BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap
orang mempunyai harapan agar kehidupannya dapat mencapai kesuksesan. demikian
pula dengan para orangtua, sudah barang tentu menginginkan anak-anaknya dapat
meraih kesuksesan. Dalam rangka meraih kesuksesan tersebut, kecerdasan
intelektual dipercaya sebagai jalannya. Dengan demikian, banyak orangtua
akhirnya memilih sekolah yang maju dan favorit agar kecerdasan anak-anaknya
dapat terasah dengan baik. Tak jarang orangtua juga mengikutkan berbagai les
pelajaran tambahan buat anaknya agar kecerdasan intelektual anaknya dapat
berkembang secara optimal.
Namun,
kecerdasan intelektual (IQ) yang sering dibanggakan oleh kebanyakan orangtua
sebagai pertanda bahwa anaknya telah berprestasi dinilai oleh banyak
penelitian. Tidak berbanding lurus dengan kesuksesan hidup seseorang. Ternyata,
faktor yang paling dominan memberikan pengaruh bagi kesuksesann hidup seseorang
adalah kecerdasan emosional (EQ). kecerdasan emosional termasuk didalamnya
adalah kecerdasan social, dipercaya lebih mudah membuat seseorang untuk
mencapai kesuksesan dalam hidupnya.
Setiap
manusia yang lahir perlu mendapatkan pendidikan, karena pendidikan merupakan
suatu langkah yang tepat dalam usaha mengembangkan setiap aspek pribadi manusia
lahir dan bathin, agar terbentuk manusia seutuhnya dan sebagai manusia yang di
kehendaki oleh tujuan pendidikan Nasional.
Firman
Allah SWT dalam Surah Al-Alaq ayat 1-5
ٱقرَأبِٱسمِ
رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ
ٱلإِنسَٰنَ مِن عَلَقٍ ٢ ٱقرَأ وَرَبُّكَ
ٱلأَكرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلقَلَمِ ٤
عَلَّمَ ٱلإِنسَٰنَ مَا لَم يَعلَم ٥
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Alaq ayat 1-5 di jelaskan bahwa di
wajibkan kepada setiap muslim laki-laki maupun
perempuan untuk terus belajar, baik itu Ilmu Dunia Maupun Akhirat.
Dalam surah ini di jelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa, iman dalam pengertian yakin adanya
Allah, Rasul-rasul, kitab-kitab, para malaikat dan akan datangnya kiamat serta
ketentuan Qada dan Qadar-Nya..
Hadis Rasullallah SAW dari Sahl Ibn Sa’ad:
Dari Sahl Ibn Sa’ad Radiyallahuanhu, sesungguhnya Rasullallah SAW
berkata kepada Ali Radiyallahuanhu: “Demi Allah, engkau menyebabkan seseorang
mendapatkan hidayah Allah itu lebih baik daripada engkau memiliki unta merah.”
(HR. Bukhari-Muslim)[1]
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian
dibidang psikologi, selanjutnya ditemukan kecerdasan yang dinilai sebagai
kecerdasan yang paling utama dalam diri manusia, yakni kcerdasan spiritual
(SQ), kecerdsan intelktual memang penting agar seseorang mempunyai kemampuan
dalam menganalisis dan berhitung, terutama terkait dengan ilmu pasti. Demikian
pula dengan kecerdasan emosional. Keberadaannya harus dikembangakan dengan baik
agar seseorang dapat leih mudah dalam meraih kesuksesan dalam hidupnya. Namun, untuk menemukan makna
hidup dan kebahagiaan, seseorang memerlukan kecerdasan spiritual.
Ya, kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan makna
hidup dan kebahagiaan. Inilah sebabnya, kecerdasan spiritual dinilai sebagai
kecerdasan yang paling penting dalam kehidupan dan kebahagiaan adalah tujuan
dari setiap orang dalam hidupnya. Untuk apa mempunyai kecerdasan intelektual yang
tinggi bila hidupnya tidak berbahagia? Untuk dapat meraih kesusksean, baik itu
dalam karier, kekayaan, maupun dalam kehidupan social, bila tidak bias
merasakan sbuah kebahagian? Itulah sebabnya, keecrdasan spiritual dikatakan
sebagai kecerdasan yang paling penting dan tinggi.
Jika memang kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang
paling penting dan tingggi karena terkait dengan kemampuan seseorang dalam
meraih kebahagiaan, pertanyaan yang seegra muncul adalah apakah keecrdasan
inteelktual dan kecerdasan emosional menjadi tidak penting lagi dalam kehidupan
manusia?
Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang sangat penting untuk dikembangkan dalam diri
manusia. Ketiganya merupakan karunia Tuhan yang tidak boleh diabaikan agar
manusia dapat menjalani dan menikmaikehidupannya dengan baik. Akan tetapi, ha
yang tidak diingininkan adalah mengembantkan kecerdasan yang satu, namun
mengbaiakna kecerdasan yang lainnya. Misalnya, kebanyakan orangtua dan para
guru merasa bangga bila anak-anak mencapai prestasi yang baik dalam kecerdasan
intelektualnnya, dan mereka seakan lupa bahwa masih ada kewajiban unuk
mengembangkan kecerdasan yang lainnya dalam diri anak, yakni kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual. Jadi, hal yang penting untuk diperhatikan
adalah prosi dalam mengembangkan masing-masing kecerdasan yang ada dalam diri
anak dengan baik.
Bila sekolah formal atau regular tempat bel;ajar anak-anak kita
telah mengambil peran yang sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan
intelektual anak, peran orangtua dirumah hanya tinggal mendampingi dan
memberikan dukungan saja terhadap anak-anaknya dalam mengembangkan kecerdasan
intelektual ini. Namun, masih ada dua kecerdasan yang penting untuk
diperhatikan oleh orangtua, yakni kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual. Kedua kecerdasan ini buka berarti diabaikan atau tidak mendapatkan
perhatian di sekolah formal atau regular, namun bila mencermati kurikulum dan
tolak ukur penilaian peserta didik, memang harus diakui bahwa kecerdasan
intelektual yang menjadi garapan utama. Maka, mendapati kenyataan ini, dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual pada anak memang
orangtua harus mengambil peran utama.
Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 menyatakan: tiap-tiap Warga Negara
Berhak mendapat pengajaran”.
Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat
2 menyatakan: Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran Nasional yang di atur dengan
undang-undang”.
Menurut Undang-undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003, Bab VIII tentang
wajib belajar (Pasal 34):
1.
Setiap warga
Negara yang berusia 6 Tahun dapat mengikuti program wajib belajar.
2.
Pemerintah dan
Pemeritah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan Dasar tanpa memungut biaya.
3.
Wajib belajar
adalah merupakan tanggung jawab Negara yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.[2]
Sebagaimana jauh-jauh hari ditekankan oleh”Bapak” Pendidikan
Nasional Ki Hajar Dewantara, bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Undang-undang No.
20/2003 tentang system pendidikan Nasional dengan tegas juga menggariskan,
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
Bangsa.”
Menurut Drs. Akhmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.[3]
Bagaimana langkah-langkah yang bias dilakukan oleh orangtua dalam
mendampingi tumbuh dan berkembang anak-anak agar dapat mengembangkan kecerdasan
emosionalnya.
Sungguh, kecerdasan spiritual ini jangan sampai diabaikan oleh para
orangtua karena bahagia atau tidaknya anak-anak kita dalam menajalni kehidupan
ini sangat tergantung dari keecrdasan spritualnya. Jika keecrdasan spritualnya
tinggi, seseorang akan mudah meraih kebahagiaan. Namun, jika kecerdasan
spritualnya rendah, akan sulit seseorang akan merasakan sebuah kebahagiaan.
Betapa penting hal ini untuk diperhatikan. Sebab, kebahagiaan adalah inti atau
hakikat dari tujuan hidup seorang anak manusi.?
Kecerdasan spiritual juga membukakan mata batin kita, bahwa ada
kekuatan di luar diri kita yang lebih besar. Kekuatan tersebut adalah Tuhan.
Dengan kecerdasan spiritual, kedekatan dengan-Nya pun dapat terjalin harmonis.
Kecerdasan spiritual tidak tumbuh ketika dewasa. Kecerdasan
spiritual perlu dipupuk dan dibangkitkan semenjak dini. Inilah yang coba
dipaparkan dalam penulis skripsi ini. Skripsi ini memaparkan bagaimana
mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak. Dengan demikian, kita dapat
mengejarkan kepeda mereka esensi kehadirannya di Bumi ini.
Bila sekolah formal atau regular tempat belajar anak-anak kita
telah mengambil peran yang sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan
intelektual anak, peran orangtua di rumah hanya tinggal mendampingi dan
memberikan dukungan saja terhadap anak-anaknya dalam mengembangkan kecerdasan
intelektual ini. Namun, masih ada dua kecerdasan yang penting untuk
diperhatikan oleh spiritual. Kedua kecerdasan ini bukan berarti diabaikan atau
tdak mendapatkan perhatian di sekolah formal atau regular. Namun bila
mencermati kurrikulum dan tolak ukur penilaian peserta didik, memang harus
diakui bahwa kecerdasan intelektual yang menjadi garapan utama. Maka,
mendapatkai kenyataan ini, dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual pada anak memang orangtua harus mengambil peran utama.
Bagaimana langkah-langkah yang bias diambil oleh para pendidik
dalam mendampingi tumbuh dan berkembang anak-anak agar dapat mengembangkan
kecerdasan emosionalnya, mengenai persoalan ini akan penulis bahas tentang
mengembangkan kecerdasan social pada anak. Dalam skripsi ini, sengaja penulis
khusus untuk membahas persolana bagaimana langkah-langkah yang bias dilakukan
oleh orangtua agar dapat mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak didik.
Karena itulah penulis ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual bagi anak.
Dengan judul “ Mengembangakan Kecerdasan Spiritual Untuk Menumbuhkan
Karakter Positif Bagi Anak Didik Pada Mata Pelajaran Pelajaran Aqidah Akhlak Di
Madrasah Hidayatul Jannah Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar”
B.
Penegasan Judul
Untuk
menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul di atas maka penulis merasa
perlu menjelaskan beberapa istilah yang
terdapat dalam judul tersebut.
1.
Mengembangkan
Me.ngem.bang.kan (1) membuka lebar-lebar;
membentangkan: ~ payung; (2) menjadikan besar (luas, merata, dsb): kerajaan itu
~ kekuasaannya; (3) menjadikan maju (baik, sempurna, dsb): ~ kesenian rakyat.[4] konsep
pengembangan merupakan sebuah keharusan yang harus diaplikasikan dalam
kehidupan, Kata konsep artinya ide, rancangan atau pengertian yang diabstrakan
dari peristiwa kongkrit [5]sedangkan
pengembangan artinya proses, cara, perbuatan mengembangkan.[6]
Dengan demikian
konsep pengembangan adalah rancangan mengembangkan sesuatu yang sudah ada dalam
rangka meningkatkan kualitas lebih maju. Bila konsep pengembangan ini
diterapkan dalam dunia pendidikan, maka ide, gagasan ataupun rancangan yang
sudah dianggap matang dan berhasil kemudian lebih ditinggkatkan dengan tujuan
kualitas pendidikan yang sudah ada akan lebih meningkat ketika proses pengembangan
ini terus digulirkan. Sebagai contoh seorang pendidik ingin lebih maju dan
terdepan dalam menyampaikan materi pelajarannya di sekolah, maka yang harus
diperhatikan itu adalah konsepnya dalam pengembangan itu terus dihimpun,
misalnya dengan cara mengikuti seminar-seminar, workshop-workshop, In House
Training seputar pendidikan, karena yakin dengan sering mengikuti
kegiatan-kegiatan tersebut akan mendapatkan wawasan dan cakrawala berpikir ke
arah yang lebih maju. Pelaksanaan yang
dimaksud adalah penerapan sesuatu yang memiliki tujuan dan program.
2.
Kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual (bahasa Inggris: spiritual quotient, disingkat SQ) adalah kecerdasan jiwa yang membantu
seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan
kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai positif. SQ merupakan fasilitas yang membantu seseorang untuk mengatasi persoalan dan berdamai dengan persoalannya itu. Ciri utama dari SQ ini
ditunjukkan dengan kesadaran seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai
bentuk penerapan nilai dan makna. Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan
ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki
tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu
mengambil pelajaran yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada
akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna hidupnya. Kecerdasan spiritual
(SQ) erat kaitannya dengan keadaan jiwa, batin dan rohani seseorang. Ada yang
beranggapan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan tertinggi dari
kecerdasan lain seperti kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emsoional
(EQ). Hal ini dikarenakan ketika orang sudah memiliki kecerdasan spiritual
(SQ), orang itu mampu memaknai kehidupan sehingga dapat hidup dengan penuh
kebijaksanaan. Pengertian kecerdasan spiritual (SQ) sendiri adalah kemampuan
jiwa yang dimiliki seseorang untuk membangun dirinya secara utuh melalui
berbagai kegiatan positif sehingga mampu menyelesaikan berbagai persoalan
dengan melihat makna yang terkandung didalamnya. Orang yang memiliki kecerdasan
spiritual (SQ) akan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan
melihat permasalahan itu dari sisi positifnya sehingga permasalahan dapat
diselesaikan dengan baik dan cenderung melihat suatu masalah dari maknanya.
Orang melakukan berbagai macam cara agar bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya.
Banyak orang yang melakukan kegiatan sosial seperti menyantuni anak yatim demi
memuaskan rohani atau spriritualnya. Namun tak jarang juga orang melakukan
meditasi, yoga maupun dengan melakukan introspeksi diri sendiri Agar menemukan
jati diri dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik sehingga dapat menemukan
makna hidup sebenarnya. Kecerdasan spiritual (SQ) nampak pada aktivitas
sehari-hari, seperti bagaimana cara bertindak, memaknai hidup dan menjadi orang
yang lebih bijaksana dalam segala hal. Memiliki kecerdasan spiritual (SQ)
berarti memiliki kemampuan untuk bersikap fleksibel, mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungan, mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian dalam
hidupnya sehingga mampu menjadi orang yang bijaksana dalam hidup.
3.
Anak didik
Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan
secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan
perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Peserta didik di dalam
mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik,
karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan
suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai
hidup atas pendidikan agama peserta didik.
Dilihat
dari segi kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam
proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten menuju ke arah titik
optimal kemampuan fitrahnya. Dengan demikian, maka agar pendidikan Islam dapat
berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan fitrah anak didik.
Berkaitan
dengan hal di atas, maka peseta didik dalam pendidikan Islam memiliki
aspek-aspek penting yang perlu kita kaji dan kembangkan dalam kajian
pendidikan. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini kami akan menjelaskan
tentang pengertian peserta didik dalam pendidikan Islam, kebutuhan-kebutuhan
peserta didik, karakteristik peserta didik, dan sifat-sifat serta kode etik
peserta didik dalam pendidikan Islam
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar Belakang di atas, maka pokok permasalahan yang akan di teliti adalah
1.
Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran dalam Mengembangakn Kecerdasan Spiritual Bagi Anak
Dalam Mata Pembelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Hidayatul Jannah Kecamatan
Gambut Kabupaten Banjar.
2.
Faktor-faktor
apa saja yang Mempengaruhi Pelaksanaan Mata Pembelajaran Aqidah Akhlak Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spritual Anak Didik Di Madrasah Hidayatul Jannah Kecamatan Gambut
Kabupaten Banjar.
D.
Alasan Memilih Judul
Ada
beberapa alasan yang mendasari penulis sehingga tertarik untuk memilih judul di
atas, yaitu:
1.
Kecerdasan
spiritual (SQ) keecrdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa
sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam
melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu.
Kecerdsan spiritual sanagat terkait dengan persoalan makna dan nilai.
2.
Orang
yang mempunyai kecerdasan spiritual, ketika menghadapi persoalan dalam
hidupnya, tidak hanya dihadapi dan dipecahkan dengan rasional dan meosional
saja, tetapi ia menghubungkannya dengan makna kehidupan secara spiritual.
Dengan demikian, langkah-langkahnya lebih matang dan bermakna dalam kehidupan.
E.
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan permasalahan yang di kemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan pendidikan Agama Islam untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual anak didik.
2.
Untuk
mengatahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peranan Pendidik sebagai
pengajar yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kecerdsan spiritual
bagi anak didiknya melalu pembelajaran Pendidikan Agama islam.
F.
Signifikansi Penelitian
Penelitian
ini diharapkan Berguna Untuk:
1.
Sebagai
bahan Informasi
2.
Untuk
menambah pengetahuan dan memperkaya khasanah perpustakaan.
3.
Sebagai
informasi bagi peneliti lain yang berkeinginan mengadakan penelitian secara
mendalam.
G.
Sistematika Penelitian
Penulisan
skripsi ini dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab
I Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul.
Perumusan Masalah, Alasan Memilih Judul, Tujuan Penelitian, Signifikansi
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Bab
II berisikan tentang Landasan teoritis
tentang pengertian mengembangkan kecerdsan spritula, serta Sembilan tanda orang
yang mempunyai kecerdsan spiritual, setiap anak berpotensi cerdas, memahami
kecerdasan spiritual, dan cara megembangakn kecerdsan spiritual.
Bab
III berisikan metode Penelitian tentang subjek dan objek Penelitian, data dan
sumber data, Tekhnik Pengumpulan Data, kerangka Dasar Penelitian, Analisis
Data, dan Prosedur Penelitian.
Bab
IV Laporan Hasil Penelitian berisikan
Gambaran Tentang Lokasi Penelitian,
Penyajian Data dan Analisis Data.
Bab
V Penutup berisikan tentang Kesimpulan dan saran-saran.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni “pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”.[7]
Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya.[8]
Penelitian ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Uraian kesimpulan didasari oleh angka yang diolah tidak secara terlalu dalam. Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan.
B.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini
adalah 1 orang guru Mata Pelajaran aqidah akhlak di madrasah hidayatul jannah
kecamatan gambut kabupaten banjar Objeknya adalah Penerapan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak didik
dalam pembelajaran serta faktor yang mempengaruhinya.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
a. Data Pokok
1) Data Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Untuk Mengembangakn Kecerdasan Spiritual Anak Didik Pada Pembelajaran PAI, yang meliputi:
a) Membimbing anak menemukan makna hidup
b) Melibatkan anak dalam beribadah
c) Mencerdaskan spritual melalui kisah
2) Data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Program Pembelajaran Aqidah Akhlak untuk mengembangkan
kecerdasan Spritual bagi anak didik pada pembelajaran PAI.
a) Guru.
b) Siswa.
c) Sarana dan prasarana.
b. Data
Penunjang
1) Sejarah
berdirinya Madrasah Hidayatul Jannah Desa Makmur Kecamatan Gambut Kabupaten
Banjar.
2) Keadaan guru dan
siswa.
3) Sarana dan
prasarana sekolah.
2. Sumber
Data
a.
Responden, Yaitu 1 Orang Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Hidayatul
Jannah Desa Makmur Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar.
b. Informan, yaitu
kepala sekolah dan staf Tata Usaha.
c. Dokumen, yaitu
catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi. Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan untuk mengumpulan data yang diperlukan. Di antaranya mengenai proses belajar mengajar pada mata pembelajaran Aqidah akhlak, mengamati situasi dan kondisi sekolah serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data penunjang. Penulis mengadakan tanya jawab langsung secara lisan kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan staf tata usaha.
3. Dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk menggali data-data melalui catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No.
|
Jenis Data
|
Sumber Data
|
TPD
|
1
|
1. Data tentang Pelaksanaan mata pembelajaran Aqidah akhlak untuk mengembangakn keecrdasan spiritual anak didik pada mata pembelajaran Aqidah akhlak, yang meliputi:a. Membimbing anak menemukan makna hidupb. Melibatkan anak dalam beribadahc. Mencerdaskan spritual melalui kisah2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan mata pembelajaran Aqidah akhlak.a. Gurub. Siswac. Sarana dan prasarana. |
Guru, siswa, dan dokumen.
Guru, siswa, dan dokumen.
|
Observasi, dan wawancara.
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
|
2.
|
Data Penunjang:
Gambaran umum lokasi penelitian
a. Sejarah berdirinya sekolah.
b. Keadaan guru, dan siswa.
c. Sarana dan prasarana sekolah.
|
Kepala sekolah, staf TU dan dokumen.
|
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
|
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan teknik sebagai berikut:
1. Editing, yaitu penulis mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, apakah masih ada yang kurang atau belum terjawab dari teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan.
2. Klasifikasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan data sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.
3. Interprestasi Data. Kegiatan ini dilakukan untuk menafsirkan data-data yang disajikan.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini semua data yang digali di
lapangan akan diuraikan dalam bentuk data kualitatif dan analisis dengan cara
deskriptif kualitatif, kemudian mengambil kesimpulan dengan metode induktif
yaitu yang bersfat khusus kemudian dibuat kesimpulan bersifat umum.
G.
Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan yang akan dilalui dalam
penelitian ini, yaitu:
1.
Tahap
Pendahuluan
a.
Penjajakan
awal ke lokasi penelitian.
b.
Berkonsultasi
dengan pembimbing dan mengajukan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
a. Melaksanakan seminar proposal.
b. Revisi proposal dan meminta surat perintah riset.
c. Menyampaikan surat riset kepada pihak-pihak
yang berwenang.
3. Tahap Pelaksanaan.
a. Menghubungi responden dan informan untuk
menggali data.
b. Pengumpulan data di lapangan.
c. Pengelolaan dan analisis
data.
4. Tahap Penyusunan Laporan.
Pada tahap ini,penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang telah ada
ditulis dalam bentuk skripsi, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
skripsi untuk dikoreksi dan diadakan perbaikan, selanjutnya diperbanyak dan
dibawa ke sidang munaqasyah skripsi untuk dipertahankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar