, (Jakarta: PT Rosda Karya, 2002), h, 95
[10]Mastuhu, Teori Pendidikan Humanistik, (Jakarta: Bintang Asia, 2003), h, 136
[11] Sagala dan Syaaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, ( Bandung : Alfa Beta, 2004), h, 45
[12] Ibid, h, 12
[13] Mangunwijaya,  Dasar-dasar Proses Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2002), h, 260
[14]Ibid, h, 39
[15]Rahman, Peranan Metode Humanistik dalam Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Bintang Asia, 2002), h, 35
[16] Baharudin dan Moh. Makin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Tiga Serangkai: Pustaka Madiri, 2008), h, 149
[17]Lilik, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h, 83
[18] Suwarno, konsep Dasar Pendidikan Humanistik, (Jakarta : PT Bentang Pustaka, 2006), h, 123
[19]Ibid, h, 123-124
[20]Ibid, h, 124

[21]Mulyati, Proses Pembelajaran, (Bandung: Bintang Asia 2005), h, 78-80.

[22]Ibid, h, 76-78
[23]Ibid, h, 113
[24] Amka Abdul Aziz, Guru Profesional Berkarakter, (Klaten : Cempaka Putih, 2012), 112
[25] Widya Handayani, Kiat-kiat Membersakan Anak Yang memiliki kecerdasan Emosional, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997) , h, 27
[26] Kasdhu, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: PT Rosda Karya, 2007), 7
[27] Sarah Hutahuruk, Dkk, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 1978), h, 9
[28]Of Cit, 115
[29] De Porter dan Hernacki, Quantum Learning, (2004), h, 16
[30] Nur Isna Ainullah, Panduan menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011), h, 39
[31] Chatib, evaluasi Pembelajaran, (Jakarta : CV Pustaka, 2009), h, 159
[32] Of. Cit. h, 86
[33]Of, cit, 92
[34] E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hm 7
[35]Ibid, 21
[36] Dharma Kusuma, Dkk, Pendidikan karakter : Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2012), h, 113
[37] Baharudin dan Makin, Konsep Dasar Pedidikan Humanistik, (Jakarta: PT Bentang Pustaka, 2011), h, 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar