Kamis, 26 Oktober 2017

BAB I Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupatn Banjar.



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Islam adalah Agama yang suci, dan pada faktanya di Dunia hanya Islam lah Agama yang ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia. Selain Islam adalah Agama Ideologi yang bathil. Sebagaimana Firman Allah SWT Surah Ali Imran ayat 85 berbunyi:
وَمَن يَبتَغِ غَيرَ ٱلإِسلَٰمِ دِينا فَلَن يُقبَلَ مِنهُ وَهُوَ فِي ٱلأخِرَةِ مِنَ ٱلخَٰسِرِينَ ٨٥
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah SWT, dan Kitab yang menerangkan. Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan  keselamatan, dan dengan Kitab itu pula Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizing-Nya menunjuki mereka kejalan yang lurus.
Salah satu keutamaan Islam bagi umat manusia adalah adanya system yang paripurna dan konsisten di dalam membina mental, melahirkan generasi, membina umat dan budaya, serta memberlakukan prinsip-prinsip kemulian dan peradaban. Semua itu dimaksudkan untuk merubah manusi dari kegelapan Syirik, kebodohan, kesesatan dan kekacauan menujud cahaya Tauhid, ilmu, hidayah dan kemantapan.[1]  
Kita sebagai umat Islam harus membekali diri tidak hanya dengan ilmu pengetahuan yang tinggi, tetapi juga dengan iman dan taqwa yang kuat agar kita dapat menjadi pribadi muslim yang berkualitas, berilmu, dan beramal shaleh. Dengan ilmu pengetahuan yang kuat, kita berharap bisa memperoleh janji Allah yaitu akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, seperti strategi Penerapan Pendekatan Pembelajaran yang aktif dan inovatif untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, sebagaimana yang dilakukan Nabi Khidir As, ketika Nabi Musa As berguru kepadanya, seperti yang diceritakan dalam surah al-Kahfi ayat 66-67:
قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَل أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمتَ رُشدا ٦٦ قَالَ إِنَّكَ لَن تَستَطِيعَ مَعِيَ صَبرا ٦٧
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa Nabi Khidir As akan mengajari Nabi Musa As dengan strategi yang menantang dan membuat Nabi Musa semakin penasaran dan berminat untuk belajar kepada Nabi Khidir as.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadinya interaksi guru-siswa, pada saat pembelajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subjek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pembelajaran maka inti proses pembelajaran tak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.[2]
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi Islam. Karena itu, PAI merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari.
Tujuan pembelajaran PAI pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, antara lain untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan tentang ajaran Islam sebagai dasar pembentukan sikap siswa untuk bersikap Agamis serta terampil dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah suatu hal yang mudah karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah bagi siswa dalam memahami, mendalami atau menerapkan konsep-konsep yang dipelajari dalam PAI.
Untuk memenuhi keperluan itu, maka guru harus mempunyai dan menguasai strategi mengajar yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik, sebaliknya guru yang mempunyai wawasan yang dangkal mengenai strategi pembelajaran dan tidak menguasai materi yang akan disampaikan akan menghambat pemahaman dan pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran.
Sehari-hari guru dikenal sebagai pengajar. Ia menyajikan bahan pelajaran kepada murid-muridnya. Istilah menyajikan di sini bukan sekedar hanya menyuguhkan, sebagaimana peladen menyuguhkan hidangan kepada para tamu, tetapi jauh lebih dari pada itu. Sebelumnya guru dituntut dan sudah seharusnya mencari bahan-bahan untuk diramu, diolah atau digodok sehingga menjadi sesuatu yang baik dan berharga bagi murid-muridnya. Murid-murid juga masih perlu menyaring, mengambil sari pati dari apa yang telah disajikan kepada mereka, kemudian menambah bahan-bahan lain serta membubuhinya sehingga benar-benar menjadi sesuatu yang amat lezat baginya. Jadi apa yang diberikan oleh guru itu bukanlah sesuatu yang telah masak sehingga murid-murid tinggal menyantap saja.[3]
Karena itu seorang guru hendaknya tidak bertindak sebagai penyampai informasi saja dengan menggunakan metode ceramah semata sehingga membuat siswa menjadi pasif. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berkaitan erat dengan strategi Pendekatan yang digunakan guru. Dengan strategi Pendekatan yang di pakai dalam mengajarnya, seorang guru hendaknya dapat berupaya menciptakan situasi kelas yang hidup dan memberikan kemungkinan kepada siswa agar terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Karena ada aksi dan reaksi, maka interaksi pun terjadi. Interaksi yang bernilai Pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai “interaksi edukatif”.
Interaksi edukatif adalah hubungan aktif dua arah antara guru dan siswa dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif tersebut berproses dalam ikatan tujuan pendidikan.[4]
Dikatakan bahwa tidak akan terjadi pembelajaran jika siswa dalam keadaan pasif. Banyak siswa yang berpendapat bahwa pelajaran Pendidikan Agama Islam membosankan, tidak menarik, dan bahkan penuh misteri. Ini disebabkan karena pelajaran Pendidikan Agama Islam dirasakan sukar dan gersang, sehingga mereka kurang berminat mempelajarinya dan kurang berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi ataupun mengatasi masalah ini, salah satunya guru harus memiliki dan menguasai strategi yang tepat untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guru harus mampu menjadikan Pendidikan Agama Islam sebagai suatu yang menarik, yaitu dengan membuat kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa senang dan asyik dalam mempelajarinya.
Di antara strategi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah Penerapan Pendekatan yang di Pakai Dalam Pembelajaran. Penerapan Pendekatan yang di pakai menentukan hasil Pembelajaran yang baik yang bisa membuat pembelajaran berlangsung secara Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan. Strategi Pendekatan ini berorientasi pada siswa, sehingga secara teori akan membuat siswa menjadi aktif.
Berdasarkan observasi awal terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar, penulis mendapatkan kenyataan yang tidak sesuai dengan teori tersebut. Pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam, memang sebagian siswa terlihat sangat aktif dan bersemangat dalam mengikutinya, namun sebagian lagi ada siswa yang terlihat suntuk, malas dan tidak bergairah. Barangkali ada yang kurang tepat dalam penerapan pendekatan pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana Penerapan Pendidikan dalam Pembelajaran yang digunakan guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kebupatan Banjar sehingga terciptanya keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut.
 Untuk lebih jelasnya ditetapkan dengan judul: Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupatn Banjar.

B.     Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai judul yang penulis maksudkan maka perlu adanya penegasan judul, yaitu:
1.      Penerapan berasal dari kata terap, yang berarti melaksanakan”.[5] Adapun penerapan yang penulis maksud adalah melaksanakan sebuah strategi Pendekatan dalam pembelajaran, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.
2.      Pendekatan adalah sebagai proses perbuatan atau cara untuk mendekati sesuatu. Adapun Pendekatan yang dimaksud penulis adalah:
a.       Pendekatan individual
b.      Pendekatan Kelompok
c.       Pendekatan Bervariasi
d.      Pendekatan Keagamaan
e.       Pendekatan Kebermaknaan
Jadi yang penulis maksud dengan judul penelitian ini adalah penerapan pendekatan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang di terapkan oleh guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar

D.     Alasan Memilih Judul
Adapun yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul ini adalah: Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pembelajaran. Untuk melaksanakan tugasnya secara profesional guru memerlukan wawasan yang mantap tentang strategi pembelajaran agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil guna.

1.      Pendidikan Agama Islam adalah pelajaran yang dianggap sukar dan menjemukan oleh sebagian besar siswa sehingga untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi mengajar yang tepat dari guru agar dalam pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan dan kejenuhan serta untuk menghidupkan suasana kelas sehingga terciptanya interaksi belajar mengajar.
2.      Keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat diharapkan, untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif karena merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif.

E.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.      Mengetahui Gambaran Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.

F.     Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:
1.      Bahan informasi bahwa betapa pentingnya pemilihan strategi mengajar yang tepat untuk menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
2.      Bahan informasi yang berguna bagi guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran terutama yang berkaitan dengan strategi mengajar.

G.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan teoritis berisikan pengertian Pendekatan dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, strategi mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, keterampilan dasar mengajar sebagai strategi, Macam-macam Pendekatan dalam pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi Pendekatan guru dalam menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran PAI.
Bab III Metode penelitian berisikan jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, analisis data, dan prosedur penelitian.
Bab IV Laporan hasil penelitian berisikan gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data, dan analisis data.
Bab V Penutup berisikan simpulan dan saran.















BAB II
LANDASAN TEORI

A.    Konsep Pendekatan Sistem Dalam Pengajaran
Pendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaan pengajaran suatu Negara sangat tergantung kepada kebijaksanaan pemerintah yang sedang dilaksanakan. karenanya adalah wajar jika timbul pendekatan yang berbeda-beda antara beberapa Negara dan bahkan juga terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaan antara bebagai periode  pembangunan dalam suatu Negara. Dalam kebijakan Pemerintah (misalnya kebijaksanan Lima Tahunan) tergambar secara jelas tentang harapan-harapan yang akan dan harus dipenuhi oleh sektor Pendidikan. Dengan kata lain kebutuhan akan pendidikan yang akan menjadi sasaran dalam perencanaannya selalu dijadikan penuntun dan disebut juga sebagai “Kebijaksanaan awal perncanaan”. Perbedaan antar berbagai Negara dalam hal perencanaan ini akan terjadi dalam ragam kebutuhannya dan dalam sifat kualitatif maupun kuantitatifnya.[6]
Perencanaan pembelajaran dalam rangka mempersiapkan alternatif-alternatif pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan Pendidikan secara realistis harus berpedoman kepada tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara jelas dan terinci. berbagai tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan pula pola pendekatan perencanaannya.
Sekiranya suatu Negara menginginkan agar dalam dua Tahun lagi semua anak-anak yang berumur 7 -12 Tahun harus bersekolah atau wajib belajar, maka pendekatan perencanaan pengajaran akan berbeda seandainya yang diutamakan adalah penyedian tenaga kerja tingkat menengah dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Atau mungkin saja kualitas Pendidikan formal yang di utamakan dan bukan kuantitasnya.
Perencanaan atau rencana (Planing) dewasa ini telah dikenal oleh hampir setiap orang. Kita mengenal rencana pembangunan, perencanaan pendidikan, perencanaan produksi suatu pabrik dalam bentuk target-terget produksi.    
Penyusunan perencanaan pengajaran selain perlu mempertimbangkan faktor-faktor penghambat, yang umumnya bersifat eksternal, masih ada hal-hal lain yang perlu mendapat perhatian yang serius dari para perencana, jika diinginkan perencana agar pendidikan memberi manfaat optimal.[7]
Hal-hal yang dimaksud menyangkut isi pokok dari perencanaan pengajaran atau hal-hal yang mengacu pertanyaan-pertanyaan yang perlu mendapat jawaban dalam perencanaan pengajaran tersebut, dengan demikian lebih menekankan faktor internal perencanaan pengajaran, adalah:[8]
1.         Tujuan dan fungsi Pendidikan apa yang harus di prioritaskan dengan masing-masing subsistemnya (termasuk di setiap tahap, Lembaga, Tingkatan, Pendidikan, kelas).
2.         Altrenatif apa yang terbaik yang mungkin dilaksanakan untuk mencapai bermacam-macam tujuan dan fungsi ini. (Dalam Hal ini termasuk pertimbangan alternatif tekhnologi pendidikan, biaya, waktu yang dibutuhkan, kemampuan praktis, efektivitas pendidikan sebagainya.
3.         Seberapa sumberdaya yang dimiliki oleh Bangsa atau masyarakat yang akan di ikut sertakan dalam pendidikan di samping hal-hal lain. Apa yang tampaknya menghambat kemampuan ini dalam artian tidak hanya sumberdaya yang nyata. Sumberdaya mana yang secara maksimal dan efektif dapat di serap oleh pendidikan dalam suatu periode tertentu.
4.         Siapa yang akan membiayai. Bagaimana biaya yang menjadi beban pendidikan itu dibagi di antara mereka yang langsung menikmati hasil Pendidikan dan masyarakat pada umumnya dan diantara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Bagaimana Penerimaan pajak dari masyarkat pada saat ini dan lain-lain sumber dana pendidikan untuk memperoleh pemerataan sosial yang diinginkan atas pendidikan dan sekaligus atas pendapatan yang diperuntukkan bagi pendidikan itu agar menjadi lancar.[9]

B.     Berbagai Pendekatan dalam Belajar Mengajar
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interasi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interasi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara dua guru dengan anak didik.
Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari prilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar diri anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. kerana keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang  lain.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan  guru yang memandang anak didik sebagai makhluk sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaan, sehigga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Ada beberapa pendekatan yang di ajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.[10] demi jelasnya ikutilah uraian berikut:
1.      Pendekatan Individual
Dikelas ada sekelompok anak didik. Mereka duduk di kursi masing-masing. mereka berkelompok dari du sampai lima orang. didepan mereka ada meja untuk membaca dan menulis atau untuk meletakkan fasilitas belajar. Mereka belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam. Cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap tingkat kecerdasan dan sebaginya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dari satu anak didik dengan anak didik lainya.
Perbedaan inidividuaal anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak ,Maka strategi belajar tuntas mastery learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak pernah menjadi kenyataan.. paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.
Pada kasus-kasus tertentu yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar, dapat diatasi dengan pendekata individual. Misalnya, untuk menghentikan anak didik yang suka bicara. Carany dengan memisahkan/ mimandahkan salah satu anak didik tesebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Anak didik yang suka bicara ditempatkan pada kelompok anak didik yang pendiam.[11]
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentinga pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan Metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di Kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
2.      Pendakatan Kelompok
Dalam kegiatan Belajar Mengajar teradangada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap social anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk Homo Socius, yakni mahluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama.[12]
Dengan pendekatan kelompok, diharakan dapat ditumbuhkembangkan rasa social yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasaa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan social dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, sepeeti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, lanhsung atau tidak langsung, disadari atau tidak disadari, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerjasama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyia kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjai dikelas dalam rangka untuk memcpai prestasi belajar yang optimal. ini lah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif dan mandiri.
Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru sudah harus mempeertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan  dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatn kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bias dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempeetimbangkan hal-hal lain yang iktu memperngaruhi penggunaannya.
Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan, Perbedaan dividual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pedekatan kelompok.[13]
Beberapa pengarang mengatakan, keakraban atau kesatuan kelompok ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain. Yang mempunyai kecenderungan menamakan keakraban sebagai tarikan kelompok adalah merupakan satu-satunya factor yang menyebabkan kelompok sesuatu.
Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa factor, yaiu:
a.       Perasaan diterima atau di sukai teman-teman.
b.      Tarikan kelompok
c.       Tekhnik Pengelompokan oleh guru;
d.      Partisipasi/ keterlibatan dalam kelompok.
e.       Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya.
f.       Struktur dan sifat-sifat kelompok. Sedang sifat-sifat kelompok itu adalah:[14]
1)      Suatu multi Personalia dengan tingkatan keakraban tertentu;
2)      Suatu system interaksi
3)      Suatu organisasi atau struktur
4)      Merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama;
5)      Merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku tertentu;
6)      Pola prilaku yang dapat di observasi yang disebut kepribadian.
Akhirnya, Guru dapat memanfaatkan pendekatan kelompok demi untuk kepentingan pengelolaan pengajaran pada umumnya dan pengelolaan kelas pada Khususnya.
3.      Pendekatan Bervariasi
Ketiak Guru dihadapkan kepada permasalahn anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan anak didik yang bervariasi. setiap masalah yang dihadapi oleh anak didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pasa satu sisi anak didik memiliki motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motavasi yang tinggi. Anak didik yang sau bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah Belajar. Sementara sebagaian besar anak belajar, satu atau dua anak tidak ikut belajar. mereka duduk dan berbicara satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.[15]
Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu relative lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkan kembali. Ini sebagian tanda adanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran kurang menjadi efektif. Efesiensi dan efektivitas pencapaian tujuan pun terganggu, disebabkan anak duduku kurang mampu berkonsentrasi. Metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru bisa saja membagi anak didik kedalam beberapa kelompok belajar. Tapi dalam hal ini, terkadang diperlukan juga pendapat dan kemauan anak didik. Bagaimana keinginan mereka masing-masing. Boleh jadi dalam satu pertemuan ada anak didik yang suak belajar dalam kelompok, tetapi ada juga anak didik yang suka belajar sendiri. Bila hal ini terjadi, maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu, belajar dalam kelompok dan belajar sendiri, terlepas dari kelompok . tetapi masih dalam pengawasan dan bimbingan guru.
Permasalah yang dihadap setiap anak didik bisanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat denagn pendekatn bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disipilin dan anak didik yang suka berbicara akan berbeda pemecahananya dan menghendaki pendekatan-pendekatan yang berbeda pula. demikian juga hal nya terhadap anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bias menggunakan tekhnik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus tertentu. Perbedaan dalam tekhnik pemecahan kasus itulah daalm pembicaraan ini didekati dengan “ pendekatan bervariasi”.[16]
Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacaam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam pengajaran dalam berbagai motif, sehingga diperlukan variasi tekhnik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.
4.      Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti dendam, gengsi, ingin ditakuti, da sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan dikelas ketika guru sedang memberikan pelajaran, misalnya, tidak tepat diberikan hukuman dengan cara memukul badannya hingga luka atau cidera. Ini adalah tindakan sanksi hokum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan, karena hal itu bias merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif, Setiap tindakan, sikp, dan perbuatan yang guru lakukan hars bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghagai norma hokum, norma susila, norma moral, norma social, dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanmkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu Contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkan ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris sesuai jenisnya. Demikian juga semua anak laki-laki, berbaris dalam kelompok sejenisnya. Jadi, barisan dibentuk menjadi dua dengan pandangan terarah ke pintu masuk. Di pintu masuk guru berdiri sambil mengontrol bagaimana anak-anak berbaris di depan pintu masuk kelas. Semua anak dipersilahkan masuk oleh ketua kelas. Mereka pun satu persatu menyalami guru dan mencium tangan guru sebelum dilepas. Akhirnya, semua anak masuk dan pelajaran pun dimulai.[17]
Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang telah dilakukan oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris didepan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia. Guru telah membimbing anak didik, bagaimana cara memimpin kawan-kawannya dan anak-anak lainnya, membina bagaimana cara menghargai orang lain dengan cara mematuhi semua perintahnya yang bernilai kebaikan. Betapa baiknya jika semua Sekolah (TK, SD, SLTP) melakukan hal yang demikian itu. Mungkin kewibawaan guru yang dirasakan mulai memudar sekarang ini dapat dimunculkan kembali dan tetap melekat pada pribadi guru. Sekaranglah saatnya mengedepankan Pendidikan kepribadian kepada anak didik dan jangan hanya pendidikan intelektual serta keterampilan semata, karena akan menyebabkan anak tumbuh sebagai seorang intelektual atau ilmuan yang berpribadi kering.
Guru yang hanya mengajar dikelas, beum dapat menjamin terbentuknya kepribadian anak didik yang berakhlak mulia. Demikian juga hal nya dengan guru yang mengambil jarak dengan anak didik. Kerawanan hubungan ini menjadi kendala bagi guru untuk melakukan pendekatan edukatif kepada anak didik yang bermasalah.
   Guru yang jarang bergaul dengan anak didik dan tidak mau tahu dengan masalah yang dirasakan anak didik, membuat anak didik apatis dan tertutup atas apa yang dirasakannya. Sikap guru yang demikian kurang dibenarkan dalam pendidikan, karena menyebabkan anak didik menjadi orang yang introver (tertutup).[18]
Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tingkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. berbagai kasus yang terjadi, selain ada yang dapat didekati dengan pendekatan individual, ada juga di dekati dengan pedekatan kelompok, dan ada pula yang di dekati dengan pendekatan bervariasi. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan kelompok, dan ada pula yang dapat di dekati dengan pendekatan bervariasi. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendektan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan guru harus bernilai edukatif, dengan tujuan untuk mendidik. Tindakan guru karena dendam. Marah, Kesal, Benci, dan sejenisnya bukanlah termasuk perbuatan mendidik, karena apa yang guru lakukan itu menurutkan kata hati atau untuk memuaskan hati.
5.      Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran di Sekolah tidak hanya memberikan satu ata dua macam mata Pelajaran, tetapi teridiri dari banyak mata pelajaran. Semua mata pelajaran itu pada umumnya dapat di bagi menjadi Mata Pelajaran Umum dan Mata Pelajaran Agama. Berbagai Pendekatan dalam pembahasan terdahulu dapat digunakan untuk kedua jenist mata pelajaran ini. Tentu saja penggunaannya tidak sembarangan, tetapi harus di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang di capai.[19]

6.      Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untu menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Bahasa Inggris adalah Bahasa Asing yang pertama di Indonesia yang di anggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, tekhnologi, seni budaya, dan pembinaan hubungan dengan Bangsa-bangsa lain di Dunia.
Dalam rangka penguasaan bahasa inggris tidak bias mengabaikan masalah pendekatan yang harus di gunakan dalam proses belajar mengajar. Kegagalan pengusaan bahasa inggris oleh siswa, salah satu sebabnya adalah kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain factor sejarah, fasilitas dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri.. Kegagalan pengajaran tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena akan menjadi masalah bagi siswa dalam setiap jenjang pendidikan yang dimasukinya. Karena perlu di pecahkan. Salah satu alternative kearah pemecahan masalah tersebut di ajukanlah pendekatan baru, yaitu pendekatan kebermaknaan. [20]  

C.    Pengertian Pendidikan Islam
Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan mendidik dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, bathin dan sebagainya.[21] Pendididkn berasal kata didik, artinya bina, mendapat awalan Pen-, akhiran-an, yang maknanya sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran, dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan.[22]
Firman Allah SWT dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ إِذَا قِيلَ لَكُم تَفَسَّحُواْ فِي ٱلمَجَٰلِسِ فَٱفسَحُواْ يَفسَحِ ٱللَّهُ لَكُم وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُم وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلعِلمَ دَرَجَٰت وَٱللَّهُ بِمَا تَعمَلُونَ خَبِير ١١

Dari pengertian diatas dapat diambil paham dari segi bahasa yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa pendidikan yaitu suatu perbuatan yang baik dalam hal mendidik anak (remaja) dalam pemeliharaan diri baik secara jasmani (badan) maupun rohaninya (bathin), agar menjadi anak yan bertanggung jawab dalam segala tindakan yang di lakukan terhadap masyarakat disekitarnya.
Pengertian pendidikan dari segi bahasa arab adalah suatu usaha untuk menjadikan anak didik merasa nyaman dan menerima ilmu pengetahuan dan dapat mengamalkan, mengembangkan ilmunya dalam kehidupan, baik secara pribadi maupun secara sekelompok terlebih baik di masyarakat yang luas.
Kursyid ahmad berpendapat bahwa dari segi bahasa (etimolgi), education (pendidikan) berasal dari bahasa latin to ex (out) yang berarti keluar, dan decure duc yang berarti mengatur, memimpin, mengarahkan (to lead). Dengan demikian secara harfiah pendidikan berarti mengumpulkn, menyampaikan informasi dan menyalurkan bakat. Pada dasarnya pengertian pendidikan ini terkait dengan konsep penyampain informasi dan pengembangan bakat yang tersembunyi.[23]
Dari pengertian menurut Kursyid Ahmad, bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mengatur, memimpin serta mengarahkan secara positif terhadap anak didik, agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang negativ, yang mencelekakan orang sekelilingnya. Oleh karena itu, seorang pendidik harus harus memiliki kepribadian yang bersifat mendidik, mengasuh, memelihara dan menciptakan suasana yang berbedeaa, dalam artian suasana damai, tentram dan terkendali terhadap anak didik mereka.
Kemudian Bapan pendidikan Nasional, Ki Hajar Dawantara mengatakan bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan Bathin, Karakter), pikiran (intellec) daan tubuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yng kita didik selaras dengan dunianya.[24]
Adapun pengertian Islam berasal dari bahasa Arab aslam, yuslimu, islaman yang berarti berserah diri, patuh dan tunduk. Kata aslama tersebut pada mulanya berasal dari salima yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Dari pengertian demikian secara harfiah Islam dapat diartikan patuh, tunduk, berserah diri (Kepada Allah) untuk mencapai keselamatan.[25]
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran Ayat 85 yang berbunyi:
وَمَن يَبتَغِ غَيرَ ٱلإِسلَٰمِ دِينا فَلَن يُقبَلَ مِنهُ وَهُوَ فِي ٱلأخِرَةِ مِنَ ٱلخَٰسِرِينَ ٨٥

Secara terminologis pengertian Islam tak dapat dilepaskan dari makna kata asal dimaksud. Bila Islam dikaitkan dengan pendidikan, maka penyusunan rumusnya setidak-tidaknya harus dapat menggambarkan unsur makna kata-kata tersebut. Manafikan kenyataan ini akan menjadikan pendidikan Islam kurang lengkap.[26] 
Berdasarkan pengertian pendidikan dan Islam tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama dengan ajaran-ajaran Islam yakni terbentuknya kepribadian seorang muslim yang hakiki.
Untuk lebih jelasnya dikemukakan berikut pengertian pendidikan Islam menurut pandangan beberapa ahli, antara lain adalah:
Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdsarakan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu kerpibadian yang memiliki niali-nilai Agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sedangkan menurut Mustafa Al-Ghulayani berpendapat bahwa Pendidkan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air peunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwnya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan Tanah Air.[27]
Adapun buku metodik khusus pengajaran Agama Islam DEPAG memuat: “Pendidikan Agama di Sekolah berarti suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama”. Sedangkan buku “ Metodik khusus Pendidikan Agama” oleh Zuhairini Dkk membedakan antara Agama dan pengajaran Aama sebagai berikut: Pendidikan Agama berarti; Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. Sedangkan pengajaran Agama berarti: pemberian pengetahuan agama anak agar suapay mempunyai ilmu pengetahuan Agama.[28]
Dari uraian diatas penulis dapat mengambiol kesimpulan bahwa paa ahli didik Islam berbeda pendapt mengenai rumusan pendidikan Islam, ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak manusia, ada pula yang menuntut teori dan praktek, sebagian lagi menghendaki kepribadian muslim dan lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan pola pikir yang berbeda-beda masing-masing setiap manusia yang penting dari masing-masing ahli tersebut.
Namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan, adanya titik persamaan yang secara ringkas dapat di kemukakan sebagai berikut: Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepeda terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.

D.    Hakikat dan Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan bertingkat.[29] 
Oleh karenanya ada beberapa tujuan Islam yang perlu di ketahui, yaitu:
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusian yang meliuputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamildengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seorang muslim yang sudah dididik, walaupun dlam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tigkat tersebut.
Cara yang paling efektif dan efesien mencapai tujuan pendidikan ialah pengajaran. Karena itu pengajaran sering diidentikaakan dengan pendidikan, meskipun kalau istilah ini sbenarnya tidak sama. Pengajaran ialah proses membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti, menguasai, ahli; belum tentu menghayati dan meyakini); sedang pendidikan ialah membuat orang jadi terdidik (mempribadi, menjadi adat kebiasaan). Maka pengajaran Agama seharusnya mencapai tujuan pendidikan Agama.[30]

2.      Tujuan Akhir
Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pad waktu hidup di dunia ini telah berkahir pula.
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa semua di anjurkan untuk berjalan pada jalan Takwa, semua diperintahkan berupaya menunjuk puncak, dan masing-masing selama berda dijalan itu, akan memperoleh anugrah sesuai hasil usahanya.[31]
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah SWT sebagai muslim yang merupakan ujung dari Takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisikan kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses penididikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhri dari proses Pendidikan Islam.[32]
Muhammad Zein mengatakan di dalam buknya Materi Filsafat Pendidikan Islam: kepribadian muslim ini akhirnya tidak akan terlepas dari tiga aspek yaitu Iman, Islam, dan Ihsan, sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadis yng cukup panjang, yaitu ketika Nabi Muhammad Saw kedatangan seorang yang tidak dikenal, yang tidak lain adalah Malaikat Jibril untuk mengadakan test, dan ternyata Nabi dapat menjawab dengan benar.[33] 
 Selain itu, dal RUU tentang sistem pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 menjelaskan: “ Pendidikan Agama merupakan usaha untuk memperkuat Iman dan Ketakwaan terhapa Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan Agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memrerhatikan tuntutan untuk menghormati Agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan Persatuan Nasional”.[34]
Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa tujuan akhri dari pendidikan Islamn adalah membentuk kerpibadian insan yang memiliki Iman, Islam, dan Ihsan dengan membentuk pola Takwa kepada Allah SWT.
3.      Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan  yang akan dicapai setelah anak didik sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum Pendidikan Formal.
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil deagan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukurajn sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran in ilah yang menggambarkan insan kamil itu.[35]
4.      Tujuan operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan diapai dengn sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan dioperkirakan akan mencapai tujuan tertentu di sebut tujuan operasional.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih di tonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah, seperti bacaan dari kaifiyat shalat, akhlak dan tingkah laku. 
Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan Insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk insan kamil yang semakin sempurna (meningkat). Anak sudah harus terampil melakukan ibadat sekurag-kurangnya ibadat wajib, meskipun ia belum memahami  dan menghayati ibadat itu.[36]
Kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam ini, para tokoh mengemukakan pendapat nya sebagai berikut:
Menurut D. Marimba, bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan Islam adalah “ identik dengan hidup setiap muslim”.
Kemudian menurut Ahmad Tafsir bahwa tujuan dari pendidikan tersebut, maka titik tumpunya adalah terkait dengan tujuan yang hendak dicapai.[37]
Untuk itu, sebagai pedoman utamanya dalam menunjang keberhasilan pendidikan, maka pada umumya ayat Al-Qur’an telah banyak memberikan petunjuk yang berisi tentang cara kehidupan manusia lengkap dengan segala tuntunannya. Namun yang menjadi pertanyaanya adalah, apakah yang diceritakan dalam Al-Qur’an itu berupa kejadin yang benar-benar terjadi dan nyata dipraktekkan oleh manusia?
Oleh karenanya Zainuddin, menyebutkan bahwa inti dari tujuan pendidikan Islam adalah “menyiapkan anak-anak supay di waktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat, sehingga terciptannya kebahagian di dunia dan Akhirat.”[38]

E.     Aspek-aspek Pendidikan Islam
Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya memiliki berbagai aspek yang tercakup di  dalamnya aspek tersebut dapat di lihat dari segi cakupan materi didiknya, filsafat, sejarahnya, kelembagaannya, sistemnya dan dari segi kedudukannyasebagai sebuah ilmu.
Dari  segi aspek materi didiknya, pendidikan Islam sekuranng-kurangnya mencakkup pendidikan fisik, akal, agama (Aqidah dan Syariah), akhlak, kejiwaan, rasa keindahan dan sosial kemasyarakatan. Berbagai aspek materi yang tercakup dalam pendidikan Islam tersebut dapat dilihat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta pendapat para ulama.[39]
Dilihat dari  segi kelambagaannya Pendidikan Islam mengenal adanya pendidikan yang dilaksanakan di rumah, mesjid, pesantren, dan madrasah dengan berbagai macam corak dan pendekatannya. Lembaga-lembaga Islam ini dapat dibagi lagi menurut periodesasinya, yaitu lembaga Pendidikan Islam masa Rasulallah SAW, Khulafaur Rasyidin, Umayyah dan di Zaman Abbasiyah dan Andalusia.

F.     Metode Pendidikan Islam
Metode adalah cara yang teratur dan sigtimatis untuk mencapai suatu maksud atau dalam pelaksanaan sesuatu (ilmu Pengetahuan).[40]
Muhammad Atiyah Al-Abrasyi mendefinisikkan metode sebagai jalan yang kita ikuti untuk memberi faham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran dalam segala mata pelajaran. Metode Adalah rencana yang kita buat untu diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas.
Adapun Abdul Al-Rahim Ghunaimah menyebut metode sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan sesuatu kepada Anak didik.
Kemudian Edgar Bruce Wesley juga mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang terarrah bagi guru yang menyebabkan terjadi proses belajar mengajarr, hingga pengajaran menjadi berkesan.[41]
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pendidikan Islam adalah suatu jalan yang harus di lalui di mana faktor iman dan kemampuan bertakwa dalam prilaku pribadi dan sosial, dijadikan pusat  program kurikuler baik di lembaga pendidikan umum maupun keagamaan (Madrasah) dan sebagainya.

G.    Materi Pendidikan Islam
Materi pendidikan adalah seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam aktivitas pendidikan. Perumusan tentang materi pendidikn di dasarkan atas konsep dasar dan tujuan pendidikan. Terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran-ajaran Islam Sebagaimana dikemukakan di atas adalah tujuan dalam pendidikan Islam. Dengan demikian rumusan tentang materi pendidikan dalam Islam adalah seperangat bahan yang dijadikan sajian dalam upaya menumbuhkembangkan atau merancang bangun kepribadian tersebut, maka acuan pkok materi dala Islam, secara garis besar di kelompokkan sebagai berikut:
a.      Landasan konsepsional
Al-Qur’an adalah wahyu dalam arti Ilmu dari Allah, yang di sampaikan kepada manusia melalui Nabi  Muhammad SAW, guna di jadika pedoman dala menata hidupnya di Alam. Kepribadian yang Qur’ani terbentuk seirng dengan penguasaan makna Al-Qur’an. Objektifitas keimanannya. Atas dasar iotu dalam rangka fungsional Al-Qur’an, pengenalan bahasa dan makna serta wawasan tentang Al-Qur’an merupakan materi pokok dalam pendidikan Islam.[42]
Lambang-lambang yang terdapat dalam Al-Qur’an secara totalitas mengandung pengertian, sehingga dalam menyuarakannya, baik bunyi huruf, panjang atau pendeknya, inotasinya dan lagu dalam membacanya, dan lain-lain yang berkaitan dengan Al-Qur’an, didasarkan atas sudut pandang bahwa Al-Qur’an sebagai suatu Ilmu. Membaca Al-Qur’an berarti memindahkan Isinya, sehingga menjadi kesadaran pembacanya. Membaca Al-Qur-an juga berari menginformasikan suatu ilmu kepada pendengarnya.
Bahasa adalah alat  makna. tidak mengenal bahasa tidak akan mengenal makna. Penguasaan bahasa Al-Qur’an merupakan upaya dalam rangka memmfungsikan Al-Qur’an sebagai bacaab ilmiah. Desain materi pengajaran bahasa yaitu bentuk huruf dan bunyi huruf, tata bahasa yang  meliputi Saraf dan Nahwu, serta Balaghoh sastranya.[43]
b.      Sunnah Rasul Sebagai Landasan Operasional
Para Rasul adalah figur Objektif dalam mengembangkan konsepsi ilahiah. Sunnah mereka, dalam arti sikap dan tingkah lakunya adalah pola kongkret dalam operasionalisasi misi ilahiah yang tepat, dan telah terbukti dalam pentas sejarah. Karena itu dalam upaya menumbuhkembangkan sumber daya ilahiah di muka bumi, Sunnah para Rasul sampai kapanpun merupakan landasan operasional yang sekaligus menjadi mukmin dalam melakukan aktivitasnya, baik yang berkaitan dengan pembinaan pandangan maupun pembinaan dan penetapan sikap. Jika tidak maka eksistensi akurasi nilai-nilai ilahiah akan mandul.[44]
Dari pembahasan tentang materi pendidikan Islam tersebut, penulis berkesimpulan bahwa materi pokok yang digunakan berupa Al-Qur’an dan Hadis. Karena kedua sumber tersebut memiliki materi pengajaran yang sangat jelas dalam membentuk kepribadian anak didik yang Islamai. Berlepas dari kedua salah satu ajaran tersebut maka sangat jelas akan menuju jalan yang salah menurut Islam.

H.    Alat Pendidikan
Alat pendidikan menurut Sutari Imam Barnadib ialah suatu tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan di dalam pendidikan.
Alat pendidikan merupakan sesuatu yang harus dipilih, sesuai dengan tujuan pendidikan. Yang jelas alat pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang bersifat konkret saja, tetapi juga berupa nasihat, tuntunan, bimbingan, contoh, hukuman, ancaman dan sebagainya.[45]
Alat pendidikan dapat juga di sebut sebagai sarana atau prasarana pendidikan. Sarana pendidikan terbagi kepada dua bagian yaitu sarana fisik pendidikan dan sarana non fisik pendidikan.

1.      Sarana Fisik Pendidikan
a)      Lembaga Pendidikan
Lembaga atau badan pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia, yang memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Lembaga pendidikan ini dapat berbentuk formal, informal, dan non formal.
Secara formal pendidikan di berikan di Sekolah yang terkait aturan-aturan tertentu, sedangkan non formal diberikan berupa kursus-kursus yang aturannya tidak terlalu ketat, dan yang secara informal pendidikan diberikan di lingkungan keluarga.[46]
b)     Media Pendidikan
Media disini berarti alat-alat/ benda-benda yang dapat membantu kelancaran proses pendidikan, seperti: OHP, Komputer, dan sebagainya.
2.      Sarana Non Fisik Pendidikan
Yaitu alat pendidikan yang tidak berupa bangunan tapi berupa materi atau pokok-pokok pikiran yang membantu kelancaran proses pendidikan. Sarana pendidikan Non Fisik ini terdiri dari:
a)      Kurikulum
Kurikulum merupakan bahan-bahan pelajaran yang harus di sajikan dalam proses pendidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan. Dalam IPI Kurikulum meurpakan komponen yang amat penting karena juga sebagai alat pencapaian tuju8an pendidikan itu.
Selain itu kurikulum yang diberikan di upayakan agar anak didik dapat hidup bahagia di Dunia dan Akhirat.
b)     Metode
Metode dapat di artikan sebagai cara mengajar untuk pencapaian tujuan. Penggunaan metode dapat memperlancar proses pendidikn sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Metode-metode tersebut, seperti: metode Ceramah, Metode Tanya Jawab, metode Hapalan, Cerita, Diskusi, dan lain-lain.
c)      Evaluasi
Evaluai merupakan suatu cara memberikan penilaian terhadap hail belajar murid (anak didik). Evaluasi dapat berbentuk tes dan non tes.
Evaluasi tes dapat berupa: Essay, tes, objektif, dan sebagainya. Sedangkan evaluasi non tes dapat berupa: penilaian terhadap kehadiran, pengendalian diri, nalar, dan pengalaman.
d)     Manajemen
Pengelolaan yang baik dan terarah sangat diperlukan dalam mengelola lem,baga pendidikan agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Pengembangan sistem Pendidikan Islam membutuhkan manajeman yang baik. Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang baik akan memperkuat Pendidikan Islam sehingga Out Put yang di hasilkan akan berkualitas dan dapat menjawab tantangan Zaman.
e)      Mutu Pelajaran
Peningkatan mutu pelajarn tidak terlepas dari peningkatan kualitas tenaga pengajar. Kualitas tenaga pengajar ini dapat di usahakan melalui bimbingan, penataran, pelatihan, dan lain-lain.[47]
Dengan pembahasan tersebut penulis berkesimpulan adalah merupakan suatu tindakan yang dilakukan agar tercapainya tujuan pendidikan, sebagai contoh kerpibadian Rasulallah SAW.
Dizaman Nabi SAW, Islam dan Ummatnya berada dalam posisi yang paling ideal. Karena idealnya tingkah laku kehidupan Nabi SAW oleh Al-Qur’an diberi prediket sebagai “ Uswatun Hasana” contoh telada yang paling bagus.
Dengan sikap dan pribadi beliau yang terpuji, beliau menggunakan pergaulan yang baik kepada para sahabat sebagai alat pendidikan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni “pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”.[48]

Metode penelitian yang dipakai adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya.[49]

Penelitian ini menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Uraian kesimpulan didasari oleh angka yang diolah tidak secara terlalu dalam. Kebanyakan pengolahan datanya didasarkan pada analisis persentase dan analisis kecenderungan.




B.     Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 1 orang guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kabupaten Banjar. Objeknya adalah Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran serta faktor yang mempengaruhinya.

 

C.    Data dan Sumber Data

1.      Data

a.      Data Pokok

1)      Data tentang Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menciptakan keaktifan siswa pada pembelajaran PAI, yang meliputi:

a)      Pendekatan Individual.

b)      Pendekatan Kelompok

c)      Pendekatan Bervariasi

d)     Pendekatan Edukatif

e)      Pendekatan Keagamaan

f)       Pendekatan Kebermaknaan 

2)      Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menciptakan keaktifan siswa pada pembelajaran PAI.

a) Guru.
b) Siswa.
c) Sarana dan prasarana.
b. Data Penunjang
1) Sejarah berdirinya Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur.
2) Keadaan guru dan siswa.
3) Sarana dan prasarana sekolah.
2. Sumber Data
a. Responden, yaitu 1 orang Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur  Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
b. Informan, yaitu kepala sekolah dan staf Tata Usaha.
c. Dokumen, yaitu catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti.

 

D.    Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut:

1.      Observasi. Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung di lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Di antaranya mengenai Pendekatan yang di gunakan dalam proses belajar mengajar pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam, mengamati situasi dan kondisi sekolah serta hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.      Wawancara. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data penunjang. Penulis mengadakan tanya jawab langsung secara lisan kepada kepala sekolah, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan staf tata usaha.

3.      Dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk menggali data-data melalui catatan-catatan atau arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.1. Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

No.
Jenis Data
Sumber Data
TPD
1
Data pokok:
a. Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran PAI
1) Pendekatan Individual.
2) Pendekatan Kelompok
3) Pendekatan Bervariasi
4) Pendekatan Edukatif
5) Pendekatan Keagamaan
6) Pendekatan Kebermaknaan
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan Pendekatan Pembelajaran PAI.
1) Guru
2) Siswa
3) Sarana dan prasarana.

Guru, siswa, dan dokumen.







Guru, siswa, dan dokumen.


Observasi, dan wawancara.







Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2.
Data Penunjang:
Gambaran umum lokasi penelitian
a. Sejarah berdirinya sekolah.
b. Keadaan guru, dan siswa.
c. Sarana dan prasarana sekolah.
Kepala sekolah, staf TU dan dokumen.
Observasi, wawancara, dan dokumentasi.


E.     Teknik Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan teknik sebagai berikut:

1.      Editing, yaitu penulis mengecek kembali data-data yang sudah terkumpul, apakah masih ada yang kurang atau belum terjawab dari teknik pengumpulan data yang telah dilaksanakan.

2.      Klasifikasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengklasifikasikan data sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan.

3.      Interprestasi Data. Kegiatan ini dilakukan untuk menafsirkan data-data yang disajikan.


F.     Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini semua data yang digali di lapangan akan diuraikan dalam bentuk data kualitatif dan analisis dengan cara deskriptif kualitatif, kemudian mengambil kesimpulan dengan metode induktif yaitu yang bersfat khusus kemudian dibuat kesimpulan bersifat umum.


G.   Prosedur Penelitian
Ada beberapa tahapan yang akan dilalui dalam penelitian ini, yaitu:
1.      Tahap Pendahuluan
a. Penjajakan awal ke lokasi penelitian.
b. Berkonsultasi dengan pembimbing dan mengajukan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
a. Melaksanakan seminar proposal.
b. Revisi proposal dan meminta surat perintah riset.
c. Menyampaikan surat riset kepada pihak-pihak yang berwenang.
3. Tahap Pelaksanaan.
a. Menghubungi responden dan informan untuk menggali data.
b. Pengumpulan data di lapangan.
c. Pengelolaan dan analisis data.
4. Tahap Penyusunan Laporan. Pada tahap ini, penyusunan laporan berdasarkan hasil penelitian yang telah ada ditulis dalam bentuk skripsi, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing skripsi untuk dikoreksi dan diadakan perbaikan, selanjutnya diperbanyak dan dibawa ke sidang munaqasyah skripsi untuk dipertahankan.




BAB IV
PENYAJIAN DATAN DAN ANLISIS DATA
A.    Gambaran Umum lokasi Penelitian
1.      Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
Sekolah dasar Negeri Rantau Bujur terdaftar dengan Nomor Statistika Sekolah 1001150114009 Nomor Induk Sekolah 100090. Beralamat dijalan Ir. Pangeran Muhammad Noor Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Didirikan pada tahun 1993, dengan Status Negeri. Berdiri diatas lahan seluas 4000 M2, dengan status  milik sendiri, dengan luas bangunan 753 M3, dengan status milik sendiri, dan luas bangunan 753 M3, semi permanen.
Adapun yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah:
Tabel 4. 1 : Pejabat Kepala Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
Nama
Periode Tahun
1.
Mahlan
1993-2002
2.
Ghazali Rahman
2002-2003
3.
Syarwani, A. Ma
2003-2005
4.
Suyatna
2005-2010
5.
Pahlina, S. Ag
2010 s/d Sekarang
6.
Adriansyah Effendi, S. Pd
2011 s/d Sekarang
Sumber: tata usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur 2013
2.      Jumlah Guru
Guru termasuk tata usaha dan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur pada Tahun ajaran 2012/ 2013 berjumlah 9 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
 Tabel 4. 2: Jumlah Guru Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
Nama 
Pendidikan
Jabatan
1.
Adriansyah, S. Pd
S1 Unlam
Kepala Sekolah
2.
Saipulah
SMA
Komite
3.
Abdul Basit
SMA
Bidang Kurikulum
4.
Supardi
D2
Bidang Kesiswaan
5.
Arbainah
D2
Bidang Sarpras
6.
Mursidah
D2
Bidang Humas Rahmi
7.
Ani Nurita, S. Pd
S1 Unlam
Guru Kelas II
8.
Desi Elasanti
SMA
Guru Kelas III
9.
Pahlina
D2
Guru Kelas I-IV
Sumber: tata usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Tahun 2013
3.      Jumlah guru dan siswa
Adapun jumlah siswa sebanyak 175 orang, yang tersebar pada 6 Kelas, dengan perincian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 3: keadaan siswa Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
I
16
14
30
2.
II
15
13
28
3.
III
16
12
28
4.
IV
13
13
26
5.
V
10
20
30
6.
VI
15
11
26
Jumlah
92
83
175
Sumber: Tata Usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Tahun 2013
4.      Fasilitas Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur memiliki beberapa Fasilitas yaitu:
Tabel 4. 4: Fasilitas Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
Nama Barang
Jumlah
Kondisi
1.
Ruang Kelas
7 Buah
Baik
2.
Ruang Perpustakaan
1 buah
Baik
3.
Ruang Kepala Sekolah
1 buah
Baik
4.
Ruang guru dan TU
1 buah
Baik
5.
WC Guru
1 buah
Baik
6.
WC Siswa
2 buah
Baik
7.
Mushalla
1 buah
Baik
8.
Ruang UKS
6 buah
Baik
9.
Komputer dan Printer
2 Set
Baik
Sumber: Tata Usaha Sekolah Dasar Negeri  Rantau Bujur Tahun 2013
5.      Visi dan Misi Sekolah
Visi yang di emban Sekolah ini adalah Iman, Takwa, Cerdas, Kreatif, dan Inovatif.
Visi yang ingin di capai Sekolah ini:
a.       Terwujudnya anak didik yang cerdas, Terampil dan Berbudi Luhur Berdasarkan Iman dan Takwa.
Misi yang ingin di capai Sekolah ini adalah:
a.       Meningkatkan Pendidikan yang bermutu.
b.      Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran Secara Efektif dan Efesien.
c.       Menerapkan Disipilin Terhadap Siswa Sebagai Elemen Sekolah.
d.      Menumbuhkembangkan Suasana Kehidupan yang Akrab dan Bersahabat Berdasarkan Norma.
e.       Menyelenggarakan Program Pendidikan yang Senantiasa Berakar Pada Nilai Agama, Adat Istiadat, dan Budaya Masyarakat yang Bermoral.
Tujuan Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur:
a.       Dapat Meningkatkan Prestasi Didik di Bidang Akademik dan IMTAQ.
b.      Terwujudnya Iklim Belajar yang Menyenangkan.
c.       Mempersiapkan Siswa untuk Melanjutkan Pendidikan Pada Jenjang yang Lebih Tinggi.
d.      Mempersiapkan Siswa untuk Melanjutkan Pendidikan pada Jenjang yang Lebih Tinggi.
e.       Menghargai dan Menghormati Sesama di Lingkungan Sekolah, Keluarga dan Masyarakat yang Berbeda Agama, Budaya, Suku Bangsa dan Status.

B.     Penyajian Data
1.      Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur.
Berdasakan hasil wawancara dengan responden tentang keaktifan siwa dalam mata Pelajaran PAI, yang meliputi:
a.       Pendekatan Individual
b.      Pendekatan Kelompok
c.       Pendekatan Bervariasi
d.      Pendekatan Edukatif
e.       Pendekatan Keagamaan
f.       Pendekatan Kebermaknaan
Keenam proses diatas dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a.       Pendekatan Individual
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI yang melaksanakan Proses Pendekatan Individual dengan siswa ketika berada didalam kelas maupun diluar kelas, ketika didalam kelas guru mata pelajaran PAI dikelas V dengan jumlah muridnya 30 orang, dalam hal menjalin Pendekatan Individual dengan siswa, guru melakukakannya dengan baik, karena guru menyadari pentingnya proses Pendekatan Individual antara guru mata pelajaran PAI dengan anak didiknya yang berada di Kelas V agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Pendekatan Individual sangat diperlukan untak melihat perkembangan anak dan memajukan pelajaran PAI, Tanpa Pendekatan Individual pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Hasil yang ingin dicapai pun tidak memenuhi standar penilaian yang sudah ditentukan.
b.      Pendekatan Kelompok
Dari hasil Observasi dan Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam  diketahui bahwa guru PAI bahwa Dalam melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kelompok, dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan tujuan untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan cara bergotong royong. Sebagai Metode, Pendekatan kerja kelompok dipakai guru Pendidikan Agama Islam untuk mencapai macam-macam tujuan di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur. Karena di dalam prakteknya Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur  di dalam prakteknya menggunakan pendekatan Kerja kelompok yang cukup baik.
c.       Pendekatan Bervariasi
Dari hasil observasi dan wawacara di ketahui bahwa Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur, dalam kegiatan belajar mengajar guru membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar dan terkadang memperhatikan juga pendapat dan kemauan anak didik. Karena permasalahan yang dihadapi setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatannya pun akan lebih tepat bila menggunakan pendekatan bervariasi.
d.      Pendekatan Edukatif
Dari hasil observasi dan wawancara di ketahui bahwa guru PAI dalam melakukan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk  mendidik  dilakukan cukup baik. Karena Guru PAI menyadari bahwa sikap dan perbuatan yang ia lakukan harus bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didiknya dengan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
e.       Pendekatan Keagamaan
Dari  hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa Pendidikan dan pengajaran di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur dalam melaksanakan proses belajar mengajar tidak hanya menggunakan metode satu atau dua macam saja dalam melaksanakan Proses belajar mengajar teapi guru PAI Menggunakan penggabungan beberapa pendekatan dalam membimbing dan membina jiwa keagamaan anak didik. Pendekatan keagamaan Dapat membantu anak didik menumbuhkan jiwa Agama yang kuat di dalam diri anak didik, yang pada akhirnya nilai-nilai Agama dapat mereka yakini, pahami, hayati, dan di amalkan mereka selama hayat para anak didik di kandung badan.
f.       Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur menggunakan Bahasa yang baik dalam proses belajar mengajar. Guru PAI Menyadari Penggunaan Bahasa yang baik sebagai alat untuk mengungkapkan makna yang di wujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosakata) akan mudah dipahami jika cara penyampaian bagus dan mudah dimengerti oleh anak didik, karena hal demikian berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, Pikiran, pendapat dan perasaan).     
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio.
a.       Guru
Faktor guru yang mengajar dengan indikator pengalaman, dan latar belakang pendidikan. Guru yang melaksanakan Penerapan Pendekatan dalam pembelajaran PAI Dengan Pelaksanaan Program Pendekatan Individual, Pendekatan Kelompok, Pendekatan Bervariasi, Pendekatan Keagamaan dan Pendekatan Kebermaknaan untuk menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pengalaman guru mengajar 10 Tahun menjadi Guru, dan pendidikan yang ditempuh adalah D2 IAIN Antasari Banjarmasin. Pengalaman kerja sangat penting bagi seorang guru. Guru yang banyak memiliki pengalaman kerja di sekolah, dia akan mudah melaksanakan tugasnya, karena pengalaman tersebut dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang banyak mempunyai pengalaman kerja sebagai guru, dia akan dapat memberikan bimbingan kepada siswanya. Masa kerja atau lamanya kerja seorang guru juga cukup mempengaruhi kecakapan dan keahlian dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Karena ilmu dan pengetahuan saja tidak cukup tanpa ada pengalaman kerja. Melalui pengalaman akan menambah kematangan dalam mengerjakan sesuatu serta dari pengalaman tersebut dapat mengimbangi antara kenyataan yang dihadapi saat melaksanakan tugas dengan ilmu yang didapatnya.
b.      Siswa
Minat siswa dilihat dari kerajinan/ keaktifan mengikuti pelajaran dan perhatian selama mengikuti pelajaran PAI. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi terlihat semuanya aktif dan memperhatikan dengan baik setiap materi yang dijelaskan oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
c.       Sarana Prasarana
Berdasarkan hasil observasi dari wawancara, fasilitas yang digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran PAI Hanyalah ruang kelas dan buku-buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

C.    Analisis Data
Dari data yang telah di sajikan tentang penerapan pendekatan pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pretasi belajar anak didik di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, maka penulis menganalisa yang sesuai dengan teori yang ada.
Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur yang menerapkan beberapa pendekatan-pendekatan dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan prestasi Belajar anak didik, dapat diketahui bahwa beliau melakukannya cukup baik seperti melakukan pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan kebermaknaan dan pendekatan Keagamaan dalam proses belajar mengajar di Kelas, dapat diketahui juga bahwa guru PAI terlebih dahulu melakukan penyusunan program sebelum diajarkan kepada siswa  secara semaksimal mungkin, misalnya dengan menyusun program bahan pelajaran setiap harinya.
Dari hasil observasi dan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam, beliau menyatakan bahwa dengan melakukan pendekatan-pendekatan terhadap Muridnya di dalam kelas dapt meningkatkan mutu pembelajaran dan membuat anak didik merasa di hargai oleh gurunya yang akan berperan penting mempengaruhi nilai anak didiknya, dengan melakukan beberapan pendekatan-pendekatan bisa meningkatkan motivasi anak untuk belajar Pendidikan Agama Islam secara otomatis pencapaian yang ingin di capai pun menjadi sempurna.
1.      Pelaksanaan Penerapan Pendekatan Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupatan Banjar.


a.       Pendekatan Individual
Dari data yang telah penulis kemukakan dapat dijelaskan bahwa:
Data yang didapat pada saat penelitian diketahui bahwa guru mata pelajaran PAI mampu dalam berinteraksi baik dengan murid-muridnya pada saat jam pelajaran dengan menggunakan pendekatan Inidvidual. Hal tersebut dilakukan agar tercapainya tujuan yang diinginkan dengan maksimal dan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran serta memudahkan guru dalam menentukan pelajaran yang diajarkan. Dengan mengalokasikan waktu untuk berinteraksi dengan menggunakan Pendekatan Individual terhadap anak murid, guru mampu membagi mata pelajaran yang diajarkan kapan pelajaran itu diajarkan dan ruang mana pelajaran itu akan diajarkan pada suatu kelas tertentu serta mampu menyelesaikan pelajaran yang sudah direncanakan yang diajarkan dengan baik.
            Dari hasil penelitian observasi, proses interaksi antara guru mata pelajaran PAI dengan murid-murid yang berada di kelas  tersebut guru dapat menjalin proses interaksi dengan menggunakan Pendekatan individual dengan baik dan efektif selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
            Berdasarkan sumber-sumber tersebut  dapat ditetapkan dan dikembangkan proses interaksi dengan menggunakan pendekatan individual untuk meningkatkan kompetensi dasar anak-anak murid  Dalam mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menyelesaikan Pembelajaran secara Efektif berlangsung cukup baik.
Tetapi setelah penulis melakukan observasi dan melihat dokumen ternyata tidak semua guru mampu menjalin interaksi dengan menggunakan pendekatan individual yang baik kepada murid-muridnya.
Dari 1 orang guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V yang penulis teliti guru tersebut mampu menjalin proses interaksi dengan menggunakan pendekatan individual yang baik dengan murid-muridnya yang berada di kelas V.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Guru tersebut memberikan pelajaran sesuai dengan indikatornya dengan metode yang baik, karena guru tersebut mampu menjalin Pendekatan dengan interaksi yang baik dengan murid-muridnya sehingga hasil yang ingin di capai memuaskan untuk kemajuan para murid-muridnya yang berada di Kelas V. karena hal tersebutlah dapat dikatakan bahwa guru PAI mampu membuat proses Pendekatan Individual untuk menjalin Interaksi dengan baik selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan dari hasil observasi, dengan mempersiapkan materi pelajaran terlebih dahulu akan mempermudah guru dalam mengajar untuk melakukan pendekatan dan berinterkasi dengan murid untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan mempersiapkan materi sebelum mengajar akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan Melakukan pendekatan Individual untuk menjalin proses interaksi antar guru dan murid bisa berjalan dengan lancar sesuai yang di inginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengjar di Kelas V mampu dalam menentukan metode pembelajaran sehingga dalam melakukan pendekatan guru melakukan proses interaksi agar dalam proses pembelajaran antara guru dan murid-murid terjalin dengan baik, hal tersebut memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran yang diajarkan dan siswa dengan mudah memahami pelajaran, dan metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan penugasan. Dengan menggunakan metode ceramah akan mempermudah guru dalam menyampiakan materi yang sudah disusun sebelum mengajar, dengan metode diskusi guru dapat mengetahui sejauh mana kekompakan siswa dalam mengerjakan tugas secara berkelompok dan menggunakan metode penugasan untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam menerima pelajaran yang sudah diajarkan dan melatih siswa untuk belajar serta mengingat kembali tentang pelajaran yang sudah dipelajari.

b.      Pendekatan Kelompok
Dari hasil observasi dan wawancara diketahi bahwa guru PAI Melakukan pendekatan Kelompok yang baik terhadap anak didiknya di Sekolah Dasar Negeri Rantau, dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersebdiri, dengan adanya pendekatan kelompok peserta didik lebih mudah memahami pelajaran serta tujuan pembelajarannya sesuai yang diinginkan.
Kemampuan guru dalam proses Pendekatan kelompok ini sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar dan penyampaian sumber belajar. Dengan cara tersebut akan mempermudah proses pembelajaran sesuai target yang diinginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata Pelajaran PAI mampu melakukan pendekatan kelompok dengan baik selama proses pembelajaran. Dengan pendekatan kelompok yang baik guru dapat menyalurkan pikiran, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar dan membantu memudahkan pemahaman siswa dalam menentukan dan memahami konsep atau materi yang disampaikan serta dapat juga menghantarkan siswa ketingkat pemahaman yang lebih tinggi.
c.       Pendekatan Bervariasi
Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru PAI dalam melakuka pendekatan bervariasi, guru dalam mengajar menggunakan berbagai macam variasi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. karena guru menyadari permasalahan yang dihadapi setiap anak berbeda-beda karena itu diperlukan pendekatan bervariasi. pendekatan bervariasi yang dilakukan guru bias diakatkan cukup baik
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajar di Kelas V guru mempunyai kemampuan Pendekatan bervariasi yang baik dalam melakukan proses belajar mengajar. Sehnngga proses belajar mengajar berjalan efektif sesuai dengan perencanaan sebelumnya. 
Dari hasil wawancara dengan guru mata Pelajaran PAI Kelas V, pendekatan Pepleksi dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI kelas V adalah menggunakan metode dengan pengajaran reguler, guru mengelompokkan siswa sesuai dengak kemampuan para siswanya, para siswa mempunyai posisi yang sama, walaupun setiap siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk memahami suatu materi pelajaran. Jaid untuk siswa yang lamban dalam belajar diberikan perhatian khusus dengan kegiatan yang berbeda dari siswa yang cepat dalam menerima pelajaran.
d.      Pendekatan Edukatif
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Melakukan pendekatan Edakatif yang baik dalam hal prose belajar mengajar dikelas.
karena guru PAI Menyadari Perkembangan kognitif anak dalam proses Eksplorasi bertujuan untuk mengembangkan bahasa, daya pikir dan keterampilan anak didik.
Dalam tahap ini, anak mengembangkan keterampilan, bahasa dan daya ingatnya, untuk itu dalam memberikan pelajaran pada Anak Kelas V Sekolah Dasar sangat perlu perhatian dari guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya kegiatan Pendekatan edukatif melalui proses Eksplorasi belajar mengajar ini sangat memudahkan bagi anak didik untuk mengingat, mengucapkan dan menjawabnya ketika ada pertanyaan yang diajukan kepadanya. Maka dari itu sangat efektif digunakan dalam meningkatkan perkembangan daya pikir, barbahasa dan keterampilan anak dalam proses belajar mengajar pada anak didik Kelas V Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PAI Kelas V, dalam hal Pendekatan Edukatif melalui proses eksplorasi guru mata pelajaran PAI Sangat memperhatikan hal ini, eksplorasi para siswa di kelas V di dukung sepenuhnya oleh Guru Mata Pelajaran Agama Islam , dengan cara mengungkit kemampuan siswa dari dalam agar bisa ia eksplor dari dalam dirinya. setiap memasuki kelas guru PAI Bertanggung jawab mengungkit, menumbuhkan, dan menyalurkan kemampuan para siswanya sesuai kapasitas anak didiknya yang berada di kelas V dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal Eksplorasi guru PAI Kelas V Sudah melakukannya dengan baik. Ia menyadari pentingnnya kemampuan para siswa nya di eksplor agar kapasitas anak didiknya bertambah bagus dan meningkat.
e.       Pendekatan Keagamaan
Dari Hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur, melakukan Pendekatan Keagamaan yang sangat baik. Guru PAI Menyiapkan langkah seperi memilih metode mengajar dan alat pelajaran yang akan di pakai dengan tujuan untuk menambah Kapasitas para siswa dalam Memperdalam keagamaan anak didik. Melalui pendekatan keagamaan diharapkan akan menambah keimanan para anak didik dan memperkokoh Kekuatan jiwanya untuk selalu berpegang teguh pada ajaran agama. Hasil yang diperoleh melalui pendekatan keagamaan ini cukup memuaskan guru Pendidikan Agama Islam.
Dengan pendektan keagamaan sangat membantuk guru untuk memperkuat keimanan pra anak didik dan menanamkan nilai-nilai Agama supaya bias dihayati, diayakini, di pahami, dan di amalkan oleh para anak didik di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio.
f.       Pendekatan Kebermaknaan
Dari hasil wawancara dan Observasi di ketahui bahwa, dalam haal penguasaan Bahasa Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur bias dikatan Baik. Karena Kemampuan Guru pendidiikan Agama Islam yang mumpuni dalam menjalin komunikasi dengan anak didik.
Dari Hasil Observasi dan wawancara dengan anak murid, mereka mengatakan kemampuan Guru PAI dalam berbahasa ketika melakukan proses belajar mengajar bias dipahami mereka cukup baik.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan Paikem untuk menciptakan keaktifan siswa dalam Pembelajaran PAI
a.       Guru
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh keberhasilan guru dalam mengelola proses belajar mengajar di Sekolah untuk meningkatkan tingkat produktifitas dan prestasi anak didik dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasatis Guru untuk pengelolaan kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode yang efektif untuk keberhasilan proses belajar mengajar.
Dari uraian diatas, sehubungan dengan tugas dan wewenang tenaga kependidikan sebenarnya dari segi realisasi kegiatan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam Kelas V di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur  Dapat dikatakan baik.


b.      Siswa
Pendidikan hendaknya di desain bagi siswa atau peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan mengalami perkembanannya. Setiap peserta didik mempunyai kebutuhan dan mengalami perkembangan yang tidak sama sehingga Sekolah perlu menyelenggarakan berbagai program sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya. Agar program yang telah di susun, guru yang telah diangkat, dan sarana prasarana dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, maka peserta didik perlu di menej sedemikian rupa sehingga tujuan yang diinginkan Sekolah dapat di capai secara efektif dan efesien.
Manajemen kesiswaan pada dasarnya membahas tentang perencanaan kesiswaan, peneriman siswa baru, pengorganisasian siswa, orientasi siswa, pembinaan dan pelayanan siswa, organisasi siswa, penilaian siswa, mutasi dan almuni. Inilah sebenarnya cakupan yang akan dibahas dalam bidang kesiswaan.
Dari uraian diatas, kalau menghubungkan dengan program kesiswaan yang dibuat oleh bagian kesiswaan, ternyata program kesiswaan banyak sekali komponen kegiatannya dan seandainya program tersebut teraktualisasi semua dan dikelola dengan baik dan profesional. SDN Rantau Bujur akan menjadi sekolah yang diperhitungkan kualitasnya di Kabupaten Banjar.

c.       Sarana Prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, multi media, serta alat-alat dan media pengajaran yang lain. Sarana belajar mengajar yang ada di SDN Rantau Bujur yaitu: a. ruang Kepala Sekolah 1 buah, b. Ruang Dewan Guru 1 Buah, c. ruang Tata Usaha 1 Buah, d. Ruang Kelas 6 Buah, e. Ruang Perpustakaan 1 Buah, F. Mushalla 1 buah, g. WC 2 guru 1 Buah, h. WC Murid 4 Buah.
Dari gambaran diatas tentang sarana prasarana di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur  Kabupaten Banjar belum sepenuhnya memenuhi kreteria dari sebuah manajemen pendidikan berbasis Sekolah dan Standar dari pengembangan Sekolah Dasar



   




BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
Dari Hasil Penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Penerapan pendekatan pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur dilaksanakan dengan Pendekatan Individual, Pendekatan kelompok, Pendekatan Bervariasi, Pendekatan Kegamaan dan Pendekatan Kebrmakanaan dilaksanakan cukup Baik di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar .
2.      Faktor yamg mempengaruhi Penerapan Pendekatan Pembelajaran Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Rantau bujur adalah faktor guru, siswa dan sarana prasarana. Faktor guru meliputi pengalaman mengajar yang baik, latar belakang pendidikan yang sesuai, dan metode yang tepat. Faktor siswa dengan indikator keaktifan dan perhatian siswa yang cukup baik, sedangkan sarana prasarana fasilitas kurang mendukung terhadap kegiatan proses belajar mengajar.



B.     Saran
Sebagai penutup skripsi ini, penulis menyarankan sebagai berikut:
1.      Guru dapat kiranya memperhatikan secara maksimal akan perkembangan anak terutama tentang membuat perencanaan pembelajaran.
2.      Diharapkan kepada guru-guru mata pelajaran agar meningkatkan kinerja mereka dalam membuat perencanaan pembelajaran agar terwujudnya mutu pendidikan yang mempunyai standar Nasional bahkan Internasional.





[1] Anonim 1, Orgensi Pendidikan Islam Dalam Membina dan Pembinaan Islam Dalam Pembangunan Kepribadian, http:// makalah/ artikel, blogspot. com/2014/04/html.2014
[2]Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), h. 33.
[3]Sriyono, et.al., Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 43.
[4]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 11.
[5]Saliman dan Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 211.
[6] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h, 32
[7] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h, 32-34
[8] Ibid, h, 37
[9] Philip H. Coombs, Apakah Pendidikan itu, (terjemahan), ( Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1982), h, 1-3
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h, 53
[11] Ibid, h, 53
[12] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h, 55
[13] Ibid, h, 56
[14] Ibid, h, 56
[15] Ibid, h, 57
[16] Ibid, h, 57
[17] Ibid, h, 58
[18] Ibid, h, 60
[19] Syaiful Djamaran, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h, 68
[20] Ibid, h, 69
[21] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h, 291
[22] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h, 53
[23] Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h, 289
[24] Abdullah Nata, Metedologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), 289
[25] Ibid, h, 23                                                  
[26] H. Jalaluddin, Teologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h, 68
[27] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) I, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h, 10
[28] Muhammah Zein, Methodologi Pengajaran Agama, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h, 166
[29] Zakiah Daradjat, Dkk,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h, 29
[30]Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 2, (Bandung: CV Pustaka Setai, 1997), h, 41
[31] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keterangan Al-Qur’an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h, 168
[32] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 2, Lot. Cit.
[33]Hamdani Ihsan & A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), h, 70
[34] Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: CV. Amiscco, 1996), h, 50
[35]Zakiah Daradzat, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Op. cit, h, 32
[36] Ibid, h, 78
[37] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), h, 163
[38] Zainuddi Dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h, 48
[39] Abudin Nata, Methodologi Studi Islam, Op. Cit. H, 293
[40] W. J. S. Poerwandarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), Op. Cit., h, 767
[41] Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h, 53
[42] Ibid, h, 55
[43] Ibid, h, 57
[44] Mch, “Pendidikan Islam Kontemporer”, http//www. Materi Pendidikan. Com/2014/05/09/op.html/top
[45] Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Op. cit, h, 57
[46] Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Op. cit, h, 59
[47] Imam Bawawi MA, Segi-segi Pendidikan Islam, (Surabaya: Al- Ikhlas, 1987), h, 14
[48]Azwar Saifuddin, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 5.
[49]Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 44.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar