Kamis, 19 Oktober 2017

KECERDASAN SPRITUAL SKRIPSI BAB 1 DAN 3



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah
Setiap orang mempunyai harapan agar kehidupannya dapat mencapai kesuksesan. demikian pula dengan para orangtua, sudah barang tentu menginginkan anak-anaknya dapat meraih kesuksesan. Dalam rangka meraih kesuksesan tersebut, kecerdasan intelektual dipercaya sebagai jalannya. Dengan demikian, banyak orangtua akhirnya memilih sekolah yang maju dan favorit agar kecerdasan anak-anaknya dapat terasah dengan baik. Tak jarang orangtua juga mengikutkan berbagai les pelajaran tambahan buat anaknya agar kecerdasan intelektual anaknya dapat berkembang secara optimal.
Namun, kecerdasan intelektual (IQ) yang sering dibanggakan oleh kebanyakan orangtua sebagai pertanda bahwa anaknya telah berprestasi dinilai oleh banyak penelitian. Tidak berbanding lurus dengan kesuksesan hidup seseorang. Ternyata, faktor yang paling dominan memberikan pengaruh bagi kesuksesann hidup seseorang adalah kecerdasan emosional (EQ). kecerdasan emosional termasuk didalamnya adalah kecerdasan social, dipercaya lebih mudah membuat seseorang untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Setiap manusia yang lahir perlu mendapatkan pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu langkah yang tepat dalam usaha mengembangkan setiap aspek pribadi manusia lahir dan bathin, agar terbentuk manusia seutuhnya dan sebagai manusia yang di kehendaki oleh tujuan pendidikan Nasional.

Firman Allah SWT dalam Surah Al-Alaq ayat 1-5
ٱقرَأبِٱسمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلإِنسَٰنَ مِن عَلَقٍ ٢  ٱقرَأ وَرَبُّكَ ٱلأَكرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلإِنسَٰنَ مَا لَم يَعلَم ٥
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Alaq ayat 1-5 di jelaskan bahwa di wajibkan kepada setiap muslim laki-laki maupun  perempuan untuk terus belajar, baik itu Ilmu Dunia Maupun Akhirat.
Dalam surah ini di jelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa, iman dalam pengertian yakin adanya Allah, Rasul-rasul, kitab-kitab, para malaikat dan akan datangnya kiamat serta ketentuan Qada dan Qadar-Nya..
Hadis Rasullallah SAW dari Sahl Ibn Sa’ad:
Dari Sahl Ibn Sa’ad Radiyallahuanhu, sesungguhnya Rasullallah SAW berkata kepada Ali Radiyallahuanhu: “Demi Allah, engkau menyebabkan seseorang mendapatkan hidayah Allah itu lebih baik daripada engkau memiliki unta merah.” (HR. Bukhari-Muslim)[1] 
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dibidang psikologi, selanjutnya ditemukan kecerdasan yang dinilai sebagai kecerdasan yang paling utama dalam diri manusia, yakni kcerdasan spiritual (SQ), kecerdsan intelktual memang penting agar seseorang mempunyai kemampuan dalam menganalisis dan berhitung, terutama terkait dengan ilmu pasti. Demikian pula dengan kecerdasan emosional. Keberadaannya harus dikembangakan dengan baik agar seseorang dapat leih mudah dalam meraih kesuksesan  dalam hidupnya. Namun, untuk menemukan makna hidup dan kebahagiaan, seseorang memerlukan kecerdasan spiritual.
Ya, kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan makna hidup dan kebahagiaan. Inilah sebabnya, kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dalam kehidupan dan kebahagiaan adalah tujuan dari setiap orang dalam hidupnya. Untuk apa mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi bila hidupnya tidak berbahagia? Untuk dapat meraih kesusksean, baik itu dalam karier, kekayaan, maupun dalam kehidupan social, bila tidak bias merasakan sbuah kebahagian? Itulah sebabnya, keecrdasan spiritual dikatakan sebagai kecerdasan yang paling penting dan tinggi.
Jika memang kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dan tingggi karena terkait dengan kemampuan seseorang dalam meraih kebahagiaan, pertanyaan yang seegra muncul adalah apakah keecrdasan inteelktual dan kecerdasan emosional menjadi tidak penting lagi dalam kehidupan manusia?
Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sangat penting untuk dikembangkan dalam diri manusia. Ketiganya merupakan karunia Tuhan yang tidak boleh diabaikan agar manusia dapat menjalani dan menikmaikehidupannya dengan baik. Akan tetapi, ha yang tidak diingininkan adalah mengembantkan kecerdasan yang satu, namun mengbaiakna kecerdasan yang lainnya. Misalnya, kebanyakan orangtua dan para guru merasa bangga bila anak-anak mencapai prestasi yang baik dalam kecerdasan intelektualnnya, dan mereka seakan lupa bahwa masih ada kewajiban unuk mengembangkan kecerdasan yang lainnya dalam diri anak, yakni kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Jadi, hal yang penting untuk diperhatikan adalah prosi dalam mengembangkan masing-masing kecerdasan yang ada dalam diri anak dengan baik.
Bila sekolah formal atau regular tempat bel;ajar anak-anak kita telah mengambil peran yang sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan intelektual anak, peran orangtua dirumah hanya tinggal mendampingi dan memberikan dukungan saja terhadap anak-anaknya dalam mengembangkan kecerdasan intelektual ini. Namun, masih ada dua kecerdasan yang penting untuk diperhatikan oleh orangtua, yakni kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kedua kecerdasan ini buka berarti diabaikan atau tidak mendapatkan perhatian di sekolah formal atau regular, namun bila mencermati kurikulum dan tolak ukur penilaian peserta didik, memang harus diakui bahwa kecerdasan intelektual yang menjadi garapan utama. Maka, mendapati kenyataan ini, dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pada anak memang orangtua harus mengambil peran utama.
Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 menyatakan: tiap-tiap Warga Negara Berhak mendapat pengajaran”.
Dalam UUD 1945  Pasal 31 ayat 2 menyatakan: Pemerintah  mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran Nasional yang di atur dengan undang-undang”.
Menurut Undang-undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003, Bab VIII tentang wajib belajar (Pasal 34):
1.      Setiap warga Negara yang berusia 6 Tahun dapat mengikuti program wajib belajar.
2.      Pemerintah dan Pemeritah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan Dasar tanpa memungut biaya.
3.      Wajib belajar adalah merupakan tanggung jawab Negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.[2] 
Sebagaimana jauh-jauh hari ditekankan oleh”Bapak” Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Undang-undang No. 20/2003 tentang system pendidikan Nasional dengan tegas juga menggariskan, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa.”
Menurut Drs. Akhmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.[3]
Bagaimana langkah-langkah yang bias dilakukan oleh orangtua dalam mendampingi tumbuh dan berkembang anak-anak agar dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya.
Sungguh, kecerdasan spiritual ini jangan sampai diabaikan oleh para orangtua karena bahagia atau tidaknya anak-anak kita dalam menajalni kehidupan ini sangat tergantung dari keecrdasan spritualnya. Jika keecrdasan spritualnya tinggi, seseorang akan mudah meraih kebahagiaan. Namun, jika kecerdasan spritualnya rendah, akan sulit seseorang akan merasakan sebuah kebahagiaan. Betapa penting hal ini untuk diperhatikan. Sebab, kebahagiaan adalah inti atau hakikat dari tujuan hidup seorang anak manusi.?
Kecerdasan spiritual juga membukakan mata batin kita, bahwa ada kekuatan di luar diri kita yang lebih besar. Kekuatan tersebut adalah Tuhan. Dengan kecerdasan spiritual, kedekatan dengan-Nya pun dapat terjalin harmonis.
Kecerdasan spiritual tidak tumbuh ketika dewasa. Kecerdasan spiritual perlu dipupuk dan dibangkitkan semenjak dini. Inilah yang coba dipaparkan dalam penulis skripsi ini. Skripsi ini memaparkan bagaimana mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak. Dengan demikian, kita dapat mengejarkan kepeda mereka esensi kehadirannya di Bumi ini.
Bila sekolah formal atau regular tempat belajar anak-anak kita telah mengambil peran yang sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan intelektual anak, peran orangtua di rumah hanya tinggal mendampingi dan memberikan dukungan saja terhadap anak-anaknya dalam mengembangkan kecerdasan intelektual ini. Namun, masih ada dua kecerdasan yang penting untuk diperhatikan oleh spiritual. Kedua kecerdasan ini bukan berarti diabaikan atau tdak mendapatkan perhatian di sekolah formal atau regular. Namun bila mencermati kurrikulum dan tolak ukur penilaian peserta didik, memang harus diakui bahwa kecerdasan intelektual yang menjadi garapan utama. Maka, mendapatkai kenyataan ini, dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pada anak memang orangtua harus mengambil peran utama.
Bagaimana langkah-langkah yang bias diambil oleh para pendidik dalam mendampingi tumbuh dan berkembang anak-anak agar dapat mengembangkan kecerdasan emosionalnya, mengenai persoalan ini akan penulis bahas tentang mengembangkan kecerdasan social pada anak. Dalam skripsi ini, sengaja penulis khusus untuk membahas persolana bagaimana langkah-langkah yang bias dilakukan oleh orangtua agar dapat mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak didik.
Karena itulah penulis ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual bagi anak. Dengan judul “ Mengembangakan Kecerdasan Spiritual Untuk Menumbuhkan Karakter Positif Bagi Anak Didik Pada Mata Pelajaran Pelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Hidayatul Jannah Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar”



B.            Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul di atas maka penulis merasa perlu menjelaskan beberapa istilah  yang terdapat dalam judul tersebut.
1.        Mengembangkan
Me.ngem.bang.kan (1) membuka lebar-lebar; membentangkan: ~ payung; (2) menjadikan besar (luas, merata, dsb): kerajaan itu ~ kekuasaannya; (3) menjadikan maju (baik, sempurna, dsb): ~ kesenian rakyat.[4] konsep pengembangan merupakan sebuah keharusan yang harus diaplikasikan dalam kehidupan, Kata konsep artinya ide, rancangan atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa kongkrit [5]sedangkan pengembangan artinya  proses, cara, perbuatan mengembangkan.[6]
Dengan demikian konsep pengembangan adalah rancangan mengembangkan sesuatu yang sudah ada dalam rangka meningkatkan kualitas lebih maju. Bila konsep pengembangan ini diterapkan dalam dunia pendidikan, maka ide, gagasan ataupun rancangan yang sudah dianggap matang dan berhasil kemudian lebih ditinggkatkan dengan tujuan kualitas pendidikan yang sudah ada akan lebih meningkat ketika proses pengembangan ini terus digulirkan. Sebagai contoh seorang pendidik ingin lebih maju dan terdepan dalam menyampaikan materi pelajarannya di sekolah, maka yang harus diperhatikan itu adalah konsepnya dalam pengembangan itu terus dihimpun, misalnya dengan cara mengikuti seminar-seminar, workshop-workshop, In House Training seputar pendidikan, karena yakin dengan sering mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut akan mendapatkan wawasan dan cakrawala berpikir ke arah yang lebih maju. Pelaksanaan yang dimaksud adalah penerapan sesuatu yang memiliki tujuan dan program.

2.        Kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual (bahasa Inggris: spiritual quotient, disingkat SQ) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan makna. Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya. Kecerdasan spiritual (SQ) erat kaitannya dengan keadaan jiwa, batin dan rohani seseorang. Ada yang beranggapan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan tertinggi dari kecerdasan lain seperti kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emsoional (EQ). Hal ini dikarenakan ketika orang sudah memiliki kecerdasan spiritual (SQ), orang itu mampu memaknai kehidupan sehingga dapat hidup dengan penuh kebijaksanaan. Pengertian kecerdasan spiritual (SQ) sendiri adalah kemampuan jiwa yang dimiliki seseorang untuk membangun dirinya secara utuh melalui berbagai kegiatan positif sehingga mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan melihat makna yang terkandung didalamnya. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan melihat permasalahan itu dari sisi positifnya sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan cenderung melihat suatu masalah dari maknanya. Orang melakukan berbagai macam cara agar bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya. Banyak orang yang melakukan kegiatan sosial seperti menyantuni anak yatim demi memuaskan rohani atau spriritualnya. Namun tak jarang juga orang melakukan meditasi, yoga maupun dengan melakukan introspeksi diri sendiri Agar menemukan jati diri dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik sehingga dapat menemukan makna hidup sebenarnya. Kecerdasan spiritual (SQ) nampak pada aktivitas sehari-hari, seperti bagaimana cara bertindak, memaknai hidup dan menjadi orang yang lebih bijaksana dalam segala hal. Memiliki kecerdasan spiritual (SQ) berarti memiliki kemampuan untuk bersikap fleksibel, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian dalam hidupnya sehingga mampu menjadi orang yang bijaksana dalam hidup.

3.        Anak didik
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama peserta didik.
Dilihat dari segi kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Dengan demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan fitrah anak didik.
Berkaitan dengan hal di atas, maka peseta didik dalam pendidikan Islam memiliki aspek-aspek penting yang perlu kita kaji dan kembangkan dalam kajian pendidikan. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini kami akan menjelaskan tentang pengertian peserta didik dalam pendidikan Islam, kebutuhan-kebutuhan peserta didik, karakteristik peserta didik, dan sifat-sifat serta kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam




C.           Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan di teliti adalah
1.        Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dalam Mengembangakn Kecerdasan Spiritual Bagi Anak Dalam Mata Pembelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Hidayatul Jannah Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar.
2.        Faktor-faktor apa saja yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mata Pembelajaran Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spritual Anak Didik Di Madrasah Hidayatul Jannah Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar.

D.      Alasan Memilih Judul
Ada beberapa alasan yang mendasari penulis sehingga tertarik untuk memilih judul di atas, yaitu:
1.      Kecerdasan spiritual (SQ) keecrdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu. Kecerdsan spiritual sanagat terkait dengan persoalan makna dan nilai.
2.      Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual, ketika menghadapi persoalan dalam hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan rasional dan meosional saja, tetapi ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual. Dengan demikian, langkah-langkahnya lebih matang dan bermakna dalam kehidupan.
E.       Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.        Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak didik.
2.        Untuk mengatahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peranan Pendidik sebagai pengajar yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kecerdsan spiritual bagi anak didiknya melalu pembelajaran Pendidikan Agama islam.

F.       Signifikansi  Penelitian
Penelitian ini diharapkan Berguna Untuk:
1.        Sebagai bahan Informasi
2.        Untuk menambah pengetahuan dan memperkaya khasanah perpustakaan.
3.        Sebagai informasi bagi peneliti lain yang berkeinginan mengadakan penelitian secara mendalam.





G.      Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini dengan sistematika sebagai  berikut:
Bab I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Perumusan Masalah, Alasan Memilih Judul, Tujuan Penelitian, Signifikansi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab II  berisikan tentang Landasan teoritis tentang pengertian mengembangkan kecerdsan spritula, serta Sembilan tanda orang yang mempunyai kecerdsan spiritual, setiap anak berpotensi cerdas, memahami kecerdasan spiritual, dan cara megembangakn kecerdsan spiritual. 
Bab III berisikan metode Penelitian tentang subjek dan objek Penelitian, data dan sumber data, Tekhnik Pengumpulan Data, kerangka Dasar Penelitian, Analisis Data, dan Prosedur Penelitian.
Bab IV  Laporan Hasil Penelitian berisikan Gambaran Tentang  Lokasi Penelitian, Penyajian Data dan Analisis Data.
Bab V Penutup berisikan tentang Kesimpulan dan saran-saran.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   




BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni “pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”.[7]

Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya.[8]

Penelitian ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Uraian kesimpulan didasari oleh angka yang diolah tidak secara terlalu dalam. Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan.


B.     Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 1 orang guru Mata Pelajaran aqidah akhlak di madrasah hidayatul jannah kecamatan gambut kabupaten banjar Objeknya adalah Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak didik dalam pembelajaran serta faktor yang mempengaruhinya.

 

C.    Data dan Sumber Data

1.      Data

a.      Data Pokok

1)      Data Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Mengembangakn Kecerdasan Spiritual Anak Didik Pada Pembelajaran PAI, yang meliputi:

a)      Membimbing anak menemukan makna hidup

b)      Melibatkan anak dalam beribadah

c)      Mencerdaskan spritual melalui kisah

2) Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Program Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk mengembangkan kecerdasan Spritual bagi anak didik pada pembelajaran PAI.
a) Guru.
b) Siswa.
c) Sarana dan prasarana.
b. Data Penunjang
1) Sejarah berdirinya Madrasah Hidayatul Jannah Desa Makmur Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar.
2) Keadaan guru dan siswa.
3) Sarana dan prasarana sekolah.
2. Sumber Data
a.       Responden, Yaitu 1 Orang Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Hidayatul Jannah Desa Makmur Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar.
b. Informan, yaitu kepala sekolah dan staf Tata Usaha.
c. Dokumen, yaitu catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti.

 

D.    Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut:

1.      Observasi. Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan untuk mengumpulan data yang diperlukan. Di antaranya mengenai proses belajar mengajar pada mata pembelajaran Aqidah akhlak, mengamati situasi dan kondisi sekolah serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.      Wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data penunjang. Penulis mengadakan tanya jawab langsung secara lisan kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan staf tata usaha.

3.      Dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk menggali data-data melalui catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

No.
Jenis Data
Sumber Data
TPD
1

1.      Data tentang Pelaksanaan mata pembelajaran Aqidah akhlak untuk mengembangakn keecrdasan spiritual anak didik pada mata pembelajaran Aqidah akhlak, yang meliputi:

a.       Membimbing anak menemukan makna hidup

b.      Melibatkan anak dalam beribadah

c.       Mencerdaskan spritual melalui kisah

2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan mata pembelajaran Aqidah akhlak.

a.      Guru

b.       Siswa

c.       Sarana dan prasarana.

Guru, siswa, dan dokumen.









Guru, siswa, dan dokumen.

Observasi, dan wawancara.









Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2.
Data Penunjang:
Gambaran umum lokasi penelitian
a. Sejarah berdirinya sekolah.
b. Keadaan guru, dan siswa.
c. Sarana dan prasarana sekolah.
Kepala sekolah, staf TU dan dokumen.
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.


E.     Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan teknik sebagai berikut:

1.      Editing, yaitu penulis mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, apakah masih ada yang kurang atau belum terjawab dari teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan.

2.      Klasifikasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan data sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.

3.      Interprestasi Data. Kegiatan ini dilakukan untuk menafsirkan data-data yang disajikan.


F.     Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini semua data yang digali di lapangan akan diuraikan dalam bentuk data kualitatif dan analisis dengan cara deskriptif kualitatif, kemudian mengambil kesimpulan dengan metode induktif yaitu yang bersfat khusus kemudian dibuat kesimpulan bersifat umum.

G.    Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan yang akan dilalui dalam penelitian ini, yaitu:
1.      Tahap Pendahuluan
a.       Penjajakan awal ke lokasi penelitian.
b.      Berkonsultasi dengan pembimbing dan mengajukan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
a. Melaksanakan seminar proposal.
b. Revisi proposal dan meminta surat perintah riset.
c. Menyampaikan surat riset kepada pihak-pihak yang berwenang.
3. Tahap Pelaksanaan.
a. Menghubungi responden dan informan untuk menggali data.
b. Pengumpulan data di lapangan.
c. Pengelolaan dan analisis data.
4. Tahap Penyusunan Laporan. Pada tahap ini,penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang telah ada ditulis dalam bentuk skripsi, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing skripsi untuk dikoreksi dan diadakan perbaikan, selanjutnya diperbanyak dan dibawa ke sidang munaqasyah skripsi untuk dipertahankan.





[1] Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin, ( Surabaya, Duta Ilmu, 2006), h. 428
[2] Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003, tentang system pendidikan Nasional (SISDIKNAS), (Bandung: Citra Utama,2003), h. 92
[3] HM. Sudiyo, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 7
[5] Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: PT Rosdakarya, 2002),  589
[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: PT Rosdakarya , 2002), 538
[7]Azwar Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 5.
[8]Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar