BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sebagaimana jauh-jauh hari
ditekankan oleh”Bapak” Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan
murupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerrti, pikiran, dan
tubuh anak. Undang-undang No. 20/2003 tentang system pendidikan Nasional dengan
tega juga mengaggariskan, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa…”
Menurut Drs. Akhmad D. Marimba
pendidikan adalah bimbingan atau pempimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadapa perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”.[1]
Dalam kehidupan suatu bangsa dan
negara, pendidikan mempunyai peranan yang penting dan sangat strategis.
Pendidikan harus mampu memberikan bekal bagi warga negara, terutama generasi
muda, untuk menghadapi berbagai permasalahan yang akan dihadapi di masa depan.
Bertolak dari hal tersebut, tidak salah jika orang berpendapat baik buruk
kualitas sebuah negara bisa dilihat dari kualitas pendidikannya.
Menurut George F. Keller, pendidikan memiliki arti luas dan sempit.
Dalam arti luas pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman
memengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemauan fisik individu. Dalam
arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasikan pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh
masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan
tinggi, atau lembaga-lembaga lain.[2]
Pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan
kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun
sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain
atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.[3]
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan bahwa pendidikan adalah usahasadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.[4]
Nampaknya pelaksanaan pendidikan
belum berjalan dengan optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini
terlihat dari berbagai macam permasalahan hidup, baik masalah ekonomi, sosial,
budaya, yang seakan datang silih berganti. Permasalahan tersebut tidak hanya
menjangkiti masyarakat biasa tetapi juga mewabah di kalangan yang melek
pendidikan dan birokrat. Berbagai permasalahan tersebut menjadi indikasi bahwa
ada yang salah dengan proses pendidikan di negeri ini.
Perlu disadari bahwa pendidikan
bukanlah sekedar mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
dari seorang guru kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu, yakni transfer
nilai (transfer of value). Selain itu, pendidikan juga merupakan kerja
budaya yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya
kreativitas yang dimilikinya agar
Tetap bertahan dalam kehidupannya.
Karena itu, daya kritis dan partisipatif selalu muncul dalam jiwa peserta
didik. Anehnya, pendidikan yang telah lama berjalan tidak menunjukkan hal yang
diinginkan. Justru pendidikan hanya dijadikan alat indoktrinasi berbagai
kepentingan. Hal inilah yang sebenarnya merupakan akar dehumanisasi.
Ada sebuah pandangan yang mengemuka di kalangan ahli pendidikan
terkait dengan konsep pendidikan yakni pendidikan sebagai proses humanisasi
atau biasa disebut dengan proses pemanusian manusia. Proses pemanusian manusia
tentu tidak sekedar bersifat fisik, akan tetapi harus menyangkut seluruh
dimensi dan potensi yang ada pada diri dan realitas yang mengitarinya. Hakikat
pendidikan adalah proses memanusiakan anak manusia, yaitu menyadari akan
manusia yang merdeka. Manusia yang merdeka adalah manusia kreatif yang terwujud
di dalam budayanya[5].
Dalam Islam, humanisme pendidikan
adalah proses pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai
makhluk berketuhanan dan makhluk berkemanusiaan serta individu yang diberi
kesempatan oleh Allah untuk mengembangkan potensi-potensinya. Hal ini selaras
dengan fungsi manusia sebagai khalifah yang meliputi aspek pemakmuran bumi (al‟imarah),
pemeliharaan (ar-ri‟ayah), dan perlindungan (al hifzh).
Lebih jelas tujuan akhir pendidikan agama Islam sebagaimana tertuang dalamsurah Ali-Imran: 102 sebagai berikut:
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوا لله حَقَّ تُقَتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ
اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Di dalam pendidikan yang humanis, peserta didik dipandang sebagai
makhluk unik yang memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang
berbeda-beda. Dengan demikian, maka akan menciptakan pembelajaran yang
demokratis, mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai
karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar anak
adalah kenyataan. Anak mempunyai kelemahan di samping kekuatan, keberanian di
samping rasa takut, bisa marah, kecewa dan gembira. Anak akan dipandang sebagai
pribadi yang unik dan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal. Situasi pembelajaran yang tercipta akan terasa santai, menyenangkan
dan tidak membebankan peserta didik.[6]
Saat ini, belum semua sekolah yang
ada di negeri ini bisa menyelenggarakan pendidikan yang humanis. Oleh sebab
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan metode
humanistic pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir
Kecamatan Karang Intan karena sekolah tersebut merupakan salah satu diantara
sekolah yang bisa menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan metode
humanistik.
Berdasarkan pemantauan yang peneliti
lakukan, peserta didik di dalam proses belajar Guru Pendidikan Agama Islam
cukup Mampu melaksanakan pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode
Humanistik dan melakukan berbagai kegiatan belajar yang secara nyata terkait
dengan kehidupan nyata mereka.
Bertolak dari latar belakang itu
penulis mengangkat judul “Penerapan Metode Humanistik Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang
Intan Kabupaten Banjar”.
B.
Penegasan Judul
Untuk
menghindari timbulnya berbagai interpretasi dan membatasi ruang lingkup
pembahasan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang
terkandung dalam judul skripsi di atas, yaitu:
1. Penerapan, Oxford Advance Learner Dictionary dikemukakan
bahwa penerapan adalah adalah: “put something into effect”, penerapan
sesuatu yang memberikan efek atau dampak[7].
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penerapan berarti pelaksanaan. Browne dan
Wildavsky[8]
”penerapan adalah implemantasi perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.
Sedangkan menurut ahli menyatakan penerapan sebagai implementasi suatu tindakan
atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci. Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian penerapan dalam
penelitian ini adalah implementasi dari sebuah rencana yang disusun secara
matang dan terperinci yang memberikan hasil.
2. Metode Humanistik, Kata humanistik pada hakikatnya adalah kata
sifat yang merupakan sebuah pendekatan dalam pendidikan[9] .
Jadi, metode humanistik adalah sebuah teori pendidikan yang menjadikan metode
humanistik sebagai pendekatan. Pendidikan humanistik menekankan pencarian makna
akan diri seorang manusia.Rahman menyatakan pendidikan humanistik dalam Islam
didefinisikan sebagai “proses pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi
manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk religius, abdullah dan
khalifatullah, serta sebagai individu yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk
mengembangkan potensi-potensinya. Pendidikan humanistik ini bersumber dari misi
kerasulan yakni sebagai rahmat dan pemberi kebaikan kepada manusia dan seluruh
alam. Pendidikan humanistik memandang manusia sebagai “manusia“ yakni makhluk
Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu.Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian
pendidikan humanistik dalam penelitian ini adalah sebuah pendidikan yang menggunakan
pendekatan metodehumanistik serta melihat anak sebagai pribadi unik yang
mempunyai potensi yang berbeda-beda dan memberikan perhatian pada aspek potensi
anak sebagai makhluk sosial maupun makhluk religius.
3. Anak didik Sekolah Dasar, Pada masa keserasian bersekolah ini anak
lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya.
Jadi, yang
dimaksud dengan Penerapan Metode Humanistik adalah bagaimana cara seorang Guru
Pendidikan Agama Islam Di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan dalam
menerapkan Metode Humanistik kepada peserta didiknya dengan tujuan agar anak
didik merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan Belajar mengajar yang dilakukan
Oleh Pendidik Guru Pendidikan Agama islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar.
C.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah
berdasarkan penegasan judul diatas adalah:
1.
Bagaimana
penerapan metode humanistik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar?
2.
Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi penerapan metode humanistic pada mata pelajaran
pendidikan agama islan di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar?
D.
Alasan Memilih Judul
1.
Penerapan
metode humanistik sangat penting diberikan kepada peserta didik.
2.
Didalam
Pendidikan yang humanis, peserta didik dipandang sebagai makhluk unik yang
memiliki berbagai macam potensi dan kecerdasan yang berbeda-beda.
3.
MetodeHumanistik
adalah sebuah teori pendidikan yang menjadikan humanisme sebagai pendekatan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan Agama Islam.
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang
ada, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui
penerapan metode humanistik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN
Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
2.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan metode humanistik pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar.
F.
Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini sangat
diharapkan bisa mempunyai nilai guna, sebagai berikut:
1.
Sebagai
bahan informasi dalam ilmu pengetahuan serta pokok pikiran bagi umat Islam
dalam mempelajari dan menerapkan pendidikan Agama Islam terutama masalah
penggunaan Metode Humanistik.
2.
Sebagai
bahan sumbangsih pemikiran untuk dapat dijadikan bahan perbandingan dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan Islam.
3.
Sebagai
bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya bagi yang ingin lebih
mendalam.
G.
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis
merangkainya menjadi 5 Bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, terdiri dari
latar belakang masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, Landasan teoritis, tentang
penerapan pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar, ruang lingkup
materi, metode-metode pegajaran pendidikan Agama Islam melalui metode
Humanistik, ruang lingkup materi dan penilaian, pengertian pendidikan Agama
Islam, factor-faktor yang menjadikan kendala dalam penyampaian materi
pendidikan Agama islam menggunakan metode Humanistik.
Bab III, metode penelitian, teridri
dari subjek dan objek, data, dan sumber data, dan tekhnik pengumpulan data,
kerangka dasar penelitian, tekhnik pengolahan data dan analisis data, serta
prosedur penelitian.
Bab IV, merupakan hasil laporan
penelitian tentang penerapan pendidikan Agama Islam dengan metode humanistik
kepada anak didik di SDN Jingan Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar, yang memuat tentang latar belakang obyek, penyajian dan analisis data.
Bab V, penutup yang berisi tentang
kesimpulan dan saran.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pendidikan Humanistik
1.
Pengertian Pendidikan Humanistik
Hakikat pendidikan adalah mengembangkan harkat dan martabat manusia
(human dignity) atau memperlakukan manusia sebagai humanizing human
sehingga menjadi manusia sesungguhnya.Pendidikan harus bisa menumbuhkan
kepercayaan dan rasaaman sehingga siswa terhindar dari rasa ketakutan.[10]
Saat ini, wajah pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mampu
untuk menempatkan siswa sebagai manusia yang bermartabat dalam proses
pendidikan yang manusiawi. Peserta didik masih acap kali terbebani dengan
beratnya target pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah. Akibat yang muncul,
siswa merasa takut dan berbagai potensi yang dimiliki tidak berkembang.
Pada tahun 1970-an muncul teori pendidikan humanistik. Teori ini
bertolak dari tiga filsafat, yaitu pragmatisme, progresivisme dan
eksistensialisme.[11]Pendidikan
humanistik terlahir dari pemikiran filosofis dari eksistensilalisme dan
pragmatisme yang didukung oleh pengembangan dan pembaruan pemikiran
progresivisme.
Kata humanistik pada hakikatnya adalah kata sifat yang merupakan
sebuah pendekatan dalam pendidikan.[12]
Jadi dapatdiketahui bahwa pendidikan humanistik adalah sebuah teori pendidikan
yang menjadikan humanisme sebagai pendekatan.Tidak berbeda dengan teori
pendidikan lainnya, pendidikan humanistik berupaya untuk mengembangkan potensi
manusia.
konsep
utama dari pemikiran pendidikan humanistik adalah menghormati harkat dan
martabat manusia. Knight menyatakan hal mendasar dalam pendidikan humanistik
adalah keinginan untuk mewujudkan lingkungan pendidikan yang menjadikan siswa
terbebas dari kompetisi yang hebat, kedisiplinan yang tinggi, dan ketakutan
gagal.[13]
Olafson dalam the Encyclopedia of Education mendefinisikan
pendidikan humanistik sebagai berikut:
Pendidikan humanistik (humanistic education) adalah
pendidikan yang bersumber dari ajaran asumsi humanisme.[14]
Model pendidikan ini lebih merupakan pendidikan kemanusiaan daripada pendidikan
tentang pengetahuan-pengetahuan yang khusus untuk profesi tertentu. Pendidikan
humanistik adalah pendidikan umum sehingga bukan pendidikan spesialis.
Penafsiran terhadap kekuatan manusia yang unik pada dasarnya dapat menghasilkan
bentuk yang sama dengan pendidikan non-spesialis yang disebut dengan
humanistik.
Pendidikan humanistik memandang manusia sebagai subyek yang bebas
merdeka untuk menentukan arah hidupnya. Manusia bertanggungjawab penuh atas
hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Oleh karena itu, pendidikan
humanistik tidak boleh memaksakan kehendak kepada anak. Para pendidik membantu
siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing
individumengenali dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan mewujudkan
potensi yang ada pada diri mereka. Tujuan yang tidak sesuai dengan potensi anak
tidak menjadi sasaran pendidikan humanistik.
Dalam Islam, pemikiran tentang pendidikan humanistik bersumber dari
tugas utama diutusnya Nabi Muhammad Shalallahu‟alaihi wassalam yaitu memberikan
rahmat dan kebaikan kepada seluruh umat manusia. Hal yang demikian dapat
kita lihat dalam firman Allah SWT yang
antara lain terdapat dalam surah Lukman
ayat 13 sebagai berikut:
وَإِذْ َالَ لُقْمَانُ لاِبْنِه وَهُوَ
يَعِظُه يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظِيْمٌ
Definisikan pendidikan humanistik dalam Islam sebagai proses
pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk
sosial dan makhluk religius,abdullah dan khalifatullah, serta sebagai individu
yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengembangkan potensinya.[15]
pendidikan
humanistik hendak membentuk manusia yang memilikikomitmen humaniter sejati,
yaitu insan manusia yang memeliki kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab
sebagai insan individual namun juga berada di tengah masyarakat. Dengan
demikian, ia mempunyai tanggung jawab moral untuk mengabdikan dirinya kepada
masyarakat untuk kemaslahatan masyarakatnya.[16]
Pengembangan potensi tersebut akan terwujud manakala
penyelenggaraan pendidikan mendasarkan pada pripsip yang humanis yakni melindungi
nilai hidup, harkat dan martabat manusia. Pendidikan humanistik Islami ini akan
merealisasikan tujuan humanisme Islam yaitu keselamatan dan kesempurnaan
manusia karena kemuliannya.
Sebagai sebuah model pendidikan yang mampu memberikan penghargaan
yang begitu bessar kepada peserta didik, pendidikan humanistik sangat cocok
untuk diterapkan di berbagai tingkatan pendidikan. Tidak hanya di tingkat dasar
seperti SD atau MI, tetapi juga sangat cocok diterapkan di SMP, SMA bahkan
perguruan tinggi.Tokoh-tokoh Humanistik
Beberapa tokoh teori humanistik adalah:
a.
Abraham
Maslow
Abraham Maslow adalah pakar psikologi asal Rusia. Ia mempunyai
pandangan yang positif kepada manusia bahwa manusia mempunyai potensi untuk
maju dan berkembang. Dalam teori needs yang ia kemukakan, Maslow
mengatakan bahwa manusia dimotivasi, Self, Actualization, Self esteem, love
and belongingness, Safeety need, Physiological need, oleh sejumlah
kebutuhan. Kebutuhan itu dibedakan menjadi dua yaitu basic needs dan meta
needs.
Basic needs atau kebutuhan
dasar meliputi lapar, kasih sayang, rasa aman, harga diri. Sementara kebutuhan
meta meliputi keadilan, kesatuan, kebaikan, keteratur, keindahan. [17]Selanjutnya
Maslow menyusun kebutuhan itu secara hirarkis dari kebutuhan terendah sampai
kebutuhan yang tertinggi. Lima kebutuhan itu digambarkan dalam piramida
kebutuhan sebagai berikut.
Berikut penjelasan dari piramida hierarki need:
a.
Physiological needs
Physiological
needs adalah kebutuhan dasar manusia yang paling mendesak untuk dipenuhi
karena berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan ini berupa makan,
minum, oksigen, istirahat, dan keseimbanagn temperatur.Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar manusia bisa meraih kebutuhan yang
lebih tinggi.[18]
b.
Safeety needs
Safety need yaitu
kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan psikologis yang fundamental dan
perlu dipenuhi karena bisa mempengaruhi kepribadian yang serius. Kebutuhan rasa
aman dibedakan menjadi dua macam yaitu aman secara fisik dan aman secara
psikologis.[19]
c.
Love and Belongingness
Love and Belongingness
adalah kebutuhan akan kasih sayang dan kebersamaan. Kebutuhan ini timbul di
lingkungan keluarga, berkembang ke lingkungan sebaya dan akhirnya menuju pada
kelompok sosial yang lebih luas.
d.
Self Esteem
Self Esteem adalah
kebutuhan akan rasa harga diri. Ada dua macam self esteem yakni rasa
harga diri oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang lain
terhadap diri seseorang. Terpenuhinya kebutuhan ini akan menimbulkan sikap
percaya diri, rasa kuat, rasa mampu, rasa berguna. Begitu pula sebaliknya, jika
tidak terpenuhi bisa menimbulkan sikap rendah diri, rasa tidak pantas, rasa tak
mampu dan sikap negatif lainnya. Pemenuhan kebutuhan ini akan sangat membantu
seseorang dalam memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi lagi.
e.
Self Actualization
Self Actualization
merupakan kebutuhan tertinggi. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk
mengekspresikan, mengembangkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki. Juga
merupakan dorongan untuk menjadi diri sendiri dan eksistensi diri. [20]
Hierarki kebutuhan mansuia tersebut mempunyai implikasi bagi siswa.
Guru harus memperhatikan kebutuhan siswa ketika beraktivitas di dalam kelas.
Guru juga dituntut untuk memahami kondisi siswa. Menurut Maslow, minat atau
motivasi untuk belajar tidak dapat berkembang jika kebutuhan pokok siswa tidak
terpenuhi. Siswa yang datang ke sekolah tanpa persiapan akan membawa berbagai
macam persolan tersebut ke dalam kelas sehingga menggaggu kondisi ideal yang
diharapkan.
b.
Carl
Rogers
Carl Rogers tidak menaruh perhatian kepada mekanisme proses
belajar. Belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada
keterlibatan intelektual maupun emosional siswa. Rogers membedakan dua ciri
belajar:
1)
Belajar
bermakna
Belajar
akan bermakna jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan
perasaan siswa. Ausebel mengemukakan teori belajar bermakna yang intinya adalah
suatuproses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang .Faktor utama yang mempengaruhi belajar
bermakna adalah struktur kognitif, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan.[21]
Belajar yang tidak bermakna
Belajar yang tidak bermakna adalah belajar yang hanya melibatkan
aspek pikiran siswa saja tanpa keterlibatan perasaannya.
Rogers memusatkan kajian-kajiannya pada potensi-potensi individu
sehingga teorinya dinamakan “Client-Centered”. Inti dari teorinya tersebut
adalah:
a)
Pandangan
positif terhadap klien dan menerima klien apa adanya bagaimanapun keadaannya.
b)
Tidak
mengevaluasi klien, tidak menilai baik atau buruk, salah atau benar, tidak
menentang maupun menyetujui.
c)
Terapis
mendengarkan keluhan klien dengan penuh simpati, menunjukkan pemahaman dan
penerimaan.
d)
Terapis
berperan untuk memantulkan kembali perasaan klien, memperjelas dan
mengklarifikasi perasaan atau pikiran klien.
Rogers
menyarakankan adanya suatu pendekatan yang menjadi belajar mengajar lebih
manusiawi. Menurut Sri Rumini gagasan tersebut adalah:[22]
1)
Hasrat
untuk belajar
Manusia mempunyai hasrat untuk belajar.hal ini terlihat ketika
seorang anak begitu merasa ingin tahu ketika sedang mengeksplorasi
lingkungannya. Dalam kelas yang humanistik, anak mempunyai kebebasan dan
kesempatan untuk memuaskan dorongan ingin tahu dan minatnya terhadap sesuatu
yang menurutnya bisa memuaskan kebutuhannya.
2)
Belajar
yang berarti
Prinsip belajar ini menuntut adanya relevansi antara bahan ajar
dengan kebutuhan yang diinginkan siswa. Anak akan belajar jika ada hal yang
berarti baginya.
3)
Belajar
tanpa ancaman
Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar ketika siswa dapat
menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman yang baru, atau
membuat kesalahan tanpa adanya kecaman yang bisa menyinggung perasaannya.
Adanya rasa nyaman ini membuat hasil belajar tersimpan dengan baik.
4)
Belajar
atas inisiatif sendiri
Belajar akan bermakna jika dilakukan atas inisiatif sendiri. Siswa
mampu memilih arah belajarnya sendiri tanpa ada tekakan dari orang lain. Hal
ini menjadikan siswa memiliki kesempatan untuk menimbang, membuat keputusan,
memilih, dan instropeksi diri.hal ini akan menimbulkan kepercayaan diri siswa.
5)
Belajar
dan perubahan
Belajar paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar.
Setiap anak telah mempelajari fakta dan gagasan di masa lalu. Namun adanya
perubahan, membuat seorang anak harus belajar di lingkungan yang sedang dan
terus berubah.
Selain itu, Rogers berpandangan bahwa pengalaman belajar harus
digunakan secara ekstensif dalam pendidikan yang luas. Aktivitas belajar
hendaknya tidak sekedar menekankan aspek kognitif yang bersifat faktual, namun
yang lebih penting adalah pengalaman belajar. Pengalaman belajar akan membuat
siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang sedang dilakukan.
a.
Arthur
W. Combs
Arthur W. Combs berpendapat bahwa perilaku batiniah, seperti
perasaan, persepsi, keyakinan, dan maksud, menyebabkan perbedaan diantara
orang. Untuk memahami orang lain, kita harus melihat dunia orang lain seperti
ia merasa dan berpikir tentang dirinya. Pendidik bisa memahami perilaku siswa
jika mengetahui bagaimana siswa mempersepsikan perbuatannya pada suatu kondisi.[23]
Dalam proses pembelajaarn, informasi
baru yang didapatkan siswa akan dipersonalisasikan ke dalam dirinya. Anggapan
yang keliru ketika pendidik beranggapan siswa akan mudah belajar jika bahan
ajar disusun rapi dan disampaikan dengan baik. Yang menjadi persolanbukanlah
bagaimana bahan ajar itu disampaiakn tetapi bagaimana membantu siswa untuk
memetik arti dan makna yang terkandung dalam bahan ajar itu dan mengaitkannya
dengan kehidupannya.
3. Tujuan dan Prinsip Pendidikan Humanistik
tujuan pendidikan menurut humanistik sebagai berikut:
a.
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dan mengembangkan kesadaran
identitas diri yang melibatkan perkembanagn konsep diri dan sistem nilai.
b.
Mengutamakan
komitmen terhadap prinsip pendidikan yang memperhatikan faktor perasaan, emosi,
motivasi, dan minat siswa.
c.
Memberikan isi
pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa sendiri.
d.
Memelihara
perasaan pribadi yang efektif. siswa dapat mengembalikan arah belajarnya
sendiri, mengambil dan memenuhi tanggung jawab secara efektif serta memilih
tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya.
e.
Berusaha untuk
mengadaptasikan siswa terhadap perubahan-perubahan. Pendidikan melibatkan siswa
dalam perubahan, membantunya belajar bagaimana belajar, bagaimana memecahkan
masalah, dan bagaimana melakukan perubahan di dalam kehidupannya.[24]
Tujuan
pembelajaran lebih menititikberatkan pada proses belajar dari pada hasil
belajar.
Adapun prinsip
teori belajar humanistik adalah:
a.
Manusia
mempunyai belajar alami.
b.
Belajar
signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan mempunyai relevansi
dengan maksud tertentu.
c.
Belajar yang
menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
d.
Tugas belajar
yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil.
e.
Bila ancaman
itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara.
f.
Belajar yang
bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
g.
Belajar lancar
jika siswa dilibatkan dalam proses pembelajarannya.
h.
Belajar yang
melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam.
i.
Kepercayaan
pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
j.
Belajar sosial
adalah belajar mengenai proses belajar.[25]
4. Aspek –Aspek Kemanusiaan Pembelajaran Humanistik
Manusia adalah makhluk multidimensional yang memiliki berbagai
macam potensi. Howard Gardner menelaahmanusia dari sudut kehidupan mentalnya,
khususnya aktivitas intelegensianya. Menurutnya manusia memiliki 9 macam
kecerdasan yaitu:
a. Kecerdasan linguistik
Komponen inti kecerdasan ini adalah kepekaan pada bunyi, struktur,
makna, fungsi kata dan bahasa. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan
membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, berdebat.
b. Kecerdasan Matematis –Logis
Komponen inti kecerdasan jenis adalah kepekaan kepada memahami
pola-pola logis atau numeris, dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang
panjang. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar, dan
berpikir logis, memecahkan masalah.
c. Kecerdasan Visual-Spasial
Komponen inti kecerdasan ini adalah kepekaan merasakan dan
membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Kecerdasan ini berkaitan
dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung dan mendesain.
d. Kecerdasan Musikal
Komponen inti kecerdasan ini adalah kepekaan dan kemampuan
menciptakan dan mengapresiasikan irama, pola titi nada dan warna nada serta
apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal. Kecerdasanini berkaitan dengan
kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat
musik.
e. Kecerdasan Kinestetis
Kompenen inti kecerdasan jenis ini adalah kemampuan mengontrol
gerak tubuh dan kemahiran mengola objek, respons dan refleks. Kecerdasan ini
berkaitan dengan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan.
f. Kecerdasan Interpersonal
Kompenen inti kecerdasan ini adalah kepekaan mencerna dan merespons
secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain.
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin,
kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerjasama, dan mempunyai empati yang
tinggi.
g. Kecerdasan Intrapersonal
Komponen inti kecerdasan ini adalah memahami perasaan sendiri dan
kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan
diri.kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan mengenali diri secara mendalam,
kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitive terhadap nilai diri
dan tujuan hidup.[26]
h. Kecerdasan Naturalis
Komponen inti kecerdasan ini adalah keahlian membedakan anggota-anggota
spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara
beberapa spesies baik secara formalmaupun non-formal. Kecerdasan ini berkaitan
dengan kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi dan identifikasi.
i. Kecerdasan Eksistensialis
Bentuk kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memberikan nasehat dan
pertimbanagn tentang hidup.Anak dengan kecerdasan ini, berpotensi menjadi
ustad, psikolog atau orang yang bisa memberikan solusi terhadap permasalahan
orang.
Seorang anak juga memiliki kecerdasan inteletual (IQ), kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Ketiga kecerdasan tersebut
diharapakan bisa berkembang secara serasi sehingga seorang anak akan menjadi
individu mandiri yang berjiwa tangguh ketika dewasa nanti.
Tokoh lain, yakni Ki Hajar Dewantara berpendapat manusia memiliki
daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia melalui pendidikan
harus mampu mengakomodasi pengembangan daya dan berbagai kecerdasan manusia
tersebut secara utuh. Pengembangan yang hanya menitikberatkan pada satu daya
akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia.
Beberapa nilai dan sikap dasar manusia yang ingin diwujudkan
melalui teori humanistik yaitu:
1.
Manusia yang
menghargai dirinya sendiri sebagai manusia.
2.
Manusia yang
menghargai manusia lain seperti dia menghargai dirinya sendiri.
3.
Manusia memahami dan melaksanakan kewajiban
dan hak-haknya sebagai manusia.
4.
Manusia
memanfaatkan seluruh potensi dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
5.
Manusia menyadari
adanya kekuatan akhir yang mengatur seluruh hidup manusia.[27]
a.
Implementasi
Pendidikan Humanistik
Model Pembelajaran Humanisitik
Pada model pembelajaran humanistik siswa dipandang sebagai manusia
yang kompleks dan unik. Model pembelajaran ini mengusahakan partisipasi aktif
siswa.
Berikut beberapa model pembelajaran humanistik:
1)
Student Centered Learning
Konsep pembelajaran ini diajukan oleh Carl Rogers yang intinya:
a)
Kita tidak bisa
mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi.
b)
Seseorang akan belajar
secara signifikan hanya pada hal-hal yang memperkuat dirinya.
c)
Manusia tidak
bisa belajar jika berada dibawah tekanan.
d)
Pendidikan akan
membelajarkan siswa secara signifikan jika tidak ada tekanan kepada siswa, dan
perbedaan yang muncul difasilitasi.[28]
2)
Humanizing of The Classroom
Pencetus Humanizing of The
Classroomadalah John P. Miller. Model pembelajaran ini dilatarbelakangi
oleh kondisi sekolah yang otoriter, tidak manusiawi sehingga menyebabkan siswa
putus asa dan mengakhiri hidupnya. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal
yakni menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan
terus berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatupadukan
kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan tidak hanya pada substansi
materi saja, tetapi yang lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang
sangat manusiawi.
3)
Active Learning
Active Learning dicetuskan oleh M. L. Silberman. Asumsi dasar yang dibangun dari
model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi
otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan secara sekaligus.
Dalam Active learning, cara
belajar dengan mendengarkan saja akan cepat lupa, dengan cara mendengar dan
melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan
mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat,
diskusi, diskusi dan melakukan akanmemperoleh pengetahuan dan keterampilan, dan
cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan.
4)
Quantum Learning
Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan
neurolingusitik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu. Quantum
Learning mengasumsikan jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan
emosinya secara tepat akan membuat loncatan prestasi yang tidak bisa terduga
sebelumnya.[29]
Konsep dasar dari Quantum
Learning adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung secara
gembira sehingga akan lebih mudah informasi baru masuk dan terekam dengan baik.
5)
Quantum Teaching
Quantum Teaching berusaha mengubah mengubah suasana belajar yang monoton dan
membosankan menjadi belajar yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi
fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi satu kesatuan kekuatan yang integral.
Model pembelajaran quantum teaching bersandar pada asas utama bawalah dunia
mereka (siswa) ke dunia kita (guru), dan antarkanlah dunia kita (guru) ke dunia
mereka (siswa).
Pembelajaran ini merupakan
pembelajaran yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan,
dan bahasa tubuh) di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnyaserta
persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya, diselaraskan
hingga mencapai harmoni.
6)
The Accelerated Learning
Penggagas model pembelajaran ini
adalah Dave Meir. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran
itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Dalam mengelola
kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual dan Intellectual
(SAVI). Somatic berarti learning by moving and doing (belajar
dengan bergerak dan berbuat). Auditory berarti learning by talkingand
hearing(belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual berarti learning
by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual
maksudnya learning by problem solving and reflecting (belajar dengan
pemecahan masalah dan melakukan refleksi).
Adapun proses belajar yang umum
dilalui adalah:
a)
Merumuskan
tujuan belajar yang jelas.
b)
Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan
positif.
c)
Mendorong siswa
untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
d)
Mendorong siswa
untuk peka berfikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
e)
Siswa didorong
untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa
yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan. Guru
mencoba memahami jalan pikir siswa, mendorong siswa bertanggung jawab atas
perbuatannya.
f)
Memberikan
kesempatan siswa untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
g)
Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.[30]
Penilaian
belajar yang dilakukan adalah penilaian berbasis proses. Guru punya kesempatan
untuk menilai aktivitas siswa setiap kali bertatap muka dengan siswanya. Selain
itu juga bisa memakai penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio
dan penilaian diri (self assessment[31]).
a.
Guru
Implikasi dari hierarki kebutuhan Maslow, mengharuskan guru untuk
mengupayakan pemenuhan kebutuhan dasar anak sehingga kebutuhan yang lebih
tinggi juga terpenuhi. Guru berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman, kasih
sayang, self esteem maupun aktualisasi diri.[32]
Selain itu guru berperan sebagai fasilator bagi siswa. Menurut
Rogers tugas guru adalah:
1)
Guru perlu
membina kepercayaan siswa sedini mungkin agar bisa menjalankan tugasnya secara
maksimal di kelas.
2)
Guru perlu
mendorong siswa mengungkapkan keinginan-keinginan pribadi dan kelompok, dan
tugas memperjelas keinginan-keinginan tersebut untuk menghindari pertentangan.
3)
Guru perlu
mengupayakan kemandirian anak, dan memotivasi siswa untuk menemukan cara
belajar yang sesuai.
4)
Guru berperan
sebagai narasumber, memperluas pengalaman belajar siswa dan mendorong keaktifan
seluruh kelompok.
5)
Guru perlu
mengenal dan menerima pesan-pesan emosional dan intelektual yang dinyatakan
oleh siswa dan kelompoknya.
6)
Guru berperan sebagai
partisipan aktif dalam kelompok dan mendorong keterbukaan untuk menyatakan
perasaan, menjaga saling pengertian, tanggap dan empati terhadap perasaan
anggota.
7)
Mengetahui
kekuatan dan keterbatasannya bekerja dengan siswa.[33]
Di lain
kesempatan, Rogers menyampaikan ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:
1)
Merespon
perasaan siswa.
2)
Menggunakan
ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah direncanakan.
3)
Berdialog dan
berdiskusi dengan siswa.
4)
Menghargai
siswa.
5)
Kesesuaian
antara perilaku dan perbuatan.
6)
Menyesuaikan
isi kerangka berfikir siswa.
7)
Tersenyum pada
siswa.[34]
b.
Siswa
Aliran humanistik membantu siswa untuk mengembangkan dirinya sesuai
dengan potensi yang dimiliki. Siswa merupakan pelaku utama (subyek)
dalam proses belajar. Memberi bimbingan yang tidak mengekang kepada siswa dalam
kegiatan belajarnya akan memudahkan dalam penanaman nilai-nilai yang akan
memberinya informasi tentang hal yang positif dan hal yang negatif.
Menurut Rogers ada prinsip pendidikan dan pembelajaran yang harus
diperhatiakn guru yaitu:
1)
Menjadi
manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
2)
Siswa
akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi siswa.
3)
Pengorganisasian
bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa
c.
Contoh
aplikasi teori humanistik dalam proses pembelajaran
Aplikasi teori humanistik dalam proses pembelajaran dintaranya
adalah belajar kooperatif. Belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk
meningkatkan dorongan siswa untuk berprestasi secara maksimal.
Dalam praktek pelaksanaannya ada tiga karakteristik yaitu :
1)
Murid bekerja
dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota), dan komposisi ini tetap
selama beberapa minggu.
2)
Murid didorong
untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik dan
melakukannya secara berkelompok.
3)
Murid diberi
imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompokTeknik belajar kooperatif
antara lain adalah jigsaw. Murid dimasukkan ke dalam tim-tim keil yang bersifat
heterogen, kemudian tim diberi bahan pelajaran. Murid mempelajari bagian
masing-masing bersama-sama dengan anggota tim lain yang mendapat bahan serupa.
Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mengerjakan
bagian yang telah dipelajarinya bersama dengan anggota tim lain kepada
teman-temannya satu kelompok. Akhirnya semua anggota tim dites mengenai seluruh
bahan pelajaran. Skor yang diperoleh siswa dapat ditentukan dengan dua cara,
yakni skor untuk masing-masing siswa dan skor untuk tim.[35]
Teknik lain
adalah pembelajaran kolaboratif. Prosedur pembelajaran kolaboratif adalah
sebagai berikut:
a)
Guru
menjelaskan topik yang akan dipelajari.
b)
Guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
c)
Guru membagi
lembar kasus terkait dengan topik yang dipelajari.
d)
Siswa diminta
membaca kasus dan mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan solusi
terhadap kasus.
e)
Siswa diminta
mendiskusikan hasil pekerjaannya dalam kelompok kecil masing-masing dan
mendiskusikan kesepakatan kelompok.
f)
Masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dalam kelas dan meminta
kelompok lain untuk memberikan tanggapan.macam kecerdasan yaitu kecerdasan
linguistik, matematis logis, visual spasial, musical, kinestetis,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.[36]
pendidikan humanistik mampu memperkenalkan apresiasi yang tinggi
kepada manusia sebagai makhluk Allah yang mulia dan bebas serta dalam
batas-batas eksistensinya yang hakiki dan sebagai khalifatullah. MI Ma‟arif
menghargai berbagai perbedaan yang dimiliki oleh siswa dengan terus membantu menggali,
melayani, dan membantu siswa untuk berkembang.[37]
BAB III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
lapangan karena meneliti fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan
memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai
latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan.
Selanjutnya, penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomenatentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian
kualitatif mengunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan
pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu layar yang berkonteks
khusus.
Pada penelitian kualitatif ini,
kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian
dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. mengemukakan sebagai berikut: kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis penafsiran data, dan pada
akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Penelitian ini dilakukan di SDN
Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
B.
Subjek dan Objek Penelitian
1.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah satu orang guru Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar.
2.
Objek
penelitian
Adapun yang mnejadi objek dalam penelitian ini penerapan metode
Humanistik pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam kepada peserta didik di
Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar.
C.
Data, Sumber Data, dan Tekhnik Pengumpulan Data
1.
Data
Data yang digali dlam penelitian ini meliputi data primer (data
pokok) dan data sekunder (penunjang).
a.
Data
Pokok
1)
Penerapan
Metode Humanistik yang diberikan guru PAI kepada anak didiknya:
a)
membina
kepercayaan Diri.
b)
Penanaman
sikap mandiri
c)
mendorong
keaktifan peserta didik.
d)
Penanaman
sikap empati
2)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi guru PAI dalam mendidik dan menerapkan pendidikan Agama Islam
melalui metode humanistik
a)
Latar
belakang pendidikan
b)
Lingkungan
c)
Waktu
yang tersedia
d)
Peserta
didik
b.
Data
penunjang
Data yang berkenaan dengan lokasi atau objek penelitian, berupa
gambaran lokasi penelitian yang meliputi:
1)
Letak
geografis Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar.
2)
Keadaan
masyarakat yang meliputi:
a)
Keadaan
sosial
b)
Keadaan
keagamaan
c)
Keadaan
kebudayaan dan seni
d)
Keadaan
perekonomian
e)
Keadaan
pendidikan.
1.
Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat diberikan menjadi :
a.
Responden
satu orang Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Informan, terdiri atas :
1) Kepala sekolah SDN Jingah Habang Ilir
Kecamatan Karang Intan kabupaten Banjar.
2) Dewan
guru dan tata usaha SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar.
3)
Siswa SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
mengumpulkan data diatas digunakan beberapa teknik, yaitu:
a.
Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan
model tanya jawab langsung terhadap responden dan informan berdasarkan pedoman
wawancara.
b. Observasi
Adapun data yang digali dengan teknik ini
adalah keadaan sekolah, alat dan sarana serta prasarana.
c.
Dokumenter
Teknik
ini dilakukan terhadap kepala sekolah, staf tata usaha dan elemen pendukung
lainnya, yang bisa digunakan untuk menggali data tentang riwayat hidup
berdirinya sekolah, keadaan sekolah, keadaan kelas, siswa, guru dan dokumen
yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan di teliti.
Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data dan teknik
pengumpulan data yang digunakan, dapat dilihat pada matriks berikut ini :
MATRIKS
DATA,
SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
No
|
Data
|
Sumber Data
|
TPD
|
1.
|
Data Pokok
a.Data yang berkenaan dengan Pendidikan, penerapan Metode
Humanistik oleh Guru PAI dalam aspek materi pendidikannya
1)
Penerapan Metode Humanistik Oleh Guru PAI, meliputi :
a)
membina
kepercayaan Diri.
b)
Penanaman
sikap mandiri
c)
mendorong
keaktifan peserta didik.
d)
Penanaman
sikap empati
b) Data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi proses penerapan Metode Humanistik Oleh Guru PAI di ruang kelas
dan di luar kelas, meliputi :
- Siswa
- Guru
- Waktu yang tersedia
- Sarana dan prasarana
Data Penunjang
a) Riwayat singkat berdirinya SDN Jingah Habang
Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
b)
Keadaan sekolah, guru, staf tata usaha
dan siswa
|
Guru
Guru
Guru
Guru
Kepala Sekolah, guru
Kepala Sekolah, guru, siswa
|
Ww, Obs
Ww, Obs
Ww, Obs
Ww, Obs
Wawancara
Wawancara
Observasi
Observasi
Ww, Obs
Ww, Obs
Ww, obs, documenter
|
C. Kerangka Dasar Penelitian
Dalam penelitian
ini kerangka dasar penelitiannya berisi mengenai penerapan terhadap anak didik pada Sekolah Dasar Negeri
Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang dilambangkan
dengan huruf “Y”, selanjutnya di dalam penelitian ini juga akan menggambarkan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perihal tersebut. Faktor-faktor ini
disebut variabel bebas ( independent variable) yang dilambangkan dengan
huruf “X” dan terdiri dari X1-X4 . Untuk lebih jelasnya
penulis gambarkan dalam bentuk skema berikut ini :
Variabel Bebas Variabel
Terikat
X1
X2 Y
X3
X4
Keterangan
:
Y : Penerapan metode humanistik oleh Guru PAI terhadap peserta
didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar.
X :
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan metode humanistik oleh Guru PAI
terhadap peserta didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan
Karang intan Kabupaten Banjar.
X1 : Faktor Guru
X2 : Faktor siswa
X3 :
Faktor waktu
X4
: Faktor sarana dan prasarana
D. Teknik Pengolahan Data dan
Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data digunakan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Yaitu
melihat kembali data-data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah semua
jawaban sudah terisi lengkap dan sudah bisa untuk dipahami.
b. Klasifikasi
Penulis
mengklasifikasikan data-data hasil jawaban respon menurut macamnya tiap-tiap
data yang diperoleh, supaya mudah dipelajari dan dapat diarahkan kepada pokok
permasalahan.
c. Interpretasi
penulis
mentafsirkan data-data yang diperoleh dilapangan dan kemuidian penulis
sampaikan dalam bentuk paparan sebagai gambaran.
2. Analisa Data
Setelah data disajikan dan interpretasikan,
kemudian di analisa. Analisa data dilakukan dalam rangka menentukan bagaimana
penerapan metode humanistik oleh guru Pendidikan Agama Islam terhadap anak
didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar dan faktor-faktor yang mempengarhinya, untuk ini dilakukan
analisa deskriptif kualitatif, sedangkan dalam mengambil kesimpulan penulis
menggunakan metode induktif, yaitu mengambil kesimpulan secara umum berdasarkan
data-data khusus yang ada di lapangan.
E. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian ada beberapa
prosedur dan tahapan yang penulis lalui, yaitu :
1. Tahap pendahuluan :
a.
Penjajakan ke lokasi yang diteliti
b. Konsultasi dengan dosen
pembimbing
c. Mengajukan desain proposal penelitian.
2. Tahap persiapan
a.
Seminar proposal
b.
Revisi
hasil seminar dengan petunjuk dosen pembimbing yang telah ditentukan.
c. Memohon surat izin riset dari ketua STAI Darussalam Martapura.
d.
Menyiapkan
daftar wawancara dan observasi.
3. Tahap pelaksanaan
a. Praktek ke lapangan dengan melakukan wawancara
dan observasi untuk mencari data.
b. Mengumpulkan data.
c. Mengelola data.
4. Tahap penyusunan laporan
Pada
tahap ini dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian berdasarkan sistematika
yang telah di tentukan, kemudian diserahkan kepada pembimbing untuk dikoreksi
dan disetujui. Setelah itu diperbanyak dan selanjutnya siap untuk diujikan dan
dipertahankan.
BAB
IV
PENYAJIAN
DATA DAN ANLISIS DATA
A.
Gambaran Umum lokasi Penelitian
Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
1.
Nama
Sekolah : SDN
Jingah Habang Hilir
2.
NSS :
101150107001
3.
NIS : 10 00 10
4.
NPSN : 30300518
5.
Status : Negeri
6.
Tahun
Berdiri : 1957
7.
Alamat : Jl. Melati
No. 80 RT 02
8.
Desa : Jingah
Habang Hilir
9.
Kecamatan : Karang Intan
10.
Kabupaten
/ Kota : Banjar
11.
Propinsi : Kalimantan
Selatan
12.
Nilai
Akreditasi : B
13.
Jumlah
Rombel / Kelas : 5 / 6
14.
Luas
tanah seluruhnya : 1156 m²
15.
Luas
bangunan : 729 m²
16.
Luas
kebun / halaman : 427 m²
17.
Status
tanah : Hak
Milik (Sertifikat)
KEPALA SEKOLAH
1.
Nama : Abdul
Muis, S. Pd
2.
NIP :
19600510 198202 1 004
3.
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
4.
Tempat,
Tgl. Lahir : Barabai, 10
Mei 1960
5.
Pangkat
/ Gol : IV/b
6.
Pendidikan
Terakhir : S1
Data Kepala Sekolah yang Pernah Menjabat
No.
|
Nama
|
Periode
|
1.
|
Hj. Norsehan,
S. Pd.
|
1988-2000
|
2.
|
Abdullah, S.
Pd.
|
2000-2003
|
3.
|
H. Askolani,
S. Pd.
|
2003-2005
|
4.
|
M. Salim, A.
Ma
|
2005-2010
|
5.
|
Drs.
Suriansyah
|
2010-2012
|
6.
|
Abdul Muis,
S. Pd.
|
2012-2015
|
VISI DAN MISI SEKOLAH
1.
VISI
“BERTEKAD MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN UNTUK
MENGHASILKAN ANAK DIDIK YANG ISLAMI BERWAWASAN IPTEK”
2.
MISI
1. Membimbing siswa menjadi sumber daya manusia (SDM) yang sehat jasmani dan
rohani , berkepribadian luhur, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM) berorientasi mutu dan
profesional
3. Menerapkan manajemen partisipatif
warga sekolah, masyarakat dan pemerintah.
4. Mengupayakan lingkungan sekolah yang tertib, aman dan nyaman.
3. TUJUAN
Sesuai tujuan pendidikan dasar, visi pemerintah visi dan misi
sekolah maka tujuan yang ingin dicapai oleh SDN Jingah Habang Hilir Kecamatan
Karang Intan
a.
Dapat
mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan pembelajaran.
b.
Meraih
prestasi akademik maupun non akademik.
c.
Menguasai
dasar - dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bakat untuk melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi.
d.
Menghargai
dan menghormati sesama di lingkungan sekolah,keluarga dan masyarakat yang
berbeda agama, budaya, suku bangsa dan status sosial.
e.
Munculnya
generasi yang tangguh baik aqidah maupun
keilmuan serta berjiwa kebangsaan.
f.
Membiasakan
hidup sehat dalam kegiatan baik di lingkungan sekolah maupun rumah.
g.
Melaksanakan
PMB dengan pendekatan PAKEM.
4.
KEADAAN SISWA
Kelas
|
2012 / 2013
|
2013 / 2014
|
2014 / 2015
|
|||||||||
L
|
P
|
Jlh
|
Jlh
Kls
|
L
|
P
|
Jlh
|
Jlh
kLS
|
L
|
P
|
Jlh
|
Jlh
Kls
|
|
I
|
15
|
9
|
24
|
1
|
11
|
5
|
16
|
1
|
12
|
13
|
25
|
1
|
II
|
13
|
12
|
25
|
1
|
15
|
10
|
25
|
1
|
12
|
5
|
17
|
1
|
III
|
18
|
17
|
35
|
1
|
13
|
11
|
24
|
1
|
17
|
10
|
27
|
1
|
IV
|
15
|
17
|
32
|
1
|
16
|
16
|
32
|
1
|
14
|
10
|
24
|
1
|
V
|
14
|
7
|
21
|
1
|
14
|
17
|
31
|
1
|
14
|
15
|
29
|
1
|
VI
|
17
|
10
|
27
|
1
|
11
|
7
|
18
|
1
|
14
|
17
|
31
|
1
|
Jlh
|
92
|
72
|
164
|
6
|
80
|
66
|
146
|
6
|
83
|
70
|
153
|
6
|
5.
DATA LAPORAN KELULUSAN SISWA
Thn Pelajaran
|
Peserta Terdaftar
|
Peserta
Mengikuti
|
Peserta Yang Lulus
|
Peserta Tidak Lulus
|
Prosentase Kelulusan
|
2012/ 2013
2013 / 2014
2014 / 2015
|
27
18
31
29
31
35
|
27
18
31
29
31
35
|
27
18
31
29
31
35
|
-
-
-
-
-
-
|
100 %
100%
100%
100%
100%
100%
|
6.
Data
kepala Sekolah dan Guru
No.
|
Nama
|
Pendidikan
|
Jabatan
|
1.
|
Abdul Muis, S. Pd.
|
S. Pd.
|
Kepala Sekolah
|
2.
|
H. Syahlani, A. Ma.
|
D2 PGSD
|
Guru Kelas
|
3.
|
Norliani, A. Ma.
|
S 1PAI
|
Guru Agama
|
4.
|
Yuliani, A. Ma.
|
D2
|
Guru B. Indonesia
|
5.
|
Zarkani
|
S. Pd. I
|
Guru Kelas
|
6.
|
Maulana
|
S. Pd. I
|
Guru Kelas
|
7.
|
Sutianingsih
|
SMA
|
Guru IPA
|
8.
|
Faisal Rahman
|
S1 Unlam
|
Guru B. Inggris
|
9.
|
Izna Fatia
|
S. Pd
|
Guru Matematika
|
10.
|
Faulia Ariyani
|
S. Pd
|
Guru IPA
|
11.
|
Zainal Muttaqin
|
SMA
|
Pustakwan
|
12.
|
Yudi Ferdian
|
S1 STIE
|
Tata Usaha
|
13.
|
Midyan Rosyadi
|
SMA
|
PSD
|
7.
DATA KEADAAN GURU / PEGAWAI
Ijazah
Tertinggi
|
Keadaan Jumlah Pegawai
|
JLH
|
|||||
Kepsek
|
Guru PNS
|
Guru Tidak Tetap
|
Perpustakaan
Honorer
|
TU Honorer
|
PSD
Honorer
|
|
|
S2
S1
D4
D3
D2
D1
SLTA
|
-
1
-
-
-
-
-
|
-
5
-
-
-
-
3
|
-
3
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
1
|
-
9
-
-
-
-
4
|
|
1
|
8
|
3
|
-
|
-
|
1
|
13
|
8.
DATA PRESTASI SISWA 3 TAHUN TERAKHIR (RATA²)
No
|
Mata Pelajaran
|
2012 / 2013
|
2013 / 2014
|
2014 / 2015
|
1
2
3
4
5
|
PKn
Bahasa Indonesia
Matematika
IPA
IPS |
7,23
8,29
6,17
7,66
7,70
|
7,75
7,81
5,97
7,17
7,75
|
|
9.
PRASARANA SEKOLAH
1.
Jenis
Sarana Yang Dimiliki Sekolah
NO
|
JENIS
|
KEBERADAAN
|
FUNGSI
|
||
YA
|
TIDAK ADA
|
YA
|
TIDAK
|
||
1
|
Ruang Kepala Sekolah
|
√
|
-
|
√
|
-
|
2
|
Ruang Wakil Kepala Sekolah
|
-
|
√
|
-
|
-
|
3
|
Ruang Guru
|
√
|
-
|
√
|
-
|
4
|
Ruang Layanan Bimbingan dan Konseling
|
-
|
√
|
-
|
-
|
5
|
Ruang Tamu
|
√
|
-
|
√
|
-
|
6
|
Ruang UKS
|
-
|
√
|
-
|
-
|
7
|
Ruang Perpustakaan
|
√
|
-
|
√
|
-
|
8
|
Ruang Media dan Alat Bantu PBM
|
-
|
√
|
-
|
-
|
9
|
Ruang Penjaga Sekolah
|
-
|
√
|
-
|
-
|
10
|
Ruang /Pos Keamanan
|
-
|
√
|
-
|
-
|
11
|
Aula / Gedung Serba Guna
|
-
|
√
|
-
|
-
|
12
|
Gudang
|
-
|
√
|
√
|
-
|
13
|
Kantin Sekolah
|
√
|
-
|
√
|
-
|
14
|
Halaman Sekolah
|
√
|
-
|
√
|
-
|
2.
Ruang
Kelas
Kondisi Ruang Kelas
|
Jumlah Ruang Kelas
|
Baik
|
5
|
Rusak Ringan
|
|
Rusak Berat
|
-
|
Total
|
5
|
3.
WC
dan Kamar Mandi
Peruntukan
|
|
Jumlah
|
Kondisi
|
||
Ada
|
Tidak
|
Baik
|
Tidak Baik
|
||
Kepala Sekolah / Guru / Karyawan
|
√
|
-
|
1
|
√
|
-
|
Siswa Laki-laki
|
√
|
-
|
1
|
√
|
-
|
Siswa Perempuan
|
√
|
-
|
1
|
√
|
-
|
4.
Prasarana
Jenis
|
Keberadaan
|
Kondisi
|
||
Ya
|
Tidak
|
Baik
|
Rusak
|
|
Instalasi Air
|
√
|
-
|
√
|
-
|
Jaringan Listrik
|
√
|
-
|
√
|
-
|
Jaringan Telepon
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Internet
|
-
|
√
|
-
|
-
|
Akses Jalan
|
√
|
-
|
√
|
-
|
5.
Sarana
lain yang dimiliki sekolah
a). Laptop (2
unit)
ALAT BANTU AJAR
No
|
ALAT
|
JUMLAH
|
TAHUN PENGADAAN
|
KONDISI
|
|
BAIK
|
RUSAK
|
||||
1
|
Kerangka
Manusia
|
1
|
1995
|
|
√
|
2
|
Anatomi Tubuh
|
1
|
1995
|
|
√
|
3
|
Alat Peraga
Matematika
|
1
|
2003
|
√
|
|
4
|
Alat Peraga Agama
|
3
|
2008
|
√
|
|
5
|
Alat Peraga
BTA
|
13
|
2008
|
√
|
|
6
|
Alat Peraga
B. Inggris
|
2
|
2009
|
√
|
|
B.
Penyajian Data
Setelah penulis kemukakan tentang gambaran umum Lokasi Penelitian
selanjutnya penulis akan menggambarkan dan menyajikan data tentang Penerapan
Metode Humanistik Anak Kelas 1 SD oleh Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Jingah
Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
1.
Penerapan
Metode Humanistik yang diberikan Guru Pendidikan Agama Islam Kepada Anak
Didiknya di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar, Yaitu:
a.
Membina
kepercayaan Diri
Berdasakan hasil wawancara dan
observasi dengan guru Pendidikan Agama Islam tentang membina Kepercayaan diri siswa
dalam mata Pelajaran PAI, guru PAI yang melaksanakan Proses Pendekatan
Individual dengan siswa ketika berada didalam kelas maupun diluar kelas, ketika
didalam kelas guru mata pelajaran PAI dikelas I dengan jumlah muridnya 31
orang, dalam hal menjalin Pendekatan Individual dengan siswa guru melakukakan
nya dengan baik, karena guru menyadari pentingnya proses Pendekatan Individual
antara guru mata pelajaran PAI dengan anak didiknya yang berada di Kelas I agar
proses pembelajaran berjalan dengan baik. Pendekatan Individual sangat
diperlukan untak melihat perkembangan anak dan memajukan pelajaran PAI, Tanpa
Pendekatan Individual pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Hasil yang ingin
dicapai pun tidak memenuhi standar penilaian yang sudah ditentukan. Dalam hal
melakukan pendekatan ini guru PAI bisa meningkatkan sikap percaya diri anak
didik dengan pendekatan individual yang baik
b.
Penanaman
Sikap Mandiri
Dari hasil Observasi dan Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama
Islam beliau cukup mengetahui bahwa
seorang murid itu adalah orang yang sedang belajar atau menuntut ilmu dalam
bimbingan seorang atau beberapa orang guru.
Guru Pendidikan Agama Islam menydari bahwa sebagai orang yang
sedang belajar, maka murid berhak mendapat pelajaran dan pendidikan, juga
bimbingan serta pembinaan dari gurunya. Dia juga berhak untuk mendapatkan
pengayoman, buka bentakan, atau kemarahan. Peserta didik juga berhak menerima
cinta dan kasih saying selama belajar dan menuntut ilmu walaupun bentuk pengayoman,
cinta, dan kasih sayang itu berbeda-beda menurut tiap-tiap guru. Ini merupaka
metode humanisti yang sangat manjur diterapkan di SD Jingah Habang Ilir
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, Tapi intinya, peserta didik haruslah
belajar dalam suasana yang nyaman dan dia tidak merasa tertekan atau terpaksa.
diketahui bahwa guru PAI Dalam melaksanakan proses belajar mengajar
menggunakan pendekatan kelompok, dimana anak didik dalam suatu kelompok
dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan tujuan untuk mencari satu
tujuan pelajaran yang tertentu dengan cara bergotong royong. Sebagai Metode,
Pendekatan kerja kelompok dipakai guru Pendidikan Agama Islam untuk mencapai
macam-macam tujuan di Sekolah. Karena di dalam prakteknya Guru Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan di
dalam prakteknya menggunakan pendekatan Kerja kelompok yang cukup baik untuk
menumbuhkan sifat mandiri terhadap anak didiknya.
c.
Mendorong
keaktifan peserta didik
Semua guru pasti menginginkan mempunyai murid-murid yang rajin.
Rajin artinya giat, bersugguh-sungguh, dan semangat dalam mengerjakan suatu
hal. Murid yang ajin berarti murid yang giat, bersungguh-sungguh dan semangat
dalam belajar atau menuntut ilmu. Orang yang rajin dimanapun ia berada pasti
akan dibutuhkan orang (baik tenaga maupun pikiran). Guru Pendidikan Agama Islam
di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan cukup baik dalam memberikan
motivasi terus menerus agar murid-murid selalu memelihara sikap ini.
dari hasil observasi dan wawacara di ketahui bahwa Guru Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan
Kabupaten Banjar, dalam kegiatan belajar mengajar guru membagi anak didik ke
dalam beberapa kelompok belajar dan terkadang memperhatikan juga pendapat dan
kemauan anak didik. Karena permasalahan yang dihadapi setiap anak didik
biasanya bervariasi, maka pendekatannya pun akan lebih tepat bila menggunakan
pendekatan bervariasi.
Tidak hanya rajin yang diharapakan oleh Guru Pendidikan Agama Islam
terhadap Anak didiknya, Guru Pendidikan Agama Islam juga menanamkan sikap Tekun
kepada anak didiknya di SDN Jingah Habang ilir Kecamatan Karang Intan. Karena
Guru Pendidikan Agama Islam menyadari bahwa sikap tekun ini lebih memperlihatkan
kematangan emosi. Oleh karenanya orang yang tekun biasanya lebih sabar dan
pandai mengendalikan diri. Dia juag teliti dan sangat memperhatika detil. Murid
yang tekun sesungguhnya telah menggenggam separuh dari keberhasilan masa
depannya. Dia hanya tinggal menacari cara, bagaimana meraih yang separuh lagi,
sehingga mengantarkan dia pada kejayaan menggapai cita-cita.
d.
Penanaman
Sikap Empati
Pada dasarnya peserta didik mempunyai sifat empati jiwa kepedulian
yang siap untuk dikembangkan di sekolah. Guru Pendidikan Agama islam di SDN
Jingah Habang Ilir kecamatan Karang intan menydari ini. Guru PAI menyadari
bahwa sekolah merupakan lahan paling subur untuk menumbuhkan sikap keperdulian
anak kepada sesamanya. Peserta didik harus disadarkan bahwa mereka hidup bukan
hanya untuk kesenangan diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Dengan
begitu , akan tumbuh kesadaran untuk hidup bersama dan selalu siap memberikan
sebagian yang mereka miliki kepada sesama. Terutama kepada fakir miskin. Jiwa
peduli ini harus dihidupkan sejak dini agar mereka terbiasa berbagi kebahagian.
Sesungguhnya tidak ada kebahagian dalam hidup ini selain bisa saling berbagi
dengan sesama.
Dari hasil observasi dan wawancara di ketahui bahwa guru PAI dalam
melakukan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik
dilakukan cukup baik. Karena Guru PAI menyadari bahwa sikap dan
perbuatan yang ia lakukan harus bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada
anak didiknya dengan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan
akhlak yang mulia.
Dari hasil observasi dan
wawancara diketahui bahwa Pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar Negeri
Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan dalam melaksanakan proses belajar
mengajar tidak hanya menggunakan metode satu atau dua macam saja dalam
melaksanakan Proses belajar mengajar guru PAI Menggunakan penggabungan beberapa
pendekatan dalam membimbing dan membina jiwa keagamaan anak didik. Pendekatan
keagamaan Dapat membantu anak didik menumbuhkan jiwa agama yang kuat di dalam
diri anak didik, yang pada akhirnya nilai-nilai Agama dapat mereka yakini,
pahami, hayati, dan di amalkan mereka selama hayat para anak didik di kandung
badan.
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,
pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Guru Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan
menggunakan Bahasa yang baik dalam proses belajar mengajar. Guru PAI Menyadari
Penggunaan Bahasa yang baik sebagai alat untuk mengungkapkan makna yang di
wujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosakata) akan mudah dipahami jika
cara penyampaian bagus dan mudah dimengerti oleh anak didik, karena hal
demikian berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, Pikiran, pendapat
dan perasaan).
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Penerapan Pendekatan Penerapan Metode Humanistik Dalam
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah
Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
a.
Guru
Faktor
guru yang mengajar dengan indikator pengalaman, dan latar belakang pendidikan ,
kompetensi yang dimiliki, serta pernah mengikuti berbagai macam diklat
pendidikan. Guru yang melaksanakan Penerapan Pendekatan Metode Humanistik dalam
pembelajaran PAI Dengan Pelaksanaan Program Pembelajaran untuk menciptakan Kepercayaan
Diri Siswa, Sikap Mandiri, keaktifan siswa dan Penenaman Sikap Empati dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah Ibu Norliani, A. Ma. Pengalaman guru
mengajar 10 Tahun menjadi Guru, dan pendidikan yang ditempuh adalah SI IAIN
Antasari Banjarmasin. Ibu Norliani juga sering mengikuti berbagai macam diklat
pendidikan untuk menembah kompetensi dan pengetahuan dalam memberikan pelajaran
dan melaksanakan proses belajara mengajar yang baik di kelas terhadap anak
didiknya di SDN Jingah Habang Ilir Kecematan Karang Intan Kabupaten Banjar Pengalaman
kerja sangat penting bagi seorang guru. Guru yang banyak memiliki pengalaman
kerja di sekolah, dia akan mudah melaksanakan tugasnya, karena pengalaman
tersebut dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang banyak
mempunyai pengalaman kerja sebagai guru, dia akan dapat memberikan bimbingan
kepada siswanya. Masa kerja atau lamanya kerja seorang guru juga cukup
mempengaruhi kecakapan dan keahlian dalam mengelola pembelajaran di sekolah.
Karena ilmu dan pengetahuan saja tidak cukup tanpa ada pengalaman kerja.
Melalui pengalaman akan menambah kematangan dalam mengerjakan sesuatu serta
dari pengalaman tersebut dapat mengimbangi antara kenyataan yang dihadapi saat
melaksanakan tugas dengan ilmu yang didapatnya..
b.
Siswa
Minat siswa dilihat dari kerajinan/ keaktifan mengikuti pelajaran dan
perhatian selama mengikuti pelajaran PAI. Berdasarkan hasil observasi dan
dokumentasi terlihat semuanya aktif dan memperhatikan dengan baik setiap materi
yang dijelaskan oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
c.
Sarana
Prasarana
Berdasarkan hasil
observasi dari wawancara, fasilitas yang digunakan untuk pelaksanaan
pembelajaran PAI Hanyalah ruang kelas dan buku-buku Pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
C.
Analisis Data
Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar berdiri pada tahun 1957 yang beralamat di Jl. Melati No. 80
Rt. 02 dengan luas tanah keseluruhan 1156 M2 dengan nilai Akreditasi B.
Kepala sekolah yang menjabat saat ini adalah Bapak Abdul Muis, S.
Pd. Dengan pangkat Gol IV / B. dengan jumlah Tenaga pengajar sebanyak 13 Orang.
Dalam hal ini penulis akan mengemukakan tentang:
1.
Pelaksanaan
Penerapan Pendekatan Metode Humanistik Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan
Karang Intan Kabupatan Banjar.
a.
Membina
Kepercayaan Diri
Dari data yang telah penulis kemukakan dapat dijelaskan bahwa:
Percaya diri merupakan sumber kekuatan yang luar biasa. Percaya
diri laksana reactor yang membangkitkan segala energy yang ada ada pada diri
seseorang untuk mencapai sukses. Sebagai generasi penerus bangsa, sikap percaya
diri sangat penting ditanamkan pada peserta didik agar ia tumbuh menjadi sosok
yang mampu Data yang didapat mengembangkan potensi diri.
Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam Mempunyai cara sendiri
untuk membangkitkan Kepercayaan diri Peserta didiknya diantaranya dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru memberikan Apresiasi berupa pujian
atas setiap pencapaian yang dicapai peserta didik, hal ini akan mengembangkan
rasa percaya dirinya, dan peserta didik pun akan akan menerima lebih banyak
lagi kesuksesan dalam kehidupannya. Guru Pendidikan Agama Islam menyedari bahwa
ia tidak akan memberikan pujian tanpa alasan. Sebab, boleh jadi, peserta didik
akan tumbuh menjadi sosok yang “gila pujian”.
Selain itu Guru pendidikan Agama Islam juga mengajari anak didiknya
untuk bertanggung jawab , banyak hal yang dilakukan oleh guru untuk menerapkan
prinsip ini, seperti meugaskan peserta didik menjadi pembawa acara, pemimpin
rapat dikelas, dan lain sebagainya. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini akan
memberikan rasa tanggung jawab pada dirinya sekaligus mengajarinya untuk
bersedia menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya, serta akan menumbuhkan
rasa percaya diri yang tinggi dalam dirinya.
Selain itu, Guru Pendidikan Agama islam mengajari peserta didik
agar bersikap ramah dan senang membantu orang lain. Untuk mengejari peserta
didik seperti ini, Guru Pendidikan Agama Islam selalu bersikap ramah terhadap
siapapun sekaligus selalu tersenyum kepadanya. Guru Pendidikan Agama Islma pun
menjadikan segala rutinitas hariannya menjadi menyenangkan.
Selain itu juga, Guru Pendidikan Agama islam tidak pernah menegur
anak didiknya yang salah langsung dihadapan teman-temannya. Dan juga guru
Pendidikan Agama islam mendukung sepenuhnya sesuatu yang menjadi minat peserta
didik. Guru Pendidikan Agama Islam Juga Tida memanjakan peserta didiknya.
pada saat penelitian diketahui bahwa guru mata pelajaran PAI mampu
dalam berinteraksi baik dengan murid-muridnya pada saat jam pelajaran dengan
menggunakan pendekatan Inidvidual. Hal tersebut dilakukan agar tercapainya
tujuan yang diinginkan dengan maksimal dan memudahkan siswa dalam menerima
pelajaran serta memudahkan guru dalam menentukan pelajaran yang diajarkan.
Dengan mengalokasikan waktu untuk berinteraksi dengan menggunakan Pendekatan
Individual untuk membangung kepercayaan diri terhadap anak peserta didik, guru
mampu membagi mata pelajaran yang diajarkan kapan pelajaran itu diajarkan dan
ruang mana pelajaran itu akan diajarkan pada suatu kelas tertentu serta mampu
menyelesaikan pelajaran yang sudah direncanakan yang diajarkan dengan baik.
Dari hasil penelitian observasi,
senin 19April 2015, proses interaksi antara guru mata pelajaran PAI dengan
murid-murid yang berada di kelas
tersebut guru dapat menjalin proses interaksi dengan menggunakan
Pendekatan individual dengan baik dan efektif selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran
Berdasarkan sumber-sumber
tersebut dapat ditetapkan dan
dikembangkan proses interaksi dengan menggunaka pendekatan individual untuk
meningkatkan kompetensi dasar anak-anak murid
Dalam mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menyelesaikan
Pembelajaran secara Efektif berlangsung cukup baik.
Tetapi setelah penulis melakukan observasi dan melihat dokumen
ternyata tidak semua guru mampu menjalin interaksi dengan menggunakan
pendekatan individual yang baik kepada murid-muridnya.
Dari 1 orang guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas I
yang penulis teliti guru tersebut mampu menjalin proses interaksi dengan
menggunakan pendekatan individual yang baik dengan murid-muridnya yang berada
di kelas I, beliau menyedari akan pentingnya membangun Sikap percaya diri
peserta didiknya.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Guru tersebut
memberikan pelajaran sesuai dengan indikatornya dengan metode yang baik, karena
guru tersebut mampu menjalin interaksi dengan murid-muridnya sehingga hasil
yang ingin di capai memuaskan untuk kemajuan para murid-muridnya yang berada di
Kelas I. karena hal tersebutlah dapat dikatakan bahwa guru PAI mampu membuat
proses Pendekatan Individual untuk menjalin Interaksi dengan baik agar kepercayan
diri Peserta didik meningkat selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan dari hasil observasi, senin, 19April 2015, dengan
mempersiapkan materi pelajaran terlebih dahulu akan mempermudah guru dalam
mengajar dan berinterkasi dengan murid untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan mempersiapkan materi sebelum mengajar akan mempermudah guru
dalam menyampaikan materi dan Melakukan pendekatan Individual untuk menjalin
proses interaksi antar guru dan murid bisa berjalan dengan lancar sesuai yang
di inginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang mengajar di Kelas I mampu dalam menentukan metode pembelajaran
sehingga proses interaksi terjalin, hal tersebut memudahkan guru dalam
menjelaskan pelajaran yang diajarkan dan siswa dengan mudah memahami pelajaran,
dan metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan penugasan. Dengan
menggunakan metode ceramah akan mempermudah guru dalam menyampiakan materi yang
sudah disusun sebelum mengajar, dengan metode diskusi guru dapat mengetahui
sejauh mana kekompakan siswa dalam mengerjakan tugas secara berkelompok dan
menggunakan metode penugasan untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam menerima
pelajaran yang sudah diajarkan dan melatih siswa untuk belajar serta mengingat
kembali tentang pelajaran yang sudah dipelajari.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahi bahwa guru PAI
Melakukan pendekatan Kelompok yang baik terhadap anak didiknya di Sekolah Dasar
Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan, dimana anak didik dalam suatu
kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan adanya pendekatan
kelompok peserta didik lebih mudah memahami pelajaran serta dapat meningkatkan
sikap kepercayaan diri pada anak tujuan pembelajarannya sesuai yang diinginkan.
Kemampuan guru dalam proses Pendekatan kelompok ini sangat
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar dan penyampaian sumber belajar.
Dengan cara tersebut akan mempermudah proses pembelajaran sesuai target yang
diinginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata Pelajaran PAI mampu
melakukan pendekatan kelompok dengan baik selama proses pembelajaran sehingga
mampu meningkatkan sikap kepercayaan diri peserta didik. Dengan pendekatan
kelompok yang baik guru dapat menyalurkan pikiran, perhatian dan kemampuan
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar dan membantu memudahkan
pemahaman siswa dalam menentukan dan memahami konsep atau materi yang
disampaikan serta dapat juga menghantarkan siswa ketingkat pemahaman yang lebih
tinggi.
Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru PAI dalam
melakukan pendekatan Metode Humanistik cukup bervariasi, guru dalam mengajar
menggunakan berbagai macam variasi untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif. karena guru menyadari permasalahan yang dihadapi setiap anak berbeda-beda
karena itu diperlukan pendekatan Metode Humanistik yang bervariasi. pendekatanMetode
Humanistik yang bervariasi yang dilakukan guru bisa dikatakan cukup baik
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang mengajar di Kelas I guru mempunyai kemampuan
Pendekatan Metode Humanistik bervariasi yang baik dalam melakukan proses
belajar mengajar. Sehnngga proses belajar mengajar berjalan efektif sesuai
dengan perencanaan sebelumnya.
Dari hasil wawancara dengan guru mata Pelajaran PAI Kelas I,
pendekatan dengan menggunakan Metode Humanistik dilakukan oleh guru mata
pelajaran PAI kelas I adalah menggunakan metode dengan pengajaran regular
dengan tujuan untuk meningkatkan sikap kepercayaan diri peserta didik, guru mengelompokkan
siswa sesuai dengan kemampuan para siswanya, para siswa mempunyai posisi yang
sama, walaupun setiap siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk memahami suatu
materi pelajaran. Jadi untuk siswa yang lamban dalam belajar diberikan
perhatian khusus dengan kegiatan yang berbeda dari siswa yang cepat dalam
menerima pelajaran.
b.
Penanaman
Sikap Mandiri
Mempunyai murid yang mandiri memang merupakan dambaan setiap guru.
Sebab, dengan sikap itu proses belajar yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi
lancar sehingga guru juga dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang
mandiri bias melayani kebutuhannya sendiri.
Nah, untuk mendidik peserta didik yang seperti itu Guru Pendidikan
Agama islam membentuk peserta didiknya agar tumbuh menjadi sosok yang
berkarakter mandiri, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh guru
Pendidikan Agama Di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar.
Ada beberapa langkah yang dilakukan Guru Pendidikan Agama Islam di
SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan diantaranya adalah guru PAI
memberikan keterampilan untuk mengurus dirinya sendiri. selain itu guru juga memberikan bentuk-bentuk
kegiatan sekolah yang merangsang sikap mandiri peserta didik.
Guru Pendidikan Agama Islam juga sering meminta bantuan kepada
peserta didik untuk membuat program kegiatan positif.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI
Melakukan pendekatan Edukatif yang baik dalam hal proses belajar mengajar
dikelas untuk menumbuhkan sikap mandiri pada peserta didik.
karena guru PAI Menyadari Perkembangan kognitif anak dalam proses
Eksplorasi bertujuan untuk mengembangkan bahasa, daya pikir dan keterampilan
anak didik.
Dalam tahap ini, anak mengembangkan keterampilan, bahasa dan daya
ingatnya, untuk itu dalam memberikan pelajaran pada Anak Kelas I Sekolah Dasar
sangat perlu perhatian dari guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan
adanya kegiatan Pendekatan edukatif melalui proses Eksplorasi belajar mengajar
ini sangat memudahkan bagi anak didik untuk mengingat, mengucapkan dan
menjawabnya ketika ada pertanyaan yang diajukan kepadanya. Maka dari itu sangat
efektif digunakan dalam meningkatkan perkembangan daya pikir, barbahasa dan
keterampilan anak dalam proses belajar mengajar pada anak didik Kelas I Sekolah
Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaaten Banjar.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PAI Kelas I, dalam
hal Pendekatan Edukatif melalui proses eksplorasi untuk menanamkan sikap
mandiri peserta didik guru mata pelajaran PAI Sangat memperhatikan hal ini,
eksplorasi para siswa di kelas I di dukung sepenuhnya oleh Guru Mata Pelajaran
Agama Islam, dengan cara mengungkit kemampuan siswa dari dalam agar bisa ia
eksplor dari dalam dirinya. setiap memasuki kelas guru PAI Bertanggung jawab
mengungkit, menumbuhkan, dan menyalurkan kemampuan para siswanya sesuai
kapasitas anak didiknya yang berada di kelas I dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam. Dalam hal Eksplorasi guru PAI Kelas I Sudah melakukannya dengan
baik. Ia menyadari pentingnnya kemampuan para siswa nya di eksplor agar
kapasitas anak didiknya bertambah bagus dan meningkat dan tujuan penenaman
sikap mandiri pada peserta didik tercapai.
Dari Hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Sekolah
Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan, melakukan Pendekatan
yang sangat baik. Guru PAI Menyiapkan langkah seperi memilih metode mengajar
dan alat pelajaran yang akan di pakai dengan tujuan untuk menambah Kapasitas
para siswa dalam Memperdalam sikap mandiri anak didik. Melalui pendekatan ini diharapkan
akan menambah kepercayaan diri para anak didik dan memperkokoh Kekuatan jiwanya
untuk selalu berpegang teguh pada ajaran agama. Hasil yang diperoleh melalui
pendekatan ini ini cukup memuaskan guru Pendidikan Agama Islam.
Dengan pendekatan penanamansikap mandiri sangat membantu guru untuk
memperkuat kepercayaan para anak didik dan menanamkan nilai-nilai Agama supaya
bisa dihayati, diayakini, di pahami, dan di amalkan oleh para anak didik di
Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
c.
Mendorong
Keaktifan Peserta didik
Sebagaimana yang tertara dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal
3 tentang system pendidikan Nasional, pada hakikatnya pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan sekaligus membentuk watak dan peradaban
Bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, serat
bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Inilah yang melatar belakangi guru Pendidikan Agama Islam untuk
memfungsikan pendidikan untk membentuk manusia agar memiliki karakter aktif dan
kreatif. Guru pendidikan Agama Islam menyadari bahwa apabila pendidikan
bertujuan membentuk karakter aktif dan kreatif, tentunya setiap peserta didik
dengan segala potensinya dapat dilatih untuk menggagas ide-ide kreatif
berdasarkan pengalaman hidupnya.
Dalam rangke mengembangkan potensi aktif kreatif ini guru
Pendidikan Agama Islam cukup baik dalam mengembangkan potensi kreatifitas
peserta didiknya, pendkatan yang dipakai pun dengan menggunakan metode
humanistik dengan cara menstimulasi kemampuan peserta didik terutama
kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai masalah dapat diartikan sebagai
berkembangnya wawasan peserta didik yang akhirnya dapat berimplikasi terhadap
kreatifitas peserta didik.
Dari hasil wawancara dan Observasi di ketahui bahwa, dalam hal
penguasaan Bahasa Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah
Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar dikatan Baik. Karena
Kemampuan Guru Pendidiikan Agama Islam yang mumpuni dalam menjalin komunikasi
dengan anak didik.
Dari Hasil Observasi dan wawancara dengan anak murid, mereka
mengatakan kemampuan Guru PAI dalam berbahasa ketika melakukan proses belajar
mengajar bisa dipahami mereka cukup baik.
Perlunya aktifitas keaktifan dalam belajar disebabkan pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk megubah tingkah laku, jadi
melakukaan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktifitas. Itulah
sebabnya katifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam
interaksi belajar mengajar. Sebagai rasionalitasnya hal ini juga mendapatkan
pengakuan dari berbagai ahli pendidikan termasuk hal ini juga dipikirkan oleh
Guru Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir
Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI juga memberikan penjelasan bahwa segala
pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,
penyelididkan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan
sendiri, baik secara rohani maupun tekhnis.
Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri,
tanpa ada aktifitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. itulah sebabnya
Guru PAI di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
menegaskan bahwa ruang kelas harus di uabh / di atur sedemikian rupa menjadi
laboratorium pendidikan yang mendorong anak didik bekerja sendiri. Guru PAI
juga menegaskan bahwa sekolah harus di jadikan tempat kerja. Sehubungan dengan
itu maka ia menganjurkan pengembangan metode-metode proyek, problem solving,
yang merangsang anak didik untuk melakukan kegiatan. Semboyan yang ia
populerkan “learning by doing”.
Diketahui juga Guru PAI sudah cukup baik dalam mengemukakan
beberapa pandangan dari berbagai sumber. Guru PAI menegaskan bahw dalam
kegiatan belajar, subjek didik harus aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa
dalam belajar sangat diperlukan adanya aktifitas, tanpa aktifitas, belajar itu
tidak mungkin berlangsung dengan baik.
d.
Penanaman
Sikap Empati
Sikap empati terhadap orang lain merupakan sikap yang sangat
dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia, terutama saat bangsa ini banyak mengalami
musibah dan bencana. Namun untuk menumbuhkan rasa kepedulian itu, Guru
Pendidikan Agama Islam tidak perlu menunggu bencana terjadi. Sebab, setiap
saat, selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita.
Guru Pendidikan Agama Islam menyadari bahwa sikap kepedulian
merupakan sikap yang tidak bias tumbuh dengan sendirinya. Sebab, diperlukan
latihan, pengenalan, dan penenaman intens, seingga nilai-nilai kepedulian
tersebut akan tumbuh dan berakar kuat pada diri seseorang tersebut akan tumbuh dan
berakar kuat pada diri seseorang.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guruPAI melakukan
Metode Humanistik dengan penanaman Sikap Empati dilakukan cukup baik. Karena
Guru PAI Cukup mengerti bahwa anak didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan. ini berrarti bahwa Guru PAI di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan
Karang Intan cukup baik memamahami anak didiknya dengan segala potensinya dan
bagaimana proses belajarnya.
Guru PAI Cukup Memahami aspek anak didiknya bahwa setiap anak didik
disamping memiliki sejumlah persamaan, juga perbedaannya.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Penerapan Metode Humanistik oleh Guru PAI untuk menciptakan
keaktifan siswa dalam Pembelajaran PAI
a.
Guru
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh
keberhasilan guru dalam mengelola proses belajar mengajar di Sekolah untuk
meningkatkan tingkat produktifitas dan prestasi anak didik dapat dilakukan
dengan meningkatkan kapasatis Guru untuk pengelolaan kelas dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar dengan menggunakan metode Humanistik yang efektif untuk
keberhasilan proses belajar mengajar.
Dari uraian diatas, sehubungan dengan tugas dan wewenang tenaga
kependidikan sebenarnya dari segi realisasi kegiatan proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam dengan Metode Humanistik Kelas I di Sekolah Dasar Negeri
Jingah Habang Ilir Kecamatan karang Intan Kabupaten Banjar Dapat dikatakan baik.
Karena Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai Latar pendidikan Yang
baik, selain Itu guru PAI juga sering mengikuti berbagai macam diklat
Pendidikan Untuk meningkatkan Kompetensi Pribadi Guru itu sendiri, jadi dapat
dikatan dari segi pendidikan, kompetensi dan kapasitas yang dimiliki Guru
Pendidikan Agama Islam di SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Dapat
di katakan baik.
b.
Siswa
Pendidikan hendaknya di desain bagi siswa atau peserta didik sesuai
dengan kebutuhan dan mengalami perkembanannya. Setiap peserta didik mempunyai
kebutuhan dan mengalami perkembangan yang tidak sama sehingga Sekolah perlu
menyelenggarakan berbagai program sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangannya. Agar program yang telah di susun, guru yang telah diangkat,
dan sarana prasarana dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, maka peserta didik
perlu di menej sedemikian rupa sehingga tujuan yang diinginkan Sekolah dapat di
capai secara efektif dan efesien.
Manajemen kesiswaan pada dasarnya membahas tentang perencanaan
kesiswaan, peneriman siswa baru, pengorganisasian siswa, orientasi siswa,
pembinaan dan pelayanan siswa, organisasi siswa, penilaian siswa, mutasi dan
almuni. Inilah sebenarnya cakupan yang akan dibahas dalam bidang kesiswaan.
Dari uraian diatas, kalau menghubungkan dengan program kesiswaan
yang dibuat oleh bagian kesiswaan, ternyata program kesiswaan banyak sekali
komponen kegiatannya dan seandainya program tersebut teraktualisasi semua dan
dikelola dengan baik dan profesional. SDN Jingah habang Ilir Kecamatan Karang
Intan Kabupaten Banjarakan menjadi sekolah yang diperhitungkan kualitasnya di
Kabupaten Banjar.
c.
Sarana
Prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar
seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, multi media, serta alat-alat dan
media pengajaran yang lain. Sarana belajar mengajar yang ada di SDN Jingah
Habang Ilir Kecamatan Karang Intan kabupaten Banjar yaitu: a. ruang Kepala
Sekolah 1 buah, b. Ruang Dewan Guru 1 Buah, c. ruang Tata Usaha 1 Buah, d.
Ruang Kelas 6 Buah, e. Ruang Perpustakaan 1 Buah, F. Mushalla 1 buah, g. WC 2
guru 1 Buah, h. WC Murid 4 Buah.
Dari gambaran diatas tentang sarana prasarana di Sekolah Dasar
Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar belum sepenuhnya memenuhi
kreteria dari sebuah manajemen pendidikan berbasis Sekolah dan Standar dari
pengembangan Sekolah Dasar
BAB V
P E N U T U P
A.
Simpulan
Berdasarkan
data yang telah disajikan dan setelah dilakukan analisis data, dapatlah
disimpulkan sebagai berikut:
1.
Pelaksanaan Penerapan Metode
Humanistik oleh Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Jingah
Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar sudah berjalan dengan baik sesuai yang ada
di lapangan.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan
Metode Humanistik di Sekolah Dasar Negeri Jingan Habang Ilir Kecamatan Karang
Intan Kabupaten Banjar, adalah faktor guru, siswa dan sarana prasarana. Faktor
guru meliputi pengalaman mengajar yang baik, latar belakang pendidikan yang
sesuai, dan metode yang tepat. Faktor siswa dengan indikator keaktifan dan
perhatian siswa yang cukup baik, sedangkan sarana prasarana fasilitas kurang
mendukung terhadap kegiatan proses belajar mengajar.
B. Saran
Sebagai
penutup skripsi ini, penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Guru
dapat kiranya memperhatikan secara maksimal akan perkembangan anak terutama
tentang membuat perencanaan pembelajaran.
2. Diharapkan
kepada guru-guru mata pelajaran agar meningkatkan kinerja mereka dalam membuat
perencanaan pembelajaran agar terwujudnya mutu pendidikan yang mempunyai
standar Nasional bahkan Internasional.
3.
Para
guru yang ada, khususnya yang menjadi guru PAI,
supaya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam mengajar semakin meningkat, terutama dalam penyusunan silabus dan RPP agar
dilakukan/dibuat sendir.
4.
Bagi
kepala sekolah hendaknya mampu memenej lembaga pendidikan dengan baik, sehingga
kualitas kependidikan dapat dicapai secara maksimal, termasuk mata pelajaran
PAI.
5.
Bagi
pemerintah atau pembuat kebijakan (policy) hendaknya memperhatikan
phenomena pendidikan secara riel di lapangan, bukan seperti menara gading yang
hanya membaca laporan tekstual semata.
[1] HM. Sudiyo, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 7
[2]Suwarno,Pendidikan
Humanistik, (Jakarta: PT Rosda Karya, 2006), h, 20
[3] Nur Isna
Ainullah, Panduan Menerapkan Pendidikan di Sekolah, ( Jogjakarta:
Laksana, 2011), h, 33
[4] Undang-undang
No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara,
2003), h, 7
[5] Tilaar, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta : PT Rosda Karya, 2005), h, 112
[6] M. Ari
Budianto, Psikologi Pendidikan, , (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h, 17
[7] Susilo, Penerapan
Pendidikan, (Bandung: Alva Beta,
2007), h, 174
[8] Depertemen
Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2011), h, 21
[9] Mulkhan, Teori
Pendidikan Humanistik, (Jakarta: PT Rosda Karya, 2002), h, 95
[10]Mastuhu, Teori
Pendidikan Humanistik, (Jakarta: Bintang Asia, 2003), h, 136
[11] Sagala dan
Syaaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, ( Bandung : Alfa Beta, 2004),
h, 45
[13]
Mangunwijaya, Dasar-dasar Proses
Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2002), h, 260
[15]Rahman, Peranan
Metode Humanistik dalam Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Bintang Asia,
2002), h, 35
[16] Baharudin dan
Moh. Makin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Tiga
Serangkai: Pustaka Madiri, 2008), h, 149
[17]Lilik, Psikologi
Perkembangan, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h, 83
[18] Suwarno, konsep
Dasar Pendidikan Humanistik, (Jakarta : PT Bentang Pustaka, 2006), h, 123
[21]Mulyati, Proses Pembelajaran, (Bandung: Bintang Asia 2005), h,
78-80.
[24] Amka Abdul
Aziz, Guru Profesional Berkarakter, (Klaten : Cempaka Putih, 2012), 112
[25] Widya
Handayani, Kiat-kiat Membersakan Anak Yang memiliki kecerdasan Emosional,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997) , h, 27
[26] Kasdhu, Filsafat
Pendidikan, (Jakarta: PT Rosda Karya, 2007), 7
[27] Sarah
Hutahuruk, Dkk, Perkembangan Anak, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama,
1978), h, 9
[29] De Porter dan
Hernacki, Quantum Learning, (2004), h, 16
[30] Nur Isna
Ainullah, Panduan menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Jogjakarta: Laksana, 2011), h, 39
[31] Chatib, evaluasi
Pembelajaran, (Jakarta : CV Pustaka, 2009), h, 159
[32] Of. Cit. h, 86
[34] E. Mulyasa, Manajemen
Pendidikan karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hm 7
[36] Dharma Kusuma,
Dkk, Pendidikan karakter : Kajian Teori dan Praktek di Sekolah,
(Bandung: Remaja RosdaKarya, 2012), h, 113
[37] Baharudin dan
Makin, Konsep Dasar Pedidikan Humanistik, (Jakarta: PT Bentang Pustaka, 2011),
h, 23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar