BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Islam adalah Agama yang suci, dan
pada faktanya di Dunia hanya Islam lah Agama yang ideologi yang sesuai dengan
fitrah manusia. Selain Islam adalah Agama Ideologi yang bathil. Sebagaimana
Firman Allah SWT Surah Ali Imran ayat 85 berbunyi:
وَمَن
يَبتَغِ غَيرَ ٱلإِسلَٰمِ دِينا فَلَن يُقبَلَ مِنهُ وَهُوَ فِي ٱلأخِرَةِ مِنَ
ٱلخَٰسِرِينَ ٨٥
Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahaya dari Allah SWT, dan Kitab yang menerangkan. Dengan
Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke
jalan keselamatan, dan dengan Kitab itu
pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang
terang benderang dengan seizing-Nya menunjuki mereka kejalan yang lurus.
Salah satu
keutamaan Islam bagi umat manusia adalah adanya system yang paripurna dan
konsisten di dalam membina mental, melahirkan generasi, membina umat dan
budaya, serta memberlakukan prinsip-prinsip kemulian dan peradaban. Semua itu
dimaksudkan untuk merubah manusi dari kegelapan Syirik, kebodohan, kesesatan
dan kekacauan menujud cahaya Tauhid, ilmu, hidayah dan kemantapan.[1]
Kita sebagai umat Islam harus membekali diri tidak hanya dengan ilmu
pengetahuan yang tinggi, tetapi juga dengan iman dan taqwa yang kuat agar kita
dapat menjadi pribadi muslim yang berkualitas, berilmu, dan beramal shaleh.
Dengan ilmu pengetahuan yang kuat, kita berharap bisa memperoleh janji Allah
yaitu akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sebuah strategi
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, seperti strategi Penerapan
Pendekatan Pembelajaran yang aktif dan inovatif untuk menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan, sebagaimana yang dilakukan Nabi Khidir As, ketika Nabi Musa As
berguru kepadanya, seperti yang diceritakan dalam surah al-Kahfi ayat 66-67:
قَالَ لَهُۥ
مُوسَىٰ هَل أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمتَ رُشدا ٦٦ قَالَ
إِنَّكَ لَن تَستَطِيعَ مَعِيَ صَبرا ٦٧
Ayat
di atas mengisyaratkan bahwa Nabi Khidir As akan mengajari Nabi Musa As dengan
strategi yang menantang dan membuat Nabi Musa semakin penasaran dan berminat
untuk belajar kepada Nabi Khidir as.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu
kegiatan manakala terjadinya interaksi guru-siswa, pada saat pembelajaran itu
berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi
guru dan siswa dalam proses pembelajaran memegang peranan penting untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai
subjek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pembelajaran maka inti proses
pembelajaran tak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan
pembelajaran.[2]
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata
pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi
Islam. Karena itu, PAI merupakan mata pelajaran yang sangat
penting untuk dipelajari.
Tujuan pembelajaran PAI pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, antara lain untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan tentang ajaran
Islam sebagai dasar pembentukan sikap siswa untuk bersikap Agamis serta terampil dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah suatu hal
yang mudah karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah bagi
siswa dalam memahami, mendalami atau menerapkan konsep-konsep yang dipelajari
dalam PAI.
Untuk memenuhi keperluan itu, maka guru harus mempunyai
dan menguasai strategi mengajar yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak
didik, sebaliknya guru yang mempunyai wawasan yang dangkal mengenai strategi
pembelajaran dan tidak menguasai materi yang akan disampaikan akan menghambat
pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran.
Sehari-hari guru dikenal sebagai pengajar. Ia
menyajikan bahan pelajaran kepada murid-muridnya. Istilah menyajikan di sini
bukan sekedar hanya menyuguhkan, sebagaimana peladen menyuguhkan hidangan
kepada para tamu, tetapi jauh lebih dari pada itu. Sebelumnya guru dituntut dan
sudah seharusnya mencari bahan-bahan untuk diramu, diolah atau digodok sehingga
menjadi sesuatu yang baik dan berharga bagi murid-muridnya. Murid-murid juga
masih perlu menyaring, mengambil sari pati dari apa yang telah disajikan kepada
mereka, kemudian menambah bahan-bahan lain serta membubuhinya sehingga
benar-benar menjadi sesuatu yang amat lezat baginya. Jadi apa yang diberikan
oleh guru itu bukanlah sesuatu yang telah masak sehingga murid-murid tinggal
menyantap saja.[3]
Karena itu seorang guru hendaknya tidak bertindak sebagai
penyampai informasi saja dengan menggunakan metode ceramah semata sehingga membuat siswa menjadi pasif. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berkaitan erat dengan strategi Pendekatan yang digunakan guru. Dengan strategi Pendekatan yang di pakai dalam mengajarnya,
seorang guru hendaknya dapat berupaya menciptakan situasi kelas yang hidup dan
memberikan kemungkinan kepada siswa agar terlibat aktif dalam proses belajar
mengajar. Karena ada aksi dan reaksi, maka interaksi pun terjadi. Interaksi
yang bernilai Pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut
sebagai “interaksi edukatif”.
Interaksi edukatif adalah hubungan aktif dua arah
antara guru dan siswa dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga
interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur
interaksi edukatif tersebut berproses dalam ikatan tujuan pendidikan.[4]
Dikatakan bahwa tidak akan terjadi pembelajaran jika
siswa dalam keadaan pasif. Banyak siswa yang berpendapat bahwa pelajaran
Pendidikan Agama Islam membosankan, tidak menarik, dan bahkan penuh misteri.
Ini disebabkan karena pelajaran Pendidikan Agama Islam dirasakan sukar dan
gersang, sehingga mereka kurang berminat mempelajarinya dan kurang
berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi ataupun
mengatasi masalah ini, salah satunya guru harus memiliki dan menguasai strategi
yang tepat untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guru harus mampu
menjadikan Pendidikan Agama Islam sebagai suatu yang menarik, yaitu dengan
membuat kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa senang dan asyik dalam
mempelajarinya.
Di
antara strategi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah Penerapan
Pendekatan yang di Pakai Dalam Pembelajaran. Penerapan Pendekatan yang di pakai
menentukan hasil Pembelajaran yang baik yang bisa membuat pembelajaran
berlangsung secara Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan. Strategi Pendekatan
ini berorientasi pada siswa, sehingga secara teori akan membuat siswa menjadi
aktif.
Berdasarkan observasi awal terhadap pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau
Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar, penulis mendapatkan kenyataan yang tidak sesuai dengan teori tersebut. Pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam, memang sebagian siswa terlihat sangat aktif dan bersemangat dalam
mengikutinya, namun sebagian lagi
ada siswa yang
terlihat suntuk, malas dan tidak bergairah. Barangkali
ada yang kurang tepat dalam penerapan pendekatan pengalaman dalam pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, penulis merasa
tertarik untuk meneliti bagaimana Penerapan
Pendidikan dalam Pembelajaran yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kebupatan
Banjar sehingga
terciptanya keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
tersebut.
Untuk lebih
jelasnya ditetapkan dengan judul: Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio
Kabupatn Banjar.
B. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai judul yang
penulis maksudkan maka perlu adanya penegasan judul, yaitu:
1. Penerapan berasal dari kata terap, yang
berarti melaksanakan”.[5]
Adapun penerapan yang penulis maksud adalah melaksanakan sebuah strategi Pendekatan
dalam pembelajaran, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi, agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.
2. Pendekatan adalah sebagai proses perbuatan atau cara untuk
mendekati sesuatu. Adapun Pendekatan yang dimaksud penulis adalah:
a. Pendekatan individual
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Bervariasi
d. Pendekatan Keagamaan
e.
Pendekatan
Kebermaknaan
Jadi
yang penulis maksud dengan judul penelitian ini adalah penerapan pendekatan
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang di terapkan oleh guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
2. Faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi Pendekatan
Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar
D. Alasan Memilih Judul
Adapun yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul ini
adalah: Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembelajaran. Untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional guru memerlukan wawasan yang mantap tentang strategi pembelajaran
agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.
1. Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran yang dianggap sukar dan menjemukan
oleh sebagian besar siswa sehingga untuk mengatasi masalah ini diperlukan
strategi mengajar yang tepat dari guru agar dalam pembelajaran tidak
menimbulkan kebosanan dan kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana kelas
sehingga terciptanya interaksi belajar mengajar.
2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat diharapkan, untuk menciptakan
kondisi pembelajaran yang efektif karena merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya interaksi edukatif.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Mengetahui Gambaran Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio
Kabupaten Banjar.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
F. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:
1. Bahan informasi bahwa betapa pentingnya pemilihan strategi mengajar yang
tepat untuk menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
2.
Bahan informasi yang berguna bagi guru,
khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan dan pengajaran terutama yang berkaitan dengan strategi mengajar.
G.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah,
definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian,
signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan teoritis berisikan pengertian Pendekatan dan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, strategi mengaktifkan siswa dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, keterampilan dasar mengajar sebagai
strategi, Macam-macam Pendekatan dalam pembelajaran dan faktor-faktor yang
mempengaruhi Pendekatan guru dalam menciptakan keaktifan siswa dalam
pembelajaran PAI.
Bab III Metode penelitian berisikan jenis dan pendekatan
penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, analisis data, dan prosedur
penelitian.
Bab IV Laporan hasil penelitian berisikan gambaran umum
lokasi penelitian, penyajian data, dan analisis data.
Bab V Penutup berisikan simpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Konsep Pendekatan Sistem Dalam Pengajaran
Pendekatan yang dipakai dalam
penyusunan perencanaan pengajaran suatu Negara sangat tergantung kepada
kebijaksanaan pemerintah yang sedang dilaksanakan. karenanya adalah wajar jika
timbul pendekatan yang berbeda-beda antara beberapa Negara dan bahkan juga
terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaan antara bebagai periode pembangunan dalam suatu Negara. Dalam
kebijakan Pemerintah (misalnya kebijaksanan Lima Tahunan) tergambar secara
jelas tentang harapan-harapan yang akan dan harus dipenuhi oleh sektor
Pendidikan. Dengan kata lain kebutuhan akan pendidikan yang akan menjadi
sasaran dalam perencanaannya selalu dijadikan penuntun dan disebut juga sebagai
“Kebijaksanaan awal perncanaan”. Perbedaan antar berbagai Negara dalam hal
perencanaan ini akan terjadi dalam ragam kebutuhannya dan dalam sifat
kualitatif maupun kuantitatifnya.[6]
Perencanaan pembelajaran dalam
rangka mempersiapkan alternatif-alternatif pemecahan masalah guna memenuhi
kebutuhan Pendidikan secara realistis harus berpedoman kepada tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan secara jelas dan terinci. berbagai tujuan yang telah
ditetapkan akan menentukan pula pola pendekatan perencanaannya.
Sekiranya suatu Negara menginginkan
agar dalam dua Tahun lagi semua anak-anak yang berumur 7 -12 Tahun harus
bersekolah atau wajib belajar, maka pendekatan perencanaan pengajaran akan
berbeda seandainya yang diutamakan adalah penyedian tenaga kerja tingkat
menengah dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Atau
mungkin saja kualitas Pendidikan formal yang di utamakan dan bukan
kuantitasnya.
Perencanaan atau rencana (Planing)
dewasa ini telah dikenal oleh hampir setiap orang. Kita mengenal rencana
pembangunan, perencanaan pendidikan, perencanaan produksi suatu pabrik dalam
bentuk target-terget produksi.
Penyusunan perencanaan pengajaran
selain perlu mempertimbangkan faktor-faktor penghambat, yang umumnya bersifat
eksternal, masih ada hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian yang serius
dari para perencana, jika diinginkan perencana agar pendidikan memberi manfaat
optimal.[7]
Hal-hal yang dimaksud menyangkut isi
pokok dari perencanaan pengajaran atau hal-hal yang mengacu
pertanyaan-pertanyaan yang perlu mendapat jawaban dalam perencanaan pengajaran
tersebut, dengan demikian lebih menekankan faktor internal perencanaan pengajaran,
adalah:[8]
1.
Tujuan
dan fungsi Pendidikan apa yang harus di prioritaskan dengan masing-masing
subsistemnya (termasuk di setiap tahap, Lembaga, Tingkatan, Pendidikan, kelas).
2.
Altrenatif
apa yang terbaik yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai bermacam-macam tujuan
dan fungsi ini. (Dalam Hal ini termasuk pertimbangan alternatif tekhnologi
pendidikan, biaya, waktu yang dibutuhkan, kemampuan praktis, efektivitas
pendidikan sebagainya.
3.
Seberapa
sumberdaya yang dimiliki oleh Bangsa atau masyarakat yang akan di ikut sertakan
dalam pendidikan di samping hal-hal lain. Apa yang tampaknya menghambat
kemampuan ini dalam artian tidak hanya sumberdaya yang nyata. Sumberdaya mana
yang secara maksimal dan efektif dapat di serap oleh pendidikan dalam suatu
periode tertentu.
4.
Siapa
yang akan membiayai. Bagaimana biaya yang menjadi beban pendidikan itu dibagi
di antara mereka yang langsung menikmati hasil Pendidikan dan masyarakat pada
umumnya dan diantara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Bagaimana
Penerimaan pajak dari masyarkat pada saat ini dan lain-lain sumber dana
pendidikan untuk memperoleh pemerataan sosial yang diinginkan atas pendidikan
dan sekaligus atas pendapatan yang diperuntukkan bagi pendidikan itu agar
menjadi lancar.[9]
B.
Berbagai Pendekatan dalam Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung telah terjadi interasi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang
menggerakkannya. Interasi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang
memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi
kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang
terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan
menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang
arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara
dua guru dengan anak didik.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu
berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau
memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. semua kendala yang terjadi
dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang
berpangkal dari prilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak
didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. kerana keberhasilan belajar
mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai
menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa
merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap
dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam
menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang lain.
Guru yang memandang anak didik
sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai
makhluk sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting
meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. sebaiknya guru
memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehigga mudah
melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang di ajukan
dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan
berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.[10]
demi jelasnya ikutilah uraian berikut:
1.
Pendekatan
Individual
Dikelas ada sekelompok anak didik. Mereka duduk di kursi
masing-masing. mereka berkelompok dari du sampai lima orang. didepan mereka ada
meja untuk membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka
belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam.
Cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan dan
sebaginya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memang mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda dari satu anak didik dengan anak didik lainya.
Perbedaan inidividuaal anak didik tersebut memberikan wawasan
kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik
pada aspek individual ini. dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual
dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak ,Maka strategi belajar tuntas
mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak pernah
menjadi kenyataan.. paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan
kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar
mengajar, dapat diatasi dengan pendekata individual. Misalnya, untuk
menghentikan anak didik yang suka bicara. Carany dengan memisahkan/ mimandahkan
salah satu anak didik tesebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup
jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang
pendiam.[11]
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentinga pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan
individual ini. Pemilihan Metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan
pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja
melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di Kelas. Persoalan
kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan
individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
2.
Pendakatan
Kelompok
Dalam kegiatan Belajar Mengajar teradangada juga guru yang
menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok
memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan
mengembangkan sikap social anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah
sejenis makhluk Homo Socius, yakni mahluk yang berkecenderungan untuk hidup
bersama.[12]
Dengan pendekatan kelompok, diharakan dapat ditumbuhkembangkan rasa
social yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk
mengendalikan rasaa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga
terbina sikap kesetiakawanan social dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal
yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, sepeeti
ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada
makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk
lain, lanhsung atau tidak langsung, disadari atau tidak disadari, makhluk lain
itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok,
akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. yang mempunyai
kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyia kekurangan.
Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari
mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif
pun terjai dikelas dalam rangka untuk memcpai prestasi belajar yang optimal.
ini lah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif dan mandiri.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru sudah
harus mempeertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung,
metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada
anak didik memang cocok didekati dengan pendekatn kelompok. Karena itu,
pendekatan kelompok tidak bias dilakukan secara sembarangan, tetapi harus
mempeetimbangkan hal-hal lain yang iktu memperngaruhi penggunaannya.
Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan
penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan, Perbedaan
dividual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis dijadikan
sebagai pijakan dalam melakukan pedekatan kelompok.[13]
Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kesatuan kelompok
ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama
lain. Yang mempunyai kecenderungan menamakan keakraban sebagai tarikan kelompok
adalah merupakan satu-satunya factor yang menyebabkan kelompok sesuatu.
Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa factor, yaiu:
a.
Perasaan
diterima atau di sukai teman-teman.
b.
Tarikan
kelompok
c.
Tekhnik
Pengelompokan oleh guru;
d.
Partisipasi/
keterlibatan dalam kelompok.
e.
Penerimaan
tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya.
f.
Struktur
dan sifat-sifat kelompok. Sedang sifat-sifat kelompok itu adalah:[14]
1)
Suatu
multi Personalia dengan tingkatan keakraban tertentu;
2)
Suatu
system interaksi
3)
Suatu
organisasi atau struktur
4)
Merupakan
suatu motif tertentu dan tujuan bersama;
5)
Merupakan
suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu;
6)
Pola
prilaku yang dapat di observasi yang disebut kepribadian.
Akhirnya, Guru
dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi untuk kepentingan pengelolaan
pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas pada Khususnya.
3.
Pendekatan
Bervariasi
Ketiak Guru dihadapkan kepada permasalahn anak didik yang
bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang
bervariasi. setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama,
terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pasa
satu sisi anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak
didik mempunyai motavasi yang tinggi. Anak didik yang sau bergairah belajar,
anak didik yang lain kurang bergairah Belajar. Sementara sebagaian besar anak
belajar, satu atau dua anak tidak ikut belajar. mereka duduk dan berbicara satu
sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.[15]
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya
sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu relative lama. Bila
terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkan kembali. Ini sebagian tanda
adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran
kurang menjadi efektif. Efesiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pun
terganggu, disebabkan anak duduku kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang
hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan
itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu dalam mengajar
kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu
metode.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru bisa saja membagi anak didik
kedalam beberapa kelompok belajar. Tapi dalam hal ini, terkadang diperlukan
juga pendapat dan kemauan anak didik. Bagaimana keinginan mereka masing-masing.
Boleh jadi dalam satu pertemuan ada anak didik yang suak belajar dalam
kelompok, tetapi ada juga anak didik yang suka belajar sendiri. Bila hal ini
terjadi, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu, belajar dalam kelompok
dan belajar sendiri, terlepas dari kelompok . tetapi masih dalam pengawasan dan
bimbingan guru.
Permasalah yang dihadap setiap anak didik bisanya bervariasi, maka
pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat denagn pendekatn bervariasi
pula. Misalnya, anak didik yang tidak disipilin dan anak didik yang suka
berbicara akan berbeda pemecahananya dan menghendaki pendekatan-pendekatan yang
berbeda pula. demikian juga hal nya terhadap anak didik yang membuat keributan.
Guru tidak bias menggunakan tekhnik pemecahan yang sama untuk memecahkan
permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan
dalam tekhnik pemecahan kasus itulah daalm pembicaraan ini didekati dengan “
pendekatan bervariasi”.[16]
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan
yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacaam-macam. Kasus yang
biasanya muncul dalam pengajaran dalam berbagai motif, sehingga diperlukan
variasi tekhnik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan
bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan
pengajaran.
4.
Pendekatan
Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan
tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi,
ingin ditakuti, da sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan
dikelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat
diberikan hukuman dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini
adalah tindakan sanksi hokum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah
melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni
teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan
kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bias
merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang
benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif, Setiap tindakan,
sikp, dan perbuatan yang guru lakukan hars bernilai pendidikan, dengan tujuan
untuk mendidik anak didik agar menghagai norma hokum, norma susila, norma
moral, norma social, dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk
menanmkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu Contohnya,
misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan
masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan
perintahkan ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris
sesuai jenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok
sejenisnya. Jadi, barisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah ke
pintu masuk. Di pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak
berbaris di depan pintu masuk kelas. Semua anak dipersilahkan masuk oleh ketua
kelas. Mereka pun satu persatu menyalami guru dan mencium tangan guru sebelum
dilepas. Akhirnya, semua anak masuk dan pelajaran pun dimulai.[17]
Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang telah
dilakukan oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris didepan pintu masuk
kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan
pendidikan akhlak yang mulia. Guru telah membimbing anak didik, bagaimana cara
memimpin kawan-kawannya dan anak-anak lainnya, membina bagaimana cara
menghargai orang lain dengan cara mematuhi semua perintahnya yang bernilai
kebaikan. Betapa baiknya jika semua Sekolah (TK, SD, SLTP) melakukan hal yang demikian
itu. Mungkin kewibawaan guru yang dirasakan mulai memudar sekarang ini dapat
dimunculkan kembali dan tetap melekat pada pribadi guru. Sekaranglah saatnya
mengedepankan Pendidikan kepribadian kepada anak didik dan jangan hanya
pendidikan intelektual serta keterampilan semata, karena akan menyebabkan anak
tumbuh sebagai seorang intelektual atau ilmuan yang berpribadi kering.
Guru yang hanya mengajar dikelas, beum dapat menjamin terbentuknya
kepribadian anak didik yang berakhlak mulia. Demikian juga hal nya dengan guru
yang mengambil jarak dengan anak didik. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala
bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang
bermasalah.
Guru yang jarang bergaul
dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang dirasakan anak didik,
membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang dirasakannya. Sikap guru
yang demikian kurang dibenarkan dalam pendidikan, karena menyebabkan anak didik
menjadi orang yang introver (tertutup).[18]
Kasuistis yang terjadi
di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tingkat
kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. berbagai kasus yang
terjadi, selain ada yang dapat didekati dengan pendekatan individual, ada juga
di dekati dengan pedekatan kelompok, dan ada pula yang di dekati dengan
pendekatan bervariasi. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa
pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan kelompok, dan ada
pula yang dapat di dekati dengan pendekatan bervariasi. Namun yang penting
untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan
pendekatan edukatif, pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendektan
edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif.
Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif,
dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena dendam. Marah, Kesal, Benci,
dan sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karena apa yang guru
lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.
5.
Pendekatan
Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di Sekolah tidak hanya memberikan satu ata
dua macam mata Pelajaran, tetapi teridiri dari banyak mata pelajaran. Semua
mata pelajaran itu pada umumnya dapat di bagi menjadi Mata Pelajaran Umum dan
Mata Pelajaran Agama. Berbagai Pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat
digunakan untuk kedua jenist mata pelajaran ini. Tentu saja penggunaannya tidak
sembarangan, tetapi harus di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang di
capai.[19]
6.
Pendekatan
Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untu menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,
pendapat dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah
Bahasa Asing yang pertama di Indonesia yang di anggap penting untuk tujuan penyerapan
dan pengembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni budaya, dan pembinaan
hubungan dengan Bangsa-bangsa lain di Dunia.
Dalam rangka penguasaan bahasa inggris tidak bias mengabaikan
masalah pendekatan yang harus di gunakan dalam proses belajar mengajar.
Kegagalan pengusaan bahasa inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah
kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain factor sejarah,
fasilitas dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri.. Kegagalan
pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena akan
menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya.
Karena perlu di pecahkan. Salah satu alternative kearah pemecahan masalah
tersebut di ajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan. [20]
C.
Pengertian Pendidikan Islam
Dari segi bahasa pendidikan dapat
diartikan perbuatan mendidik dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik,
atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, bathin dan
sebagainya.[21]
Pendididkn berasal kata didik,
artinya bina, mendapat awalan Pen-, akhiran-an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau
mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
pembinaan, pelatihan, pengajaran, dan semua hal yang merupakan bagian dari
usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan.[22]
Firman Allah SWT dalam Surah
Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
يَٰأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ إِذَا قِيلَ لَكُم تَفَسَّحُواْ فِي ٱلمَجَٰلِسِ فَٱفسَحُواْ
يَفسَحِ ٱللَّهُ لَكُم وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرفَعِ ٱللَّهُ
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُم وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلعِلمَ دَرَجَٰت وَٱللَّهُ
بِمَا تَعمَلُونَ خَبِير ١١
Dari pengertian diatas dapat diambil
paham dari segi bahasa yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
pendidikan yaitu suatu perbuatan yang baik dalam hal mendidik anak (remaja) dalam pemeliharaan diri baik
secara jasmani (badan) maupun rohaninya
(bathin), agar menjadi anak yan
bertanggung jawab dalam segala tindakan yang di lakukan terhadap masyarakat
disekitarnya.
Pengertian pendidikan dari segi
bahasa arab adalah suatu usaha untuk menjadikan anak didik merasa nyaman dan
menerima ilmu pengetahuan dan dapat mengamalkan, mengembangkan ilmunya dalam
kehidupan, baik secara pribadi maupun secara sekelompok terlebih baik di
masyarakat yang luas.
Kursyid ahmad berpendapat bahwa dari
segi bahasa (etimolgi), education
(pendidikan) berasal dari bahasa latin to
ex (out) yang berarti keluar, dan decure
duc yang berarti mengatur, memimpin, mengarahkan (to lead). Dengan demikian secara harfiah pendidikan berarti
mengumpulkn, menyampaikan informasi dan menyalurkan bakat. Pada dasarnya
pengertian pendidikan ini terkait dengan konsep penyampain informasi dan
pengembangan bakat yang tersembunyi.[23]
Dari pengertian menurut Kursyid
Ahmad, bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mengatur, memimpin serta
mengarahkan secara positif terhadap anak didik, agar terhindar dari
perbuatan-perbuatan yang negativ, yang mencelekakan orang sekelilingnya. Oleh
karena itu, seorang pendidik harus harus memiliki kepribadian yang bersifat
mendidik, mengasuh, memelihara dan menciptakan suasana yang berbedeaa, dalam
artian suasana damai, tentram dan terkendali terhadap anak didik mereka.
Kemudian Bapan pendidikan Nasional,
Ki Hajar Dawantara mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk
memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan Bathin, Karakter), pikiran (intellec) daan tubuh anak yang antara
satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup,
yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yng kita didik selaras dengan
dunianya.[24]
Adapun pengertian Islam berasal dari
bahasa Arab aslam, yuslimu, islaman yang
berarti berserah diri, patuh dan tunduk. Kata aslama tersebut pada mulanya berasal dari salima yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari pengertian
demikian secara harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri
(Kepada Allah) untuk mencapai keselamatan.[25]
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
Surah Ali Imran Ayat 85 yang berbunyi:
وَمَن
يَبتَغِ غَيرَ ٱلإِسلَٰمِ دِينا فَلَن يُقبَلَ مِنهُ وَهُوَ فِي ٱلأخِرَةِ مِنَ
ٱلخَٰسِرِينَ ٨٥
Secara terminologis pengertian Islam
tak dapat dilepaskan dari makna kata asal dimaksud. Bila Islam dikaitkan dengan
pendidikan, maka penyusunan rumusnya setidak-tidaknya harus dapat menggambarkan
unsur makna kata-kata tersebut. Manafikan kenyataan ini akan menjadikan
pendidikan Islam kurang lengkap.[26]
Berdasarkan pengertian pendidikan
dan Islam tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah upaya
membimbing, mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar
dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama dengan ajaran-ajaran
Islam yakni terbentuknya kepribadian seorang muslim yang hakiki.
Untuk lebih jelasnya dikemukakan
berikut pengertian pendidikan Islam menurut pandangan beberapa ahli, antara
lain adalah:
Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdsarakan hukum-hukum Agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama
tersebut dengan istilah kepribadian
muslim, yaitu kerpibadian yang memiliki niali-nilai Agama Islam, memilih
dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung
jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sedangkan menurut Mustafa
Al-Ghulayani berpendapat bahwa Pendidkan Islam ialah menanamkan akhlak yang
mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air
peunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap
dalam) jiwnya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja
untuk kemanfaatan Tanah Air.[27]
Adapun buku metodik khusus pengajaran
Agama Islam DEPAG memuat: “Pendidikan Agama di Sekolah berarti suatu usaha
yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka
pembentukan manusia beragama”. Sedangkan buku “ Metodik khusus Pendidikan Agama” oleh Zuhairini Dkk membedakan
antara Agama dan pengajaran Aama sebagai berikut: Pendidikan Agama berarti;
Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar
supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan pengajaran Agama
berarti: pemberian pengetahuan agama anak agar suapay mempunyai ilmu
pengetahuan Agama.[28]
Dari uraian diatas penulis dapat
mengambiol kesimpulan bahwa paa ahli didik Islam berbeda pendapt mengenai
rumusan pendidikan Islam, ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan
akhlak manusia, ada pula yang menuntut teori dan praktek, sebagian lagi
menghendaki kepribadian muslim dan lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan
pola pikir yang berbeda-beda masing-masing setiap manusia yang penting dari masing-masing
ahli tersebut.
Namun dari perbedaan pendapat
tersebut dapat diambil kesimpulan, adanya titik persamaan yang secara ringkas
dapat di kemukakan sebagai berikut: Pendidikan Islam ialah bimbingan yang
dilakukan oleh seorang dewasa kepeda terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia
memiliki kepribadian muslim.
D.
Hakikat dan Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan
tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena
merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan
tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat.[29]
Oleh karenanya ada beberapa tujuan
Islam yang perlu di ketahui, yaitu:
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan
pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi
seluruh aspek kemanusian yang meliuputi sikap, tingkah laku, penampilan,
kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur,
kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan
kamildengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seorang muslim yang
sudah dididik, walaupun dlam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan
tingkat-tigkat tersebut.
Cara yang paling efektif dan efesien mencapai tujuan pendidikan
ialah pengajaran. Karena itu pengajaran sering diidentikaakan dengan
pendidikan, meskipun kalau istilah ini sbenarnya tidak sama. Pengajaran ialah
proses membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti, menguasai, ahli; belum tentu
menghayati dan meyakini); sedang pendidikan ialah membuat orang jadi terdidik
(mempribadi, menjadi adat kebiasaan). Maka pengajaran Agama seharusnya mencapai
tujuan pendidikan Agama.[30]
2.
Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya
terdapat pad waktu hidup di dunia ini telah berkahir pula.
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa semua di anjurkan untuk
berjalan pada jalan Takwa, semua diperintahkan berupaya menunjuk puncak, dan
masing-masing selama berda dijalan itu, akan memperoleh anugrah sesuai hasil
usahanya.[31]
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah SWT sebagai muslim
yang merupakan ujung dari Takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisikan
kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses penididikan itu yang dapat
dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap
Tuhannya merupakan tujuan akhri dari proses Pendidikan Islam.[32]
Muhammad Zein mengatakan di dalam buknya Materi Filsafat Pendidikan
Islam: kepribadian muslim ini akhirnya tidak akan terlepas dari tiga aspek
yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadis yng
cukup panjang, yaitu ketika Nabi Muhammad Saw kedatangan seorang yang tidak
dikenal, yang tidak lain adalah Malaikat Jibril untuk mengadakan test, dan
ternyata Nabi dapat menjawab dengan benar.[33]
Selain itu, dal RUU tentang
sistem pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 menjelaskan: “ Pendidikan Agama
merupakan usaha untuk memperkuat Iman dan Ketakwaan terhapa Tuhan yang Maha Esa
sesuai dengan Agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan
memrerhatikan tuntutan untuk menghormati Agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan Persatuan Nasional”.[34]
Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa tujuan akhri dari pendidikan
Islamn adalah membentuk kerpibadian insan yang memiliki Iman, Islam, dan Ihsan
dengan membentuk pola Takwa kepada Allah SWT.
3.
Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan
yang akan dicapai setelah anak didik sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum Pendidikan Formal.
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil deagan pola takwa sudah
kelihatan meskipun dalam ukurajn sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri
pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam
seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin
merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya,
lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat
permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran in ilah
yang menggambarkan insan kamil itu.[35]
4.
Tujuan operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan diapai dengn
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan
yang sudah dipersiapkan dan dioperkirakan akan mencapai tujuan tertentu di
sebut tujuan operasional.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik
suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih di tonjolkan
dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat
yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Dalam pendidikan
hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah,
seperti bacaan dari kaifiyat shalat, akhlak dan tingkah laku.
Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan
sebagian kemampuan dan keterampilan Insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju
kepada bentuk insan kamil yang semakin sempurna (meningkat). Anak sudah harus
terampil melakukan ibadat sekurag-kurangnya ibadat wajib, meskipun ia belum
memahami dan menghayati ibadat itu.[36]
Kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam ini,
para tokoh mengemukakan pendapat nya sebagai berikut:
Menurut D. Marimba, bahwa sesungguhnya tujuan
pendidikan Islam adalah “ identik dengan hidup setiap muslim”.
Kemudian menurut Ahmad Tafsir bahwa tujuan
dari pendidikan tersebut, maka titik tumpunya adalah terkait dengan tujuan yang
hendak dicapai.[37]
Untuk itu, sebagai pedoman utamanya dalam
menunjang keberhasilan pendidikan, maka pada umumya ayat Al-Qur’an telah banyak
memberikan petunjuk yang berisi tentang cara kehidupan manusia lengkap dengan
segala tuntunannya. Namun yang menjadi pertanyaanya adalah, apakah yang
diceritakan dalam Al-Qur’an itu berupa kejadin yang benar-benar terjadi dan
nyata dipraktekkan oleh manusia?
Oleh karenanya Zainuddin, menyebutkan bahwa
inti dari tujuan pendidikan Islam adalah “menyiapkan anak-anak supay di waktu
dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat,
sehingga terciptannya kebahagian di dunia dan Akhirat.”[38]
E.
Aspek-aspek
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya memiliki berbagai aspek
yang tercakup di dalamnya aspek tersebut
dapat di lihat dari segi cakupan materi didiknya, filsafat, sejarahnya,
kelembagaannya, sistemnya dan dari segi kedudukannyasebagai sebuah ilmu.
Dari segi aspek materi didiknya,
pendidikan Islam sekuranng-kurangnya mencakkup pendidikan fisik, akal, agama
(Aqidah dan Syariah), akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan sosial
kemasyarakatan. Berbagai aspek materi yang tercakup dalam pendidikan Islam
tersebut dapat dilihat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta pendapat para ulama.[39]
Dilihat dari segi kelambagaannya
Pendidikan Islam mengenal adanya pendidikan yang dilaksanakan di rumah, mesjid,
pesantren, dan madrasah dengan berbagai macam corak dan pendekatannya.
Lembaga-lembaga Islam ini dapat dibagi lagi menurut periodesasinya, yaitu
lembaga Pendidikan Islam masa Rasulallah SAW, Khulafaur Rasyidin, Umayyah dan
di Zaman Abbasiyah dan Andalusia.
F.
Metode
Pendidikan Islam
Metode adalah cara yang teratur dan sigtimatis untuk mencapai suatu maksud
atau dalam pelaksanaan sesuatu (ilmu Pengetahuan).[40]
Muhammad Atiyah Al-Abrasyi mendefinisikkan metode sebagai jalan yang kita
ikuti untuk memberi faham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran dalam
segala mata pelajaran. Metode Adalah rencana yang kita buat untu diri kita
sebelum kita memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar
dalam kelas.
Adapun Abdul Al-Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang
diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada Anak didik.
Kemudian Edgar Bruce Wesley juga mendefinisikan metode sebagai kegiatan
yang terarrah bagi guru yang menyebabkan terjadi proses belajar mengajarr,
hingga pengajaran menjadi berkesan.[41]
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pendidikan Islam
adalah suatu jalan yang harus di lalui di mana faktor iman dan kemampuan
bertakwa dalam prilaku pribadi dan sosial, dijadikan pusat program kurikuler baik di lembaga pendidikan
umum maupun keagamaan (Madrasah) dan sebagainya.
G.
Materi
Pendidikan Islam
Materi pendidikan adalah seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam
aktivitas pendidikan. Perumusan tentang materi pendidikn di dasarkan atas
konsep dasar dan tujuan pendidikan. Terbentuknya kepribadian utama sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam Sebagaimana dikemukakan di atas adalah tujuan dalam
pendidikan Islam. Dengan demikian rumusan tentang materi pendidikan dalam Islam
adalah seperangat bahan yang dijadikan sajian dalam upaya menumbuhkembangkan
atau merancang bangun kepribadian tersebut, maka acuan pkok materi dala Islam,
secara garis besar di kelompokkan sebagai berikut:
a.
Landasan
konsepsional
Al-Qur’an adalah wahyu dalam arti Ilmu dari
Allah, yang di sampaikan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW, guna di jadika pedoman dala
menata hidupnya di Alam. Kepribadian yang Qur’ani terbentuk seirng dengan
penguasaan makna Al-Qur’an. Objektifitas keimanannya. Atas dasar iotu dalam
rangka fungsional Al-Qur’an, pengenalan bahasa dan makna serta wawasan tentang
Al-Qur’an merupakan materi pokok dalam pendidikan Islam.[42]
Lambang-lambang yang terdapat dalam Al-Qur’an
secara totalitas mengandung pengertian, sehingga dalam menyuarakannya, baik
bunyi huruf, panjang atau pendeknya, inotasinya dan lagu dalam membacanya, dan
lain-lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an, didasarkan atas sudut pandang bahwa
Al-Qur’an sebagai suatu Ilmu. Membaca Al-Qur’an berarti memindahkan Isinya,
sehingga menjadi kesadaran pembacanya. Membaca Al-Qur-an juga berari
menginformasikan suatu ilmu kepada pendengarnya.
Bahasa adalah alat makna. tidak mengenal bahasa tidak akan
mengenal makna. Penguasaan bahasa Al-Qur’an merupakan upaya dalam rangka
memmfungsikan Al-Qur’an sebagai bacaab ilmiah. Desain materi pengajaran bahasa
yaitu bentuk huruf dan bunyi huruf, tata bahasa yang meliputi Saraf dan Nahwu, serta
Balaghoh sastranya.[43]
b.
Sunnah Rasul Sebagai Landasan Operasional
Para Rasul adalah figur Objektif dalam mengembangkan konsepsi
ilahiah. Sunnah mereka, dalam arti sikap dan tingkah lakunya adalah pola
kongkret dalam operasionalisasi misi ilahiah yang tepat, dan telah terbukti
dalam pentas sejarah. Karena itu dalam upaya menumbuhkembangkan sumber daya
ilahiah di muka bumi, Sunnah para Rasul sampai kapanpun merupakan landasan
operasional yang sekaligus menjadi mukmin dalam melakukan aktivitasnya, baik
yang berkaitan dengan pembinaan pandangan maupun pembinaan dan penetapan sikap.
Jika tidak maka eksistensi akurasi nilai-nilai ilahiah akan mandul.[44]
Dari pembahasan tentang materi pendidikan Islam tersebut, penulis
berkesimpulan bahwa materi pokok yang digunakan berupa Al-Qur’an dan Hadis.
Karena kedua sumber tersebut memiliki materi pengajaran yang sangat jelas dalam
membentuk kepribadian anak didik yang Islamai. Berlepas dari kedua salah satu
ajaran tersebut maka sangat jelas akan menuju jalan yang salah menurut Islam.
H.
Alat Pendidikan
Alat pendidikan menurut Sutari Imam
Barnadib ialah suatu tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang
dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan di dalam pendidikan.
Alat pendidikan merupakan sesuatu
yang harus dipilih, sesuai dengan tujuan pendidikan. Yang jelas alat pendidikan
tidak terbatas pada benda-benda yang bersifat konkret saja, tetapi juga berupa
nasihat, tuntunan, bimbingan, contoh, hukuman, ancaman dan sebagainya.[45]
Alat pendidikan dapat juga di sebut
sebagai sarana atau prasarana pendidikan. Sarana pendidikan terbagi kepada dua
bagian yaitu sarana fisik pendidikan dan sarana non fisik pendidikan.
1.
Sarana Fisik Pendidikan
a)
Lembaga Pendidikan
Lembaga atau badan pendidikan adalah organisasi atau kelompok
manusia, yang memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Lembaga
pendidikan ini dapat berbentuk formal, informal, dan non formal.
Secara formal pendidikan di berikan di Sekolah yang terkait
aturan-aturan tertentu, sedangkan non formal diberikan berupa kursus-kursus
yang aturannya tidak terlalu ketat, dan yang secara informal pendidikan
diberikan di lingkungan keluarga.[46]
b)
Media Pendidikan
Media disini berarti alat-alat/ benda-benda yang dapat membantu
kelancaran proses pendidikan, seperti: OHP, Komputer, dan sebagainya.
2.
Sarana Non Fisik Pendidikan
Yaitu alat pendidikan yang tidak berupa bangunan tapi berupa materi
atau pokok-pokok pikiran yang membantu kelancaran proses pendidikan. Sarana
pendidikan Non Fisik ini terdiri dari:
a)
Kurikulum
Kurikulum merupakan bahan-bahan pelajaran yang harus di sajikan
dalam proses pendidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan. Dalam IPI
Kurikulum meurpakan komponen yang amat penting karena juga sebagai alat
pencapaian tuju8an pendidikan itu.
Selain itu kurikulum yang diberikan di upayakan agar anak didik
dapat hidup bahagia di Dunia dan Akhirat.
b)
Metode
Metode dapat di artikan sebagai cara mengajar untuk pencapaian
tujuan. Penggunaan metode dapat memperlancar proses pendidikn sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Metode-metode tersebut, seperti: metode Ceramah, Metode Tanya
Jawab, metode Hapalan, Cerita, Diskusi, dan lain-lain.
c)
Evaluasi
Evaluai merupakan suatu cara memberikan penilaian terhadap hail
belajar murid (anak didik). Evaluasi dapat berbentuk tes dan non tes.
Evaluasi tes dapat berupa: Essay, tes, objektif, dan sebagainya.
Sedangkan evaluasi non tes dapat berupa: penilaian terhadap kehadiran,
pengendalian diri, nalar, dan pengalaman.
d)
Manajemen
Pengelolaan yang baik dan terarah sangat diperlukan dalam mengelola
lem,baga pendidikan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pengembangan
sistem Pendidikan Islam membutuhkan manajeman yang baik. Perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik akan memperkuat
Pendidikan Islam sehingga Out Put yang di hasilkan akan berkualitas dan dapat
menjawab tantangan Zaman.
e)
Mutu Pelajaran
Peningkatan mutu pelajarn tidak terlepas dari peningkatan kualitas
tenaga pengajar. Kualitas tenaga pengajar ini dapat di usahakan melalui
bimbingan, penataran, pelatihan, dan lain-lain.[47]
Dengan pembahasan tersebut penulis berkesimpulan adalah merupakan
suatu tindakan yang dilakukan agar tercapainya tujuan pendidikan, sebagai
contoh kerpibadian Rasulallah SAW.
Dizaman Nabi SAW, Islam dan Ummatnya berada dalam posisi yang
paling ideal. Karena idealnya tingkah laku kehidupan Nabi SAW oleh Al-Qur’an
diberi prediket sebagai “ Uswatun Hasana” contoh telada yang paling bagus.
Dengan sikap dan pribadi beliau yang terpuji, beliau menggunakan
pergaulan yang baik kepada para sahabat sebagai alat pendidikan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni “pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”.[48]
Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya.[49]
Penelitian ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Uraian kesimpulan didasari oleh angka yang diolah tidak secara terlalu dalam. Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan.
B.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini
adalah 1 orang guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kabupaten Banjar. Objeknya adalah Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam untuk menciptakan
keaktifan siswa dalam pembelajaran serta faktor yang mempengaruhinya.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
a. Data Pokok
1) Data tentang Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menciptakan keaktifan siswa pada pembelajaran PAI, yang meliputi:
a) Pendekatan Individual.
b) Pendekatan Kelompok
c) Pendekatan Bervariasi
d) Pendekatan Edukatif
e) Pendekatan Keagamaan
f) Pendekatan Kebermaknaan
2)
Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam untuk menciptakan keaktifan siswa pada pembelajaran PAI.
a) Guru.
b) Siswa.
c) Sarana dan prasarana.
b. Data
Penunjang
1) Sejarah
berdirinya Sekolah Dasar
Negeri Rantau
Bujur.
2) Keadaan guru dan
siswa.
3) Sarana dan
prasarana sekolah.
2. Sumber
Data
a. Responden, yaitu
1 orang Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam, di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan
Aranio Kabupaten Banjar.
b. Informan, yaitu
kepala sekolah dan staf Tata Usaha.
c. Dokumen, yaitu
catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi. Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Di antaranya mengenai Pendekatan yang di gunakan dalam proses belajar mengajar pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mengamati situasi dan kondisi sekolah serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data penunjang. Penulis mengadakan tanya jawab langsung secara lisan kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan staf tata usaha.
3. Dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk menggali data-data melalui catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3.1. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No.
|
Jenis Data
|
Sumber Data
|
TPD
|
1
|
Data pokok:
a. Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran PAI
1) Pendekatan Individual.
2) Pendekatan Kelompok
3) Pendekatan Bervariasi
4) Pendekatan
Edukatif
5) Pendekatan
Keagamaan
6) Pendekatan
Kebermaknaan
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan Pendekatan Pembelajaran PAI.
1) Guru
2) Siswa
3) Sarana dan
prasarana.
|
Guru, siswa, dan dokumen.
Guru, siswa, dan dokumen.
|
Observasi, dan wawancara.
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
|
2.
|
Data Penunjang:
Gambaran umum lokasi penelitian
a. Sejarah berdirinya sekolah.
b. Keadaan guru, dan siswa.
c. Sarana dan prasarana sekolah.
|
Kepala sekolah, staf TU dan dokumen.
|
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
|
E. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan teknik sebagai berikut:
1. Editing, yaitu penulis mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, apakah masih ada yang kurang atau belum terjawab dari teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan.
2. Klasifikasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan data sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.
3. Interprestasi Data. Kegiatan ini dilakukan untuk menafsirkan data-data yang disajikan.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini semua data yang digali di lapangan
akan diuraikan dalam bentuk data kualitatif dan analisis dengan cara deskriptif
kualitatif, kemudian mengambil kesimpulan dengan metode induktif yaitu yang
bersfat khusus kemudian dibuat kesimpulan bersifat umum.
G.
Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan yang akan dilalui dalam penelitian
ini, yaitu:
1.
Tahap
Pendahuluan
a.
Penjajakan awal ke lokasi penelitian.
b. Berkonsultasi
dengan pembimbing dan mengajukan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
a. Melaksanakan seminar proposal.
b. Revisi proposal dan meminta surat perintah riset.
c. Menyampaikan surat riset kepada pihak-pihak
yang berwenang.
3. Tahap Pelaksanaan.
a. Menghubungi responden dan informan untuk
menggali data.
b. Pengumpulan data di lapangan.
c. Pengelolaan dan analisis
data.
4. Tahap Penyusunan Laporan.
Pada tahap ini, penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang telah ada
ditulis dalam bentuk skripsi, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
skripsi untuk dikoreksi dan diadakan perbaikan, selanjutnya diperbanyak dan
dibawa ke sidang munaqasyah skripsi untuk dipertahankan.
BAB IV
PENYAJIAN DATAN DAN ANLISIS DATA
A.
Gambaran Umum lokasi Penelitian
1.
Sejarah
Berdirinya Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
Sekolah dasar Negeri Rantau Bujur terdaftar dengan Nomor Statistika
Sekolah 1001150114009 Nomor Induk Sekolah 100090. Beralamat dijalan Ir.
Pangeran Muhammad Noor Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan
Selatan. Didirikan pada tahun 1993, dengan Status Negeri. Berdiri diatas lahan
seluas 4000 M2, dengan status
milik sendiri, dengan luas bangunan 753 M3, dengan status milik
sendiri, dan luas bangunan 753 M3, semi permanen.
Adapun yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah:
Tabel 4. 1 :
Pejabat Kepala Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
|
Nama
|
Periode Tahun
|
1.
|
Mahlan
|
1993-2002
|
2.
|
Ghazali
Rahman
|
2002-2003
|
3.
|
Syarwani,
A. Ma
|
2003-2005
|
4.
|
Suyatna
|
2005-2010
|
5.
|
Pahlina,
S. Ag
|
2010
s/d Sekarang
|
6.
|
Adriansyah
Effendi, S. Pd
|
2011
s/d Sekarang
|
Sumber:
tata usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur 2013
2.
Jumlah
Guru
Guru termasuk tata usaha dan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Rantau Bujur pada Tahun ajaran 2012/ 2013 berjumlah 9 orang. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 2: Jumlah Guru Sekolah Dasar Negeri
Rantau Bujur
No.
|
Nama
|
Pendidikan
|
Jabatan
|
1.
|
Adriansyah,
S. Pd
|
S1
Unlam
|
Kepala
Sekolah
|
2.
|
Saipulah
|
SMA
|
Komite
|
3.
|
Abdul
Basit
|
SMA
|
Bidang
Kurikulum
|
4.
|
Supardi
|
D2
|
Bidang
Kesiswaan
|
5.
|
Arbainah
|
D2
|
Bidang
Sarpras
|
6.
|
Mursidah
|
D2
|
Bidang
Humas Rahmi
|
7.
|
Ani
Nurita, S. Pd
|
S1
Unlam
|
Guru
Kelas II
|
8.
|
Desi
Elasanti
|
SMA
|
Guru
Kelas III
|
9.
|
Pahlina
|
D2
|
Guru
Kelas I-IV
|
Sumber:
tata usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Tahun 2013
3.
Jumlah
guru dan siswa
Adapun jumlah siswa sebanyak 175 orang, yang tersebar pada 6 Kelas,
dengan perincian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
4. 3: keadaan siswa Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
|
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1.
|
I
|
16
|
14
|
30
|
2.
|
II
|
15
|
13
|
28
|
3.
|
III
|
16
|
12
|
28
|
4.
|
IV
|
13
|
13
|
26
|
5.
|
V
|
10
|
20
|
30
|
6.
|
VI
|
15
|
11
|
26
|
Jumlah
|
92
|
83
|
175
|
Sumber: Tata Usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Tahun 2013
4.
Fasilitas
Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur memiliki beberapa Fasilitas
yaitu:
Tabel
4. 4: Fasilitas Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
|
Nama
Barang
|
Jumlah
|
Kondisi
|
1.
|
Ruang
Kelas
|
7
Buah
|
Baik
|
2.
|
Ruang
Perpustakaan
|
1
buah
|
Baik
|
3.
|
Ruang
Kepala Sekolah
|
1
buah
|
Baik
|
4.
|
Ruang
guru dan TU
|
1
buah
|
Baik
|
5.
|
WC
Guru
|
1
buah
|
Baik
|
6.
|
WC
Siswa
|
2
buah
|
Baik
|
7.
|
Mushalla
|
1
buah
|
Baik
|
8.
|
Ruang
UKS
|
6
buah
|
Baik
|
9.
|
Komputer
dan Printer
|
2
Set
|
Baik
|
Sumber:
Tata Usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau
Bujur Tahun 2013
5.
Visi
dan Misi Sekolah
Visi
yang di emban Sekolah ini adalah Iman, Takwa, Cerdas, Kreatif, dan Inovatif.
Visi
yang ingin di capai Sekolah ini:
a.
Terwujudnya
anak didik yang cerdas, Terampil dan Berbudi Luhur Berdasarkan Iman dan Takwa.
Misi
yang ingin di capai Sekolah ini adalah:
a.
Meningkatkan
Pendidikan yang bermutu.
b.
Melaksanakan
Kegiatan Pembelajaran Secara Efektif dan Efesien.
c.
Menerapkan
Disipilin Terhadap Siswa Sebagai Elemen Sekolah.
d.
Menumbuhkembangkan
Suasana Kehidupan yang Akrab dan Bersahabat Berdasarkan Norma.
e.
Menyelenggarakan
Program Pendidikan yang Senantiasa Berakar Pada Nilai Agama, Adat Istiadat, dan
Budaya Masyarakat yang Bermoral.
Tujuan
Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur:
a.
Dapat
Meningkatkan Prestasi Didik di Bidang Akademik dan IMTAQ.
b.
Terwujudnya
Iklim Belajar yang Menyenangkan.
c.
Mempersiapkan
Siswa untuk Melanjutkan Pendidikan Pada Jenjang yang Lebih Tinggi.
d.
Mempersiapkan
Siswa untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang yang Lebih Tinggi.
e.
Menghargai
dan Menghormati Sesama di Lingkungan Sekolah, Keluarga dan Masyarakat yang
Berbeda Agama, Budaya, Suku Bangsa dan Status.
B.
Penyajian Data
1.
Penerapan
Pendekatan Dalam Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur.
Berdasakan hasil wawancara dengan responden tentang keaktifan siwa
dalam mata Pelajaran PAI, yang meliputi:
a.
Pendekatan
Individual
b.
Pendekatan
Kelompok
c.
Pendekatan
Bervariasi
d.
Pendekatan
Edukatif
e.
Pendekatan
Keagamaan
f.
Pendekatan
Kebermaknaan
Keenam proses diatas dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a.
Pendekatan
Individual
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI yang melaksanakan
Proses Pendekatan Individual dengan siswa ketika berada didalam kelas maupun
diluar kelas, ketika didalam kelas guru mata pelajaran PAI dikelas V dengan
jumlah muridnya 30 orang, dalam hal menjalin Pendekatan Individual dengan siswa,
guru melakukakannya dengan baik, karena guru menyadari pentingnya proses
Pendekatan Individual antara guru mata pelajaran PAI dengan anak didiknya yang
berada di Kelas V agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Pendekatan
Individual sangat diperlukan untak melihat perkembangan anak dan memajukan
pelajaran PAI, Tanpa Pendekatan Individual pembelajaran tidak berjalan dengan
baik. Hasil yang ingin dicapai pun tidak memenuhi standar penilaian yang sudah
ditentukan.
b.
Pendekatan
Kelompok
Dari hasil Observasi dan Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama
Islam diketahui bahwa guru PAI bahwa Dalam
melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kelompok, dimana
anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri,
dengan tujuan untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan cara
bergotong royong. Sebagai Metode, Pendekatan kerja kelompok dipakai guru
Pendidikan Agama Islam untuk mencapai macam-macam tujuan di Sekolah Dasar
Negeri Rantau Bujur. Karena di dalam prakteknya Guru Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur di
dalam prakteknya menggunakan pendekatan Kerja kelompok yang cukup baik.
c.
Pendekatan
Bervariasi
Dari hasil observasi dan wawacara di ketahui bahwa Guru Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur, dalam kegiatan belajar
mengajar guru membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar dan terkadang
memperhatikan juga pendapat dan kemauan anak didik. Karena permasalahan yang
dihadapi setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatannya pun akan
lebih tepat bila menggunakan pendekatan bervariasi.
d.
Pendekatan
Edukatif
Dari hasil observasi dan wawancara di ketahui bahwa guru PAI dalam
melakukan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik
dilakukan cukup baik. Karena Guru PAI menyadari bahwa sikap dan perbuatan
yang ia lakukan harus bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didiknya
dengan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang
mulia.
e.
Pendekatan
Keagamaan
Dari hasil observasi dan
wawancara diketahui bahwa Pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar Negeri Rantau
Bujur dalam melaksanakan proses belajar mengajar tidak hanya menggunakan metode
satu atau dua macam saja dalam melaksanakan Proses belajar mengajar teapi guru
PAI Menggunakan penggabungan beberapa pendekatan dalam membimbing dan membina
jiwa keagamaan anak didik. Pendekatan keagamaan Dapat membantu anak didik
menumbuhkan jiwa Agama yang kuat di dalam diri anak didik, yang pada akhirnya
nilai-nilai Agama dapat mereka yakini, pahami, hayati, dan di amalkan mereka
selama hayat para anak didik di kandung badan.
f.
Pendekatan
Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,
pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Guru Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur menggunakan Bahasa yang baik dalam
proses belajar mengajar. Guru PAI Menyadari Penggunaan Bahasa yang baik sebagai
alat untuk mengungkapkan makna yang di wujudkan melalui struktur (tata bahasa
dan kosakata) akan mudah dipahami jika cara penyampaian bagus dan mudah
dimengerti oleh anak didik, karena hal demikian berperan sebagai alat
pengungkapan makna (gagasan, Pikiran, pendapat dan perasaan).
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio.
a.
Guru
Faktor guru yang mengajar dengan indikator pengalaman, dan latar
belakang pendidikan. Guru yang melaksanakan Penerapan Pendekatan dalam
pembelajaran PAI Dengan Pelaksanaan Program Pendekatan Individual, Pendekatan
Kelompok, Pendekatan Bervariasi, Pendekatan Keagamaan dan Pendekatan
Kebermaknaan untuk menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Pengalaman guru mengajar 10 Tahun menjadi Guru, dan pendidikan
yang ditempuh adalah D2 IAIN Antasari Banjarmasin. Pengalaman kerja sangat
penting bagi seorang guru. Guru yang banyak memiliki pengalaman kerja di
sekolah, dia akan mudah melaksanakan tugasnya, karena pengalaman tersebut
dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang banyak mempunyai
pengalaman kerja sebagai guru, dia akan dapat memberikan bimbingan kepada
siswanya. Masa kerja atau lamanya kerja seorang guru juga cukup mempengaruhi
kecakapan dan keahlian dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Karena ilmu dan
pengetahuan saja tidak cukup tanpa ada pengalaman kerja. Melalui pengalaman
akan menambah kematangan dalam mengerjakan sesuatu serta dari pengalaman
tersebut dapat mengimbangi antara kenyataan yang dihadapi saat melaksanakan
tugas dengan ilmu yang didapatnya.
b.
Siswa
Minat siswa dilihat dari kerajinan/ keaktifan mengikuti pelajaran
dan perhatian selama mengikuti pelajaran PAI. Berdasarkan hasil observasi dan
dokumentasi terlihat semuanya aktif dan memperhatikan dengan baik setiap materi
yang dijelaskan oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
c.
Sarana
Prasarana
Berdasarkan
hasil observasi dari wawancara, fasilitas yang digunakan untuk pelaksanaan
pembelajaran PAI Hanyalah ruang kelas dan buku-buku Pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
C.
Analisis Data
Dari data yang telah di sajikan
tentang penerapan pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam meningkatkan pretasi belajar anak didik di Sekolah Dasar Negeri
Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar dan factor-faktor yang
mempengaruhinya, maka penulis menganalisa yang sesuai dengan teori yang ada.
Guru Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur yang menerapkan beberapa
pendekatan-pendekatan dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
meningkatkan prestasi Belajar anak didik, dapat diketahui bahwa beliau
melakukannya cukup baik seperti melakukan pendekatan individual, pendekatan
kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan kebermaknaan
dan pendekatan Keagamaan dalam proses belajar mengajar di Kelas, dapat
diketahui juga bahwa guru PAI terlebih dahulu melakukan penyusunan program
sebelum diajarkan kepada siswa secara
semaksimal mungkin, misalnya dengan menyusun program bahan pelajaran setiap
harinya.
Dari hasil observasi dan wawancara
dengan guru Pendidikan Agama Islam, beliau menyatakan bahwa dengan melakukan
pendekatan-pendekatan terhadap Muridnya di dalam kelas dapt meningkatkan mutu
pembelajaran dan membuat anak didik merasa di hargai oleh gurunya yang akan
berperan penting mempengaruhi nilai anak didiknya, dengan melakukan beberapan
pendekatan-pendekatan bisa meningkatkan motivasi anak untuk belajar Pendidikan
Agama Islam secara otomatis pencapaian yang ingin di capai pun menjadi
sempurna.
1.
Pelaksanaan
Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupatan Banjar.
a.
Pendekatan
Individual
Dari data yang telah penulis kemukakan dapat dijelaskan bahwa:
Data yang didapat pada saat penelitian diketahui bahwa guru mata
pelajaran PAI mampu dalam berinteraksi baik dengan murid-muridnya pada saat jam
pelajaran dengan menggunakan pendekatan Inidvidual. Hal tersebut dilakukan agar
tercapainya tujuan yang diinginkan dengan maksimal dan memudahkan siswa dalam
menerima pelajaran serta memudahkan guru dalam menentukan pelajaran yang
diajarkan. Dengan mengalokasikan waktu untuk berinteraksi dengan menggunakan
Pendekatan Individual terhadap anak murid, guru mampu membagi mata pelajaran
yang diajarkan kapan pelajaran itu diajarkan dan ruang mana pelajaran itu akan
diajarkan pada suatu kelas tertentu serta mampu menyelesaikan pelajaran yang
sudah direncanakan yang diajarkan dengan baik.
Dari hasil penelitian observasi,
proses interaksi antara guru mata pelajaran PAI dengan murid-murid yang berada
di kelas tersebut guru dapat menjalin
proses interaksi dengan menggunakan Pendekatan individual dengan baik dan
efektif selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
Berdasarkan sumber-sumber
tersebut dapat ditetapkan dan
dikembangkan proses interaksi dengan menggunakan pendekatan individual untuk
meningkatkan kompetensi dasar anak-anak murid
Dalam mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menyelesaikan
Pembelajaran secara Efektif berlangsung cukup baik.
Tetapi setelah penulis melakukan observasi dan melihat dokumen
ternyata tidak semua guru mampu menjalin interaksi dengan menggunakan
pendekatan individual yang baik kepada murid-muridnya.
Dari 1 orang guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V
yang penulis teliti guru tersebut mampu menjalin proses interaksi dengan
menggunakan pendekatan individual yang baik dengan murid-muridnya yang berada
di kelas V.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Guru tersebut
memberikan pelajaran sesuai dengan indikatornya dengan metode yang baik, karena
guru tersebut mampu menjalin Pendekatan dengan interaksi yang baik dengan
murid-muridnya sehingga hasil yang ingin di capai memuaskan untuk kemajuan para
murid-muridnya yang berada di Kelas V. karena hal tersebutlah dapat dikatakan
bahwa guru PAI mampu membuat proses Pendekatan Individual untuk menjalin
Interaksi dengan baik selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan dari hasil observasi, dengan mempersiapkan materi
pelajaran terlebih dahulu akan mempermudah guru dalam mengajar untuk melakukan
pendekatan dan berinterkasi dengan murid untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan mempersiapkan materi sebelum mengajar akan mempermudah guru
dalam menyampaikan materi dan Melakukan pendekatan Individual untuk menjalin
proses interaksi antar guru dan murid bisa berjalan dengan lancar sesuai yang
di inginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang mengjar di Kelas V mampu dalam menentukan metode pembelajaran
sehingga dalam melakukan pendekatan guru melakukan proses interaksi agar dalam
proses pembelajaran antara guru dan murid-murid terjalin dengan baik, hal
tersebut memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran yang diajarkan dan siswa
dengan mudah memahami pelajaran, dan metode yang digunakan adalah ceramah,
diskusi dan penugasan. Dengan menggunakan metode ceramah akan mempermudah guru
dalam menyampiakan materi yang sudah disusun sebelum mengajar, dengan metode
diskusi guru dapat mengetahui sejauh mana kekompakan siswa dalam mengerjakan
tugas secara berkelompok dan menggunakan metode penugasan untuk mengetahui
sejauh mana siswa dalam menerima pelajaran yang sudah diajarkan dan melatih
siswa untuk belajar serta mengingat kembali tentang pelajaran yang sudah
dipelajari.
b.
Pendekatan
Kelompok
Dari hasil observasi dan wawancara diketahi bahwa guru PAI
Melakukan pendekatan Kelompok yang baik terhadap anak didiknya di Sekolah Dasar
Negeri Rantau, dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu
kesatuan tersebdiri, dengan adanya pendekatan kelompok peserta didik lebih mudah
memahami pelajaran serta tujuan pembelajarannya sesuai yang diinginkan.
Kemampuan guru dalam proses Pendekatan kelompok ini sangat
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar dan penyampaian sumber belajar.
Dengan cara tersebut akan mempermudah proses pembelajaran sesuai target yang
diinginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata Pelajaran PAI mampu
melakukan pendekatan kelompok dengan baik selama proses pembelajaran. Dengan
pendekatan kelompok yang baik guru dapat menyalurkan pikiran, perhatian dan
kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar dan membantu
memudahkan pemahaman siswa dalam menentukan dan memahami konsep atau materi
yang disampaikan serta dapat juga menghantarkan siswa ketingkat pemahaman yang
lebih tinggi.
c.
Pendekatan
Bervariasi
Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru PAI dalam
melakuka pendekatan bervariasi, guru dalam mengajar menggunakan berbagai macam
variasi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. karena guru menyadari
permasalahan yang dihadapi setiap anak berbeda-beda karena itu diperlukan
pendekatan bervariasi. pendekatan bervariasi yang dilakukan guru bias diakatkan
cukup baik
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang mengajar di Kelas V guru mempunyai kemampuan
Pendekatan bervariasi yang baik dalam melakukan proses belajar mengajar.
Sehnngga proses belajar mengajar berjalan efektif sesuai dengan perencanaan
sebelumnya.
Dari hasil wawancara dengan guru mata Pelajaran PAI Kelas V,
pendekatan Pepleksi dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI kelas V adalah
menggunakan metode dengan pengajaran reguler, guru mengelompokkan siswa sesuai
dengak kemampuan para siswanya, para siswa mempunyai posisi yang sama, walaupun
setiap siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk memahami suatu materi
pelajaran. Jaid untuk siswa yang lamban dalam belajar diberikan perhatian
khusus dengan kegiatan yang berbeda dari siswa yang cepat dalam menerima
pelajaran.
d.
Pendekatan
Edukatif
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI
Melakukan pendekatan Edakatif yang baik dalam hal prose belajar mengajar
dikelas.
karena guru PAI Menyadari Perkembangan kognitif anak dalam proses
Eksplorasi bertujuan untuk mengembangkan bahasa, daya pikir dan keterampilan
anak didik.
Dalam tahap ini, anak mengembangkan keterampilan, bahasa dan daya
ingatnya, untuk itu dalam memberikan pelajaran pada Anak Kelas V Sekolah Dasar
sangat perlu perhatian dari guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan
adanya kegiatan Pendekatan edukatif melalui proses Eksplorasi belajar mengajar
ini sangat memudahkan bagi anak didik untuk mengingat, mengucapkan dan menjawabnya
ketika ada pertanyaan yang diajukan kepadanya. Maka dari itu sangat efektif
digunakan dalam meningkatkan perkembangan daya pikir, barbahasa dan
keterampilan anak dalam proses belajar mengajar pada anak didik Kelas V Sekolah
Dasar Negeri Rantau Bujur.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PAI Kelas V, dalam
hal Pendekatan Edukatif melalui proses eksplorasi guru mata pelajaran PAI
Sangat memperhatikan hal ini, eksplorasi para siswa di kelas V di dukung
sepenuhnya oleh Guru Mata Pelajaran Agama Islam , dengan cara mengungkit
kemampuan siswa dari dalam agar bisa ia eksplor dari dalam dirinya. setiap
memasuki kelas guru PAI Bertanggung jawab mengungkit, menumbuhkan, dan
menyalurkan kemampuan para siswanya sesuai kapasitas anak didiknya yang berada
di kelas V dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal Eksplorasi
guru PAI Kelas V Sudah melakukannya dengan baik. Ia menyadari pentingnnya
kemampuan para siswa nya di eksplor agar kapasitas anak didiknya bertambah
bagus dan meningkat.
e.
Pendekatan
Keagamaan
Dari Hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Sekolah
Dasar Negeri Rantau Bujur, melakukan Pendekatan Keagamaan yang sangat baik.
Guru PAI Menyiapkan langkah seperi memilih metode mengajar dan alat pelajaran
yang akan di pakai dengan tujuan untuk menambah Kapasitas para siswa dalam
Memperdalam keagamaan anak didik. Melalui pendekatan keagamaan diharapkan akan
menambah keimanan para anak didik dan memperkokoh Kekuatan jiwanya untuk selalu
berpegang teguh pada ajaran agama. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan
keagamaan ini cukup memuaskan guru Pendidikan Agama Islam.
Dengan pendektan keagamaan sangat membantuk guru untuk memperkuat
keimanan pra anak didik dan menanamkan nilai-nilai Agama supaya bias dihayati,
diayakini, di pahami, dan di amalkan oleh para anak didik di Sekolah Dasar
Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio.
f.
Pendekatan
Kebermaknaan
Dari hasil wawancara dan Observasi di ketahui bahwa, dalam haal
penguasaan Bahasa Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau
Bujur bias dikatan Baik. Karena Kemampuan Guru pendidiikan Agama Islam yang
mumpuni dalam menjalin komunikasi dengan anak didik.
Dari Hasil Observasi dan wawancara dengan anak murid, mereka
mengatakan kemampuan Guru PAI dalam berbahasa ketika melakukan proses belajar
mengajar bias dipahami mereka cukup baik.
2.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi Penerapan Paikem untuk menciptakan keaktifan siswa dalam
Pembelajaran PAI
a.
Guru
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh
keberhasilan guru dalam mengelola proses belajar mengajar di Sekolah untuk
meningkatkan tingkat produktifitas dan prestasi anak didik dapat dilakukan
dengan meningkatkan kapasatis Guru untuk pengelolaan kelas dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar dengan menggunakan metode yang efektif untuk
keberhasilan proses belajar mengajar.
Dari uraian diatas, sehubungan dengan tugas dan wewenang tenaga
kependidikan sebenarnya dari segi realisasi kegiatan proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Dapat dikatakan baik.
b.
Siswa
Pendidikan hendaknya di desain bagi siswa atau peserta didik sesuai
dengan kebutuhan dan mengalami perkembanannya. Setiap peserta didik mempunyai
kebutuhan dan mengalami perkembangan yang tidak sama sehingga Sekolah perlu
menyelenggarakan berbagai program sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangannya. Agar program yang telah di susun, guru yang telah diangkat,
dan sarana prasarana dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, maka peserta didik
perlu di menej sedemikian rupa sehingga tujuan yang diinginkan Sekolah dapat di
capai secara efektif dan efesien.
Manajemen kesiswaan pada dasarnya membahas tentang perencanaan
kesiswaan, peneriman siswa baru, pengorganisasian siswa, orientasi siswa,
pembinaan dan pelayanan siswa, organisasi siswa, penilaian siswa, mutasi dan
almuni. Inilah sebenarnya cakupan yang akan dibahas dalam bidang kesiswaan.
Dari uraian diatas, kalau menghubungkan dengan program kesiswaan
yang dibuat oleh bagian kesiswaan, ternyata program kesiswaan banyak sekali
komponen kegiatannya dan seandainya program tersebut teraktualisasi semua dan
dikelola dengan baik dan profesional. SDN Rantau Bujur akan menjadi sekolah
yang diperhitungkan kualitasnya di Kabupaten Banjar.
c.
Sarana
Prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar
mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, multi media, serta alat-alat
dan media pengajaran yang lain. Sarana belajar mengajar yang ada di SDN Rantau
Bujur yaitu: a. ruang Kepala Sekolah 1 buah, b. Ruang Dewan Guru 1 Buah, c.
ruang Tata Usaha 1 Buah, d. Ruang Kelas 6 Buah, e. Ruang Perpustakaan 1 Buah,
F. Mushalla 1 buah, g. WC 2 guru 1 Buah, h. WC Murid 4 Buah.
Dari gambaran diatas tentang sarana prasarana di Sekolah Dasar
Negeri Rantau Bujur Kabupaten Banjar
belum sepenuhnya memenuhi kreteria dari sebuah manajemen pendidikan berbasis
Sekolah dan Standar dari pengembangan Sekolah Dasar
BAB
V
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari
Hasil Penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan
pendekatan pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar Negeri Rantau Bujur dilaksanakan dengan Pendekatan Individual, Pendekatan
kelompok, Pendekatan Bervariasi, Pendekatan Kegamaan dan Pendekatan
Kebrmakanaan dilaksanakan cukup Baik di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar .
2. Faktor
yamg mempengaruhi Penerapan Pendekatan Pembelajaran Mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau bujur adalah faktor guru, siswa dan
sarana prasarana. Faktor guru meliputi pengalaman mengajar yang baik, latar
belakang pendidikan yang sesuai, dan metode yang tepat. Faktor siswa dengan
indikator keaktifan dan perhatian siswa yang cukup baik, sedangkan sarana
prasarana fasilitas kurang mendukung terhadap kegiatan proses belajar mengajar.
B.
Saran
Sebagai
penutup skripsi ini, penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Guru
dapat kiranya memperhatikan secara maksimal akan perkembangan anak terutama
tentang membuat perencanaan pembelajaran.
2. Diharapkan
kepada guru-guru mata pelajaran agar meningkatkan kinerja mereka dalam membuat
perencanaan pembelajaran agar terwujudnya mutu pendidikan yang mempunyai
standar Nasional bahkan Internasional.
[1]
Anonim 1, Orgensi
Pendidikan Islam Dalam Membina dan Pembinaan Islam Dalam Pembangunan
Kepribadian, http:// makalah/ artikel, blogspot. com/2014/04/html.2014
[2]Ahmad Sabri, Strategi
Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h.
33.
[3]Sriyono, et.al.,
Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.
43.
[4]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 11.
[5]Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta:
Rineka Cipta, 1994), h. 211.
[6]
Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h, 32
[7]
Harjanto, Perencanaan
Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h, 32-34
[9]
Philip H.
Coombs, Apakah Pendidikan itu, (terjemahan), ( Jakarta: Bhatara Karya
Aksara, 1982), h, 1-3
[10]
Syaiful Bahri
Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h, 53
[12]
Syaiful Bahri
Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h, 55
[13] Ibid,
h, 56
[14] Ibid,
h, 56
[15] Ibid,
h, 57
[16] Ibid,
h, 57
[17] Ibid,
h, 58
[18] Ibid,
h, 60
[19] Syaiful
Djamaran, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h, 68
[20] Ibid,
h, 69
[21]
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga),
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h, 291
[22]
Hasan Basri, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka
Setia, 2009), h, 53
[23]
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2000), h, 289
[24] Abdullah Nata, Metedologi Studi Islam, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2000), 289
[25] Ibid, h, 23
[26] H. Jalaluddin, Teologi Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), h, 68
[27] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) I, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 1998), h, 10
[28]
Muhammah Zein, Methodologi Pengajaran Agama,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h, 166
[29] Zakiah Daradjat, Dkk, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h, 29
[30]Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 2, (Bandung:
CV Pustaka Setai, 1997), h, 41
[31] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan
Keterangan Al-Qur’an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h, 168
[32] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 2, Lot. Cit.
[33]Hamdani Ihsan & A. Fuad
Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h,
70
[34] Marwan Saridjo, Bunga Rampai
Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: CV. Amiscco, 1996), h, 50
[35]Zakiah
Daradzat, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Op. cit, h, 32
[37] Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif
Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), h, 163
[41] Jalaluddin
dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h, 53
[42] Ibid,
h, 55
[43] Ibid,
h, 57
[44] Mch, “Pendidikan Islam Kontemporer”, http//www. Materi Pendidikan.
Com/2014/05/09/op.html/top
[45] Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Op. cit, h,
57
[46]
Jalaluddin & Usman
Said, Filsafat Pendidikan Islam, Op.
cit, h, 59
[47] Imam Bawawi MA, Segi-segi Pendidikan Islam, (Surabaya:
Al- Ikhlas, 1987), h, 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar