Kamis, 26 Oktober 2017

humanistik bab 1 dan bab 3



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat di definisikan sebagai prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. [1]
Teori belajar humanistic lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada teori seperti apa adanya yang bias kita amati dalam dunia keseharian. Teoti apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori humanistik , belajar di anggap berhasi jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri meraka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam padangan Islam Pendidikan mendapatkan perhatian yang sangat besar, sebagaimana Firman Allah SWT Dalam Surah Al-Mujadalah Ayat 11 sebagai berikut:
.......يَرْفَع الله الَّذِينْ ءَاَمَنُوْ مِنْكُمْ وَالَّذِ يْنَ آُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَاتَ........
Mungkin ada diantara kita  yang kurang menyadari bahwa Pendidikan adalah dari kehidupan manusia. Pendidikan yang berkualitas akan membawa perubahan yang besar dalam pola hidup manusia. Indonesia yang teridiri atas ribuan pula masih banyak anak bangsa yang belum terjamah oleh pendidikan, apalagi pendidikan yang berorientasi pasar global.
Teori belajar humanistic adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.[2]
    Padahal, pada hakikatnya, pendidikan dilaksanakan bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai, melainkan memberikan pengarahan kepada setiap orang agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai dengan kaidah-kaidah dan sprit keilmuan yang dipelajari.[3] 
            Tercapainya prinsip tersebut tentunya sangat berhubungan erat dengan tugas guru sebagai tenaga pendidik. Seorang guru harus benar-benar mampu memberikan penjelasan mengenai tujuan pendidikan dan cara bersikap yang semestinya. Sebab, mendidik adalah kegiatan memberi pengajaran kepada peserta didik, membuatnya mampu memahami sesuatu, dan dengan pemahaman yang dimilikinya, ia dapat mengembangkan potensi dirinya dengan menerapkan sesuatu yang telah dipelajarinya.
            Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi / cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep penadangan hidup mereka.
            Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten berdasarkan pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin tercapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal  mungkin melalui proses kependidikan, karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
            Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan kesuksesan dalam proses tersebut tak bisa lepas dari peranan dan buah karya sang guru. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajarnya. Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan persekolahan. Masyarakat dari yang terbelakang sampai yang paling maju, mengakui bahwa guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab seorang guru, serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk merumuskan tugas guru yang beramanah.
            Dalam konteks Negara, ada tiga tujuan pendidikan. Ketiganya adalah sebagai berikut:
            Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1985, pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengatahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
            Dalam Tap MPR No. II / MPR / 1993 disebutkan bahwa pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti Luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional, serta sehat jasmani dan rohani.
            TAP MPR No. 4 / MPR / 1975 menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membangun dibidang pendidikan yang didasarkan atas falsafah Negara Pancasila yang diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berpancasila sekaligus membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, bisa menyuburkan sikap demokratis dan tenggang rasa, mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggidan disertai budi pekerti yang luhur, serta mencintai Bangsa dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945 Bab II (Pasal 2, 3, dan 4).
            Ketiga penjelasan mengenai tujuan pendidikan  tersebut setidaknya memberi gambaran singkat kepada kita bahwa pendidikan dilaksanakan tidak hanya untuk melahirkan generasi-generasi yang berbudi luhur, yang merupakan cerminan dari kcerdasan itu sendiri.
            Hal tersebut juga dijelaskan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat 3 :”Guru adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Selain itu, tugas yang lain bersifat pendukung yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah”. Sebagai guru harus mempunyai jiwa yang tulus dan ikhlas guna tercapainya proses pendidikan yang lebih baik di hari esok. Apalagi guru yang membidangi tentang Pendidikan Agama Islam.
            Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswanya dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang diri yang lain. Banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Yang terpenting adalah bagaimana membawa peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. [4]
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau sprit selama proses pembelajaran humanistic adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Peserta didik sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa mampu mamahi potensi diri, mengembangkan potensi dirinya, secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negative.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajarnya. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah merumuskan tujuan belajar yang jelas, mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar ynag bersifat jelas, jujur dan positif. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupana siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri, mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri, siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang dinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan, guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normative tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya, memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya, dan evaluasi yang diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola piker, perilaku dan sikap atas kemaun sendiri.
Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena social. Indicator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang dan bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola piker, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak orang   -orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat di definasikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Teori belajar humanistic adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Tokoh penting dalam dalam teori belajar humanistic secara teoritik antara lain Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan carl Rogers.
Aliran humanistic mucul pada Tahu 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristic. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus menerus mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat tentang manusia.
Pengertian humanistic yang beragam membuat batasan-batasan aplikasiya dalam dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanism menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsur manusianya. Humanism lebih melihat sisi perkembangan kepribadian manusia di bandingkan berfokus pada ketidaknormalan atau sakit. Manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari sakit tersebut, sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangkan oleh teori humanisme.
Banyak hal yang pada perkembngannya memunculkan suatu aliran atau paham baru. Begitu pula dengan ilmu psikologi. Pada tahun 1950-an, muncul sebuah aliran baru dalam psikologi yang disebut dengan humanistik  dengan akar pemikira dari kalangan eksistensialisme. Humanistik ditandai dengan munculnya beberapa tokoh yang secara khusus mengkaji tntang berbagai keunikan manusia seperti harapan, cinta, kesehatan, kreatifitas, dan lain sebagainya.
Aliran humanistik dipandang sebagai “ kekuatan ketiga” karena berkembang sebagai reaksi atas adanya aliran psikolanalisis dan behaviourisme. Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan p[ilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.
Salah satu aliran psikologi yang mmpunyai peran daolam dunia pendidikan nyaitu psikoloogi humanistik. Psikologi humanistik banyak memberikan sumbangsih terutama dalam pendidikan alternatif. Pendidikan humanistik berusaha mengembangkanpotensi yang ada pada diri manusia secara maksimal. Setiap aspeknya dari muali aspke emosional, social, mental, dan ketermpilan dalam berkarier menjadi fokus dalam pendidikan humanistik.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari pross belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. [5]
Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif, pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukana kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau klemampuan  membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.[6]
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap brhasil jika plejara memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandanga pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalaha membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masion-masiong indiviodu untuk mengenal diri mereka senidiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.[7]
Untuk itui guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal  membedakan seseorang dari yang lain. Banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan di sajikan sebagaimana mestinya. Inilah yang melatra belakangi kenapa penulis ingin meneliti masalah ini.
Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak terpendam dan di sia-sia kan. Pendidikan diharapkan mampu membantu manusia dalam mengembangkan potensi-potensi tersebut, oleh karena itui kuikulum dalam proses pendiikan harus berorientasui pada pengembangan potensi, dan ini melibatkan semua pihak, seperti guru, peserta didik, maupun para pemerhati ataupun peneliti dan perencanaan pendidikan.
Penerapan metode gabungan antara kognitif dan efektif ini menunjukan hasil yang lebih efektif dibanding pengajaran yang hanya menekankan aspek kognitif, para siswa merasa lebih cepat menangkap pelajaran dengan menggunaknan fantasi, role flaying dan game, misalnya mengajarkan teori newton dengan murid berperan sebagai astronot.
Ranah psikologi siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah n sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa).[8]  Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur’an Surah An-nahl Ayat 78:
و الله أخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمْ السَمْعِ وَالْا بْصَرَ والَا ْفئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa memahami dan meyakini faidah materi-materi pelajaran yang di sajikan kepadanya.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau sprit elama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metod yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memeperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berrperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajaranya sendiri. Diharapkan siswa memahamiu potensi diri, mengembangakn potensi dirinya seara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan paada materi-materi pembelajaran yanbg bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang, bergairah, berinisiatif, dalam belajar dan terjaid perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauana sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat olh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atai etika yang berlaku.
Guru yang baik menurut teori ini adalah guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan m udah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedagkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
Teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitikberatkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata. Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang menta,l dan perilaku manusia inilah nmelalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah kaprajh. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang psikologi. Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi.



Inilah yang melatarbelakangi kenapa penulis berkeinginan meneliti masalah ini dengan Judul : Penerapan Metode Humanistik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

B. Penegasan Judul
                  Guna menghindari kesalahpahaman dalam memahami maksud judul diatas, berikut ini dijelaskan beberapa istilah:
1.      Penerapan berarti suatu aktifitas perihal cara mempraktekan dengan benar materi pendidikan agama islam pada anak didiknya.
2.      Pendidikan Agama Islam adalah suatu mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah dasar terutama bagi siswa yang beragama islam.
3.      Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. Tokoh penting dalam teori belajar humanistic secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Aplikasi teori humanistic ini lebih menunjuk pada ruh atau sprit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.[9]
                  Oleh karena itu, dengan pembatasan judul diatas adalah suatu usaha penelitian dan penyelidikan tentang sejauh mana penerapan dan pelaksanaan proses belajar mengajar materi pendidikan agama islam untuk membentuk karakter anak di sekolah tersebut.
B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan mengemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut :
1.      Bagaimana penerapan pendidikan agama islam terhadap anak didik pada Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
2.      Faktor dan kendala apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan proses belajar mengajar PAI di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.

C. Alasan Memilih Judul
          Ada beberapa alasan mendasar terhadap pelaksanaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.        Pengetahuan tentang agama islam merupakan salah satu modal dasar pada anak didik, terutama yang masih duduk pada jenjang sekolah dasar, yang nantinya bisa menjadi bekal untuk hidup bermasyarakat serta bekal di akhirat kelak.
2.        Pendidikan karakter ini bertujuan untuk memberikan pemahaman secara teoritis tentang pengertian pendidikan karakter beserta bentuk dan tujuannya. Selain itu juga dijelaskan mengenai hal-hal terkait lainnya yang bisa memperkaya wawasan kita mengenai pendidikan karakter.

D. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari sebuah fenomena yang dimukakan diatas, maka penulis dapat merumuskan beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tersebut, yaitu:
1.      Untuk mengetahui sejauh mana pola penerapan pendidikan agama islam melalui metode humanistic terhadap anak didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir di Jingah Habang Ilir, Kecamatan Karang Intan.
2.      Dapat menganalisa indikasi apa saja yang bisa mempengaruhi penerapan Pendidikan Agama Islam dengan metode Humanistik kepada Peserta didik pada Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan.






E. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini sangat diharapkan bisa mempunyai nilai guna, sebagai berikut :
1.      Sebagai bahan informasi dalam ilmu pengetahuan serta pokok pikiran bagi umat islam dalam mempelajari dan menerapkan pendidikan agama islam terutama masalah pembentukan karakter anak.
  1. Sebagai sumbangsih pemikiran untuk dapat dijadikan bahan perbandingan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan islam.
  2. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya bagi yang ingin lebih mendalami.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis merangkainya menjadi 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, Landasan Teoritis, tentang penerapan pendidikan agama islam dalam proses belajar mengajar, ruang lingkup materi, metode-metode pengajaran pendidikan agama islam melalui metode humanistik, ruang lingkup materi dan penilaian, pengertian Pendidikan Agama Islam, faktor-faktor yang menjadikan kendala dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam menggunakan metode Humanistik.
Bab III, Metode Penelitian, terdiri dari subjek dan objek, data, sumber data dan teknik pengumpulan data, kerangka dasar penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data, serta prosedur penelitian.
Bab IV, Merupakan hasil dari laporan penelitian tentang penerapan pendidikan agama islam dengan metode Humanistik kepada peserta didik di sekolah dasar negeri jingah Habang Ilir, Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang memuat tentang latar belakang obyek, penyajian data dan analisa data.
Bab V, Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.









BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
            Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research). Penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa orang Guru mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode humanistik pada peserta didik di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Kalimantan.

B. Subjek Dan Objek Penelitian
     1. Subjek Penelitian
                   Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan latar belakang yang berbeda di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
     2. Objek Penelitian
                   Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah peran Guru dalam  menerapkan Pendidikan Agama Islam melalui metode humanistik dalam menndidik, membentuk dan memberikan penerapan pendidikan kepada peserta didik di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan  Kabupaten Banjar.          

C. Data, Sumber Data, dan Tekhnik Pengolahan Data
     1. Data
            Data yang digali dalam penelitian ini meliputi data primer (data pokok) dan data sekunder (Penunjang)
            a. Data Pokok
     1) penerapan metode humanistik yang diberikan guru PAI kepada anak didiknya:
a)      merumuskan tujuan belajar yang jelas
b)      mengusakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif.
c)      mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
d)     mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
e)      siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang di inginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
f)       Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
2) faktor-faktor yang mempegaruhi guru PAI dalam mendidik karakter anak didik:
a) latar belakang pendidikan
b) lingkungan
c) waktu yang tersedia
d) siswa
b. Data Penunjang
      Data yang berkenaan dengan lokasi atau objek penelitian, berupa gambaran lokasi penelitian yang meliputi:
1)      Letak geografis Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
2)      Keadaan masyarakat yang meliputi:
a)      Keadaan sosial
b)      Keadaan keagamaan
c)      Keadaan kebudayaan dan seni
d)     Keadaan perekonomian
e)      Keadaan pendidikan.
     2.    Sumber Data
                        Sumber data dalam penelitian ini dapat diberikan menjadi :
            a.   Responden, terdiri dari :
                  1)   Guru/tenaga pengajar PAI
                  2)   Siswa SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
            b.   Informan, terdiri atas :
                  1)   Kepala sekolah SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan kabupaten Banjar. 
                  2)   Dewan guru dan tata usaha SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
      3.   Teknik Pengumpulan Data
                        Untuk mengumpulkan data diatas digunakan beberapa teknik, yaitu :
            a.   Wawancara
                  Teknik ini dilakukan dengan model tanya jawab langsung terhadap responden dan informan berdasarkan pedoman wawancara.
            b.   Observasi
                  Adapun data yang digali dengan teknik ini adalah keadaan sekolah, alat dan sarana serta prasarana.


              c. Dokumenter
                  Teknik ini dilakukan terhadap kepala sekolah, staf tata usaha dan elemen pendukung lainnya, yang bisa digunakan untuk menggali data tentang riwayat hidup berdirinya sekolah, keadaan sekolah, keadaan kelas, siswa, guru dan dokumen yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan di teliti.
                              Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data dan teknik pengumpulan data yang digunakan, dapat dilihat pada matriks berikut ini :
MATRIKS
DATA, SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
   No
Data
Sumber Data
TPD
1.


























Data Pokok
a.Data yang berkenaan dengan Pendidikan, penerapan Metode Humanistik oleh Guru PAI dalam aspek materi pendidikannya
1) Penerapan Metode Humanistik Oleh Guru PAI, meliputi :
a)      Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b)      Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan positif
c)      Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
d)     Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
e)      Siswa di dorong bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang di inginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan
f)       Evaluasi di berikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.

b) Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses penerapan Metode Humanistik Oleh Guru PAI di ruang kelas dan di luar kelas, meliputi :
- Siswa
- Guru
- Waktu yang tersedia
- Sarana dan prasarana
Data Penunjang
a)    Riwayat singkat berdirinya SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

b) Keadaan sekolah, guru, staf tata       usaha dan siswa







Guru,siswa
Guru,siswa
Guru,siswa




Guru,siswa
Guru,
Guru,siswa

Guru




Siswa
Guru
Guru,siswa
Guru,siswa

Kepala sekolah dan staf







WAO
WAO
WAO




WAO
Wawancara
WO

WO




Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara

Wawancara, dokumenter, observasi

C. Kerangka Dasar Penelitian
                  Dalam penelitian ini kerangka dasar penelitiannya berisi mengenai penerapan  terhadap anak didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang dilambangkan dengan huruf “Y”, selanjutnya di dalam penelitian ini juga akan menggambarkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perihal tersebut. Faktor-faktor ini disebut variabel bebas ( independent variable) yang dilambangkan dengan huruf “X” dan terdiri dari X1-X4 . Untuk lebih jelasnya penulis gambarkan dalam bentuk skema berikut ini :
      Variabel Bebas                                          Variabel Terikat
      X1
      X2                                                                         Y
      X3
      X4



      Keterangan :
      Y     : Penerapan metode humanistik oleh Guru PAI terhadap peserta didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
      X     : Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan metode humanistik oleh Guru PAI terhadap peserta didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang intan Kabupaten Banjar.
      X1      : Faktor Guru
      X2      : Faktor siswa
      X3       : Faktor waktu
      X4       : Faktor sarana dan prasarana






D. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
      1.   Teknik Pengolahan Data
                        Dalam pengolahan data digunakan tahapan-tahapan sebagai berikut :
            a.   Editing
                              Yaitu melihat kembali data-data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah semua jawaban sudah terisi lengkap dan sudah bisa untuk dipahami.
            b.   Klasifikasi
                  Penulis mengklasifikasikan data-data hasil jawaban respon menurut macamnya tiap-tiap data yang diperoleh, supaya mudah dipelajari dan dapat diarahkan kepada pokok permasalahan.
            c. Interpretasi
                  penulis mentafsirkan data-data yang diperoleh dilapangan dan kemuidian penulis sampaikan dalam bentuk paparan sebagai gambaran. 
      2.   Analisa Data
                        Setelah data disajikan dan interpretasikan, kemudian di analisa. Analisa data dilakukan dalam rangka menentukan bagaimana penerapan metode humanistik oleh guru PAI terhadap anak didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar dan faktor-faktor yang mempengarhinya, untuk ini dilakukan analisa deskriptif kualitatif, sedangkan dalam mengambil kesimpulan penulis menggunakan metode induktif, yaitu mengambil kesimpulan secara umum berdasarkan data-data khusus yang ada di lapangan.

E. Prosedur Penelitian
                  Dalam melakukan penelitian ada beberapa prosedur dan tahapan yang penulis lalui, yaitu :
      1.   Tahap pendahuluan :
            a.   Penjajakan ke lokasi yang diteliti
            b.   Konsultasi dengan dosen pembimbing
            c.   Mengajukan desain proposal penelitian.
      2.   Tahap persiapan
a.       Seminar proposal
b.      Revisi hasil seminar dengan petunjuk dosen pembimbing yang telah ditentukan.
c.       Memohon surat izin riset dari ketua STAI Darussalam Martapura.
d.      Menyiapkan daftar wawancara dan observasi.
      3.   Tahap pelaksanaan
            a.   Praktek ke lapangan dengan melakukan wawancara dan observasi   untuk mencari data.
            b.   Mengumpulkan data.
            c.   Mengelola data.
      4.   Tahap penyusunan laporan
                        Pada tahap ini dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian berdasarkan sistematika yang telah di tentukan, kemudian diserahkan kepada pembimbing untuk dikoreksi dan disetujui. Setelah itu diperbanyak dan selanjutnya siap untuk diujikan dan dipertahankan.





[1] Dakir, dasar-dasar Prikologi, (Jakarta: Pustaka Belajar, 2009), h, 17
[2] Sukamdinata, Landasan psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung: Rosda Karya, 2003), h, 135
[3] Syafinuddin Al-Mandari, Rumahku Sekolahku (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), h, 65
[4] Uno Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h, 227
[5] Anonim, teori belajar humanisme, (Jakarta: wordprees, 2008), h, 23
[6] Budiningsih, belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005). H. 89
[7] Karwono, Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar., (Ciputat: Cerdas Jaya, 2010), h, 13
[8] Muhibbin Syah, psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (PT : Remaja Rosda karya, 2010), h, 82
[9] Uno Hamzah, Orientasi baru dalam Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h, 134

Tidak ada komentar:

Posting Komentar