BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Teori belajar merupakan landasan
terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk
belajar. Teori belajar dapat di definisikan sebagai prinsip-prinsip yang
menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. [1]
Teori belajar humanistic lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada teori seperti
apa adanya yang bias kita amati dalam dunia keseharian. Teoti apapun dapat
dimanfaatkan asal tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri
dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori humanistik , belajar di
anggap berhasi jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri meraka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka.
Dalam padangan Islam Pendidikan mendapatkan perhatian yang sangat
besar, sebagaimana Firman Allah SWT Dalam Surah Al-Mujadalah Ayat 11 sebagai
berikut:
.......يَرْفَع الله الَّذِينْ ءَاَمَنُوْ
مِنْكُمْ وَالَّذِ يْنَ آُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَاتَ........
Mungkin ada diantara kita yang kurang menyadari bahwa Pendidikan adalah
dari kehidupan manusia. Pendidikan yang berkualitas akan membawa perubahan yang
besar dalam pola hidup manusia. Indonesia yang teridiri atas ribuan pula masih
banyak anak bangsa yang belum terjamah oleh pendidikan, apalagi pendidikan yang
berorientasi pasar global.
Teori belajar humanistic adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya.[2]
Padahal, pada hakikatnya, pendidikan
dilaksanakan bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai, melainkan memberikan
pengarahan kepada setiap orang agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai
dengan kaidah-kaidah dan sprit keilmuan yang dipelajari.[3]
Tercapainya prinsip
tersebut tentunya sangat berhubungan erat dengan tugas guru sebagai tenaga
pendidik. Seorang guru harus benar-benar mampu memberikan penjelasan mengenai
tujuan pendidikan dan cara bersikap yang semestinya. Sebab, mendidik adalah
kegiatan memberi pengajaran kepada peserta didik, membuatnya mampu memahami
sesuatu, dan dengan pemahaman yang dimilikinya, ia dapat mengembangkan potensi
dirinya dengan menerapkan sesuatu yang telah dipelajarinya.
Pendidikan bagi kehidupan
umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat.
Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup
berkembang sejalan dengan aspirasi / cita-cita untuk maju, sejahtera dan
bahagia menurut konsep penadangan hidup mereka.
Untuk
memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang
perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten berdasarkan pandangan
teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan manusia itu
sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih
kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun
batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin tercapai
jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya
seoptimal mungkin melalui proses
kependidikan, karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap
berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
Oleh
karena itu, dalam dunia pendidikan kesuksesan dalam proses tersebut tak bisa
lepas dari peranan dan buah karya sang guru. Guru
memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajarnya.
Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha
kependidikan persekolahan. Masyarakat dari yang terbelakang sampai yang paling
maju, mengakui bahwa guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk
utama calon anggota masyarakat. Kesadaran umum akan besarnya tanggung jawab
seorang guru, serta berbagai pandangan masyarakat terhadap peranannya telah
mendorong para tokoh dan ahli pendidikan untuk merumuskan tugas guru yang
beramanah.
Dalam konteks Negara, ada tiga
tujuan pendidikan. Ketiganya adalah sebagai berikut:
Menurut Undang-undang No. 2 Tahun
1985, pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mengembangkan
manusia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengatahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
Dalam Tap MPR No. II / MPR / 1993
disebutkan bahwa pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti Luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif,
terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional, serta sehat jasmani dan
rohani.
TAP MPR No. 4 / MPR / 1975
menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah membangun dibidang pendidikan yang
didasarkan atas falsafah Negara Pancasila yang diarahkan untuk membentuk
manusia-manusia pembangunan yang berpancasila sekaligus membentuk manusia yang
sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan
kreatifitas dan tanggung jawab, bisa menyuburkan sikap demokratis dan tenggang
rasa, mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggidan disertai budi pekerti yang
luhur, serta mencintai Bangsa dan sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang
termaktub dalam UUD 1945 Bab II (Pasal 2, 3, dan 4).
Ketiga penjelasan mengenai tujuan
pendidikan tersebut setidaknya memberi
gambaran singkat kepada kita bahwa pendidikan dilaksanakan tidak hanya untuk
melahirkan generasi-generasi yang berbudi luhur, yang merupakan cerminan dari
kcerdasan itu sendiri.
Hal tersebut juga dijelaskan dalam
UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat 3 :”Guru adalah tenaga pendidik
yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar. Selain itu, tugas yang lain
bersifat pendukung yaitu membimbing dan mengelola administrasi sekolah”.
Sebagai guru harus mempunyai jiwa yang tulus dan ikhlas guna tercapainya proses
pendidikan yang lebih baik di hari esok. Apalagi guru yang membidangi tentang
Pendidikan Agama Islam.
Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Untuk itu guru harus memahami perilaku
siswanya dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila
ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan
siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang diri yang lain. Banyak
guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Yang terpenting adalah
bagaimana membawa peserta didik untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari
materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya. [4]
Aplikasi teori humanistik lebih
menunjuk pada ruh atau sprit selama proses pembelajaran humanistic adalah
menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa dan mendampingi peserta
didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Peserta didik sebagai pelaku utama (student
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan
siswa mampu mamahi potensi diri, mengembangkan potensi dirinya, secara positif
dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negative.
Tujuan pembelajaran lebih kepada
proses belajarnya daripada hasil belajarnya. Adapun proses yang umumnya dilalui
adalah merumuskan tujuan belajar yang jelas, mengusahakan partisipasi aktif
siswa melalui kontrak belajar ynag bersifat jelas, jujur dan positif. Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupana siswa untuk belajar
atas inisiatif sendiri, mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai
proses pembelajaran secara mandiri, siswa di dorong untuk bebas mengemukakan
pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang dinginkan dan
menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan, guru menerima siswa apa
adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normative
tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan
atau proses belajarnya, memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan
kecepatannya, dan evaluasi yang diberikan secara individual berdasarkan
perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran berdasarkan teori
humanistic ini cocok untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola
piker, perilaku dan sikap atas kemaun sendiri.
Peserta didik diharapkan menjadi
manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Teori ini cocok untuk diterapkan
dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena social. Indicator dari
keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang dan bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola piker, perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggung jawab tanpa mengurangi hak orang -orang
lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Teori belajar merupakan landasan
terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk
belajar. Teori belajar dapat di definasikan sebagai integrasi prinsip-prinsip
yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan.
Teori belajar humanistic adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya. Tokoh penting dalam dalam teori belajar
humanistic secara teoritik antara lain Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan carl
Rogers.
Aliran humanistic mucul pada Tahu
90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristic.
Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relative
masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus menerus mengeluarkan
konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan
pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat tentang
manusia.
Pengertian humanistic yang beragam
membuat batasan-batasan aplikasiya dalam dunia pendidikan yang beragam pula.
Teori humanism menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses pembelajaran
adalah unsur manusianya. Humanism lebih melihat sisi perkembangan kepribadian
manusia di bandingkan berfokus pada ketidaknormalan atau sakit. Manusia akan
mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari sakit tersebut,
sehingga sisi positif inilah yang ingin dikembangkan oleh teori humanisme.
Banyak hal yang pada perkembngannya memunculkan suatu aliran atau
paham baru. Begitu pula dengan ilmu psikologi. Pada tahun 1950-an, muncul
sebuah aliran baru dalam psikologi yang disebut dengan humanistik dengan akar pemikira dari kalangan
eksistensialisme. Humanistik ditandai dengan munculnya beberapa tokoh yang
secara khusus mengkaji tntang berbagai keunikan manusia seperti harapan, cinta,
kesehatan, kreatifitas, dan lain sebagainya.
Aliran humanistik dipandang sebagai “ kekuatan ketiga” karena
berkembang sebagai reaksi atas adanya aliran psikolanalisis dan behaviourisme.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang
dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan
menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan
menentukan p[ilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan
dan pemaknaan.
Salah satu aliran psikologi yang mmpunyai peran daolam dunia
pendidikan nyaitu psikoloogi humanistik. Psikologi humanistik banyak memberikan
sumbangsih terutama dalam pendidikan alternatif. Pendidikan humanistik berusaha
mengembangkanpotensi yang ada pada diri manusia secara maksimal. Setiap
aspeknya dari muali aspke emosional, social, mental, dan ketermpilan dalam
berkarier menjadi fokus dalam pendidikan humanistik.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingnya isi dari pross belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal daripada belajar seperti apa adanya, seperti apa
yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. [5]
Pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan
positif, pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukana kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut.
Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan
diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Keterampilan atau klemampuan
membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam
pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.[6]
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap brhasil jika
plejara memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandanga pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalaha membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masion-masiong indiviodu untuk mengenal
diri mereka senidiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.[7]
Untuk itui guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang
ada. Perilaku internal membedakan
seseorang dari yang lain. Banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan di sajikan
sebagaimana mestinya. Inilah yang melatra belakangi kenapa penulis ingin
meneliti masalah ini.
Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak terpendam
dan di sia-sia kan. Pendidikan diharapkan mampu membantu manusia dalam
mengembangkan potensi-potensi tersebut, oleh karena itui kuikulum dalam proses
pendiikan harus berorientasui pada pengembangan potensi, dan ini melibatkan
semua pihak, seperti guru, peserta didik, maupun para pemerhati ataupun
peneliti dan perencanaan pendidikan.
Penerapan metode gabungan antara kognitif dan efektif ini
menunjukan hasil yang lebih efektif dibanding pengajaran yang hanya menekankan
aspek kognitif, para siswa merasa lebih cepat menangkap pelajaran dengan menggunaknan
fantasi, role flaying dan game, misalnya mengajarkan teori newton dengan murid
berperan sebagai astronot.
Ranah psikologi siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah n
sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif
(rasa) dan ranah psikomotor (karsa).[8] Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur’an Surah
An-nahl Ayat 78:
و الله أخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَتِكُمْ
لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمْ السَمْعِ وَالْا بْصَرَ والَا ْفئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat
berpikir. Selanjutnya, tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa memahami dan
meyakini faidah materi-materi pelajaran yang di sajikan kepadanya.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau sprit elama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metod yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memeperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berrperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajaranya sendiri. Diharapkan siswa memahamiu
potensi diri, mengembangakn potensi dirinya seara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk
diterapkan paada materi-materi pembelajaran yanbg bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang,
bergairah, berinisiatif, dalam belajar dan terjaid perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauana sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
olh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung
jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin atai etika yang berlaku.
Guru yang baik menurut teori ini adalah guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan m
udah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan.
Sedagkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa
dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka
terhadap perubahan yang ada.
Teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode
penelitian kualitatif yang menitikberatkan pada pengalaman hidup manusia secara
nyata. Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang menta,l dan
perilaku manusia inilah nmelalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah
kaprajh. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme
yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha
mempelajari tentang psikologi. Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi.
Inilah yang melatarbelakangi kenapa penulis berkeinginan meneliti
masalah ini dengan Judul : Penerapan Metode Humanistik Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan
Karang Intan Kabupaten Banjar.
B. Penegasan Judul
Guna menghindari
kesalahpahaman dalam memahami maksud judul diatas, berikut ini dijelaskan
beberapa istilah:
1.
Penerapan berarti suatu aktifitas perihal cara mempraktekan dengan
benar materi pendidikan agama islam pada anak didiknya.
2. Pendidikan Agama Islam adalah suatu mata pelajaran wajib yang diajarkan di
sekolah dasar terutama bagi siswa yang beragama islam.
3. Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi
dirinya. Tokoh penting dalam teori belajar humanistic secara teoritik antara
lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Aplikasi teori
humanistic ini lebih menunjuk pada ruh atau sprit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan.[9]
Oleh
karena itu, dengan pembatasan judul diatas adalah suatu usaha penelitian dan
penyelidikan tentang sejauh mana penerapan dan pelaksanaan proses belajar
mengajar materi pendidikan agama islam untuk
membentuk karakter anak di sekolah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan
mengemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut :
1.
Bagaimana penerapan pendidikan agama islam terhadap anak didik pada
Sekolah
Dasar
Negeri
Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar.
2. Faktor dan kendala apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan proses belajar
mengajar PAI di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar.
C. Alasan Memilih Judul
Ada beberapa alasan mendasar terhadap pelaksanaan
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.
Pengetahuan tentang agama islam merupakan salah satu modal dasar
pada anak didik, terutama yang masih duduk pada jenjang sekolah dasar, yang
nantinya bisa menjadi bekal untuk hidup bermasyarakat serta bekal di akhirat
kelak.
2.
Pendidikan
karakter ini bertujuan untuk memberikan pemahaman secara teoritis tentang
pengertian pendidikan karakter beserta bentuk dan tujuannya. Selain itu juga
dijelaskan mengenai hal-hal terkait lainnya yang bisa memperkaya wawasan kita
mengenai pendidikan karakter.
D. Tujuan Penelitian
Bertitik
tolak dari sebuah fenomena yang dimukakan diatas, maka penulis dapat merumuskan
beberapa tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tersebut, yaitu:
1.
Untuk mengetahui sejauh mana pola penerapan pendidikan agama islam melalui metode humanistic terhadap anak didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir di Jingah Habang Ilir,
Kecamatan Karang
Intan.
2. Dapat menganalisa indikasi apa saja yang bisa mempengaruhi penerapan Pendidikan Agama Islam dengan metode Humanistik kepada Peserta didik pada
Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan.
E. Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini sangat diharapkan bisa
mempunyai nilai guna, sebagai berikut :
1.
Sebagai bahan informasi dalam ilmu pengetahuan serta pokok pikiran
bagi umat islam dalam mempelajari dan menerapkan pendidikan agama islam
terutama masalah
pembentukan karakter anak.
- Sebagai sumbangsih pemikiran untuk dapat dijadikan bahan perbandingan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan islam.
- Sebagai bahan rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya bagi yang ingin lebih mendalami.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis merangkainya menjadi 5
(lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,
alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II, Landasan Teoritis, tentang penerapan pendidikan
agama islam dalam proses belajar mengajar, ruang lingkup materi, metode-metode
pengajaran pendidikan agama islam melalui metode humanistik, ruang lingkup
materi dan penilaian, pengertian Pendidikan Agama Islam, faktor-faktor yang
menjadikan kendala dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam menggunakan
metode Humanistik.
Bab
III, Metode Penelitian, terdiri dari subjek dan objek, data, sumber data dan
teknik pengumpulan data, kerangka dasar penelitian, teknik pengolahan data dan
analisis data, serta prosedur penelitian.
Bab
IV, Merupakan hasil dari laporan penelitian tentang penerapan pendidikan agama
islam dengan metode Humanistik kepada peserta didik di sekolah dasar negeri
jingah Habang Ilir, Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang memuat
tentang latar belakang obyek, penyajian data dan analisa data.
Bab
V, Penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
|
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan (field Research). Penulis mengadakan penelitian terhadap
beberapa orang Guru mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam dengan
menggunakan metode humanistik pada peserta didik di Sekolah Dasar Negeri Jingah
Habang Ilir Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Kalimantan.
B. Subjek Dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini
adalah 2 orang guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan latar belakang
yang berbeda di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar.
2. Objek Penelitian
Adapun yang menjadi objek
penelitian ini adalah peran Guru dalam
menerapkan Pendidikan Agama Islam melalui metode humanistik dalam
menndidik, membentuk dan memberikan penerapan pendidikan kepada peserta didik
di Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar.
C. Data, Sumber Data, dan
Tekhnik Pengolahan Data
1. Data
Data yang digali dalam penelitian
ini meliputi data primer (data pokok) dan data sekunder (Penunjang)
a. Data Pokok
1) penerapan metode
humanistik yang diberikan guru PAI kepada anak didiknya:
a)
merumuskan
tujuan belajar yang jelas
b)
mengusakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan
positif.
c)
mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
d)
mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri
e)
siswa
di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukan apa yang di inginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.
f)
Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
2)
faktor-faktor yang mempegaruhi guru PAI dalam mendidik karakter anak didik:
a)
latar belakang pendidikan
b)
lingkungan
c)
waktu yang tersedia
d)
siswa
b. Data Penunjang
Data yang berkenaan dengan lokasi atau
objek penelitian, berupa gambaran lokasi penelitian yang meliputi:
1)
Letak
geografis Sekolah Dasar Negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar.
2)
Keadaan
masyarakat yang meliputi:
a)
Keadaan
sosial
b)
Keadaan
keagamaan
c)
Keadaan
kebudayaan dan seni
d)
Keadaan
perekonomian
e)
Keadaan
pendidikan.
2. Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini dapat diberikan menjadi :
a. Responden, terdiri dari :
1) Guru/tenaga pengajar PAI
2) Siswa SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang
Intan Kabupaten Banjar.
b. Informan, terdiri atas :
1) Kepala sekolah SDN Jingah Habang Ilir
Kecamatan Karang Intan kabupaten Banjar.
2) Dewan
guru dan tata usaha SDN Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten
Banjar.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk
mengumpulkan data diatas digunakan beberapa teknik, yaitu :
a.
Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan
model tanya jawab langsung terhadap responden dan informan berdasarkan pedoman
wawancara.
b. Observasi
Adapun data yang digali dengan teknik ini
adalah keadaan sekolah, alat dan sarana serta prasarana.
c.
Dokumenter
Teknik
ini dilakukan terhadap kepala sekolah, staf tata usaha dan elemen pendukung
lainnya, yang bisa digunakan untuk menggali data tentang riwayat hidup
berdirinya sekolah, keadaan sekolah, keadaan kelas, siswa, guru dan dokumen
yang ada kaitannya dengan permasalahan yang akan di teliti.
Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data dan teknik
pengumpulan data yang digunakan, dapat dilihat pada matriks berikut ini :
MATRIKS
DATA, SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
No
|
Data
|
Sumber Data
|
TPD
|
1.
|
Data Pokok
a.Data yang berkenaan dengan Pendidikan, penerapan Metode
Humanistik oleh Guru PAI dalam aspek materi pendidikannya
1)
Penerapan Metode Humanistik Oleh Guru PAI, meliputi :
a)
Merumuskan
tujuan belajar yang jelas
b)
Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur
dan positif
c)
Mendorong
siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri.
d)
Mendorong
siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri.
e)
Siswa
di dorong bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan
apa yang di inginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan
f)
Evaluasi
di berikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
b) Data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi proses penerapan Metode Humanistik Oleh Guru PAI di ruang kelas
dan di luar kelas, meliputi :
- Siswa
- Guru
- Waktu yang tersedia
- Sarana dan prasarana
Data Penunjang
a) Riwayat singkat berdirinya SDN Jingah Habang
Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
b)
Keadaan sekolah, guru, staf tata usaha
dan siswa
|
Guru,siswa
Guru,siswa
Guru,siswa
Guru,siswa
Guru,
Guru,siswa
Guru
Siswa
Guru
Guru,siswa
Guru,siswa
Kepala sekolah dan staf
|
WAO
WAO
WAO
WAO
Wawancara
WO
WO
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara
Wawancara, dokumenter, observasi
|
C. Kerangka Dasar Penelitian
Dalam
penelitian ini kerangka dasar penelitiannya berisi mengenai penerapan terhadap anak didik pada sekolah dasar negeri
Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar, yang dilambangkan
dengan huruf “Y”, selanjutnya di dalam penelitian ini juga akan menggambarkan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perihal tersebut. Faktor-faktor ini
disebut variabel bebas ( independent variable) yang dilambangkan dengan
huruf “X” dan terdiri dari X1-X4 . Untuk lebih jelasnya
penulis gambarkan dalam bentuk skema berikut ini :
Variabel Bebas Variabel
Terikat
X1
X2 Y
X3
X4
Keterangan
:
Y : Penerapan metode humanistik oleh Guru PAI terhadap peserta
didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan
Kabupaten Banjar.
X :
Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan metode humanistik oleh Guru PAI
terhadap peserta didik pada sekolah dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan
Karang intan Kabupaten Banjar.
X1 : Faktor Guru
X2 : Faktor siswa
X3 :
Faktor waktu
X4
: Faktor sarana dan prasarana
D. Teknik Pengolahan Data dan
Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Dalam pengolahan data digunakan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Editing
Yaitu
melihat kembali data-data yang telah terkumpul untuk mengetahui apakah semua
jawaban sudah terisi lengkap dan sudah bisa untuk dipahami.
b. Klasifikasi
Penulis
mengklasifikasikan data-data hasil jawaban respon menurut macamnya tiap-tiap
data yang diperoleh, supaya mudah dipelajari dan dapat diarahkan kepada pokok
permasalahan.
c. Interpretasi
penulis
mentafsirkan data-data yang diperoleh dilapangan dan kemuidian penulis
sampaikan dalam bentuk paparan sebagai gambaran.
2. Analisa Data
Setelah data disajikan dan interpretasikan,
kemudian di analisa. Analisa data dilakukan dalam rangka menentukan bagaimana
penerapan metode humanistik oleh guru PAI terhadap anak didik pada sekolah
dasar negeri Jingah Habang Ilir Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar dan
faktor-faktor yang mempengarhinya, untuk ini dilakukan analisa deskriptif
kualitatif, sedangkan dalam mengambil kesimpulan penulis menggunakan metode
induktif, yaitu mengambil kesimpulan secara umum berdasarkan data-data khusus
yang ada di lapangan.
E. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian ada beberapa
prosedur dan tahapan yang penulis lalui, yaitu :
1. Tahap pendahuluan :
a.
Penjajakan ke lokasi yang diteliti
b. Konsultasi dengan dosen
pembimbing
c. Mengajukan desain proposal penelitian.
2. Tahap persiapan
a.
Seminar proposal
b.
Revisi
hasil seminar dengan petunjuk dosen pembimbing yang telah ditentukan.
c. Memohon surat izin riset dari ketua STAI Darussalam Martapura.
d.
Menyiapkan
daftar wawancara dan observasi.
3. Tahap pelaksanaan
a. Praktek ke lapangan dengan melakukan wawancara
dan observasi untuk mencari data.
b. Mengumpulkan data.
c. Mengelola data.
4. Tahap penyusunan laporan
Pada
tahap ini dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian berdasarkan sistematika
yang telah di tentukan, kemudian diserahkan kepada pembimbing untuk dikoreksi
dan disetujui. Setelah itu diperbanyak dan selanjutnya siap untuk diujikan dan
dipertahankan.
[1] Dakir, dasar-dasar
Prikologi, (Jakarta: Pustaka Belajar, 2009), h, 17
[2] Sukamdinata, Landasan
psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung: Rosda Karya, 2003), h, 135
[3] Syafinuddin
Al-Mandari, Rumahku Sekolahku (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), h, 65
[4] Uno Hamzah, Orientasi
Baru dalam Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h, 227
[5] Anonim, teori
belajar humanisme, (Jakarta: wordprees, 2008), h, 23
[6] Budiningsih, belajar
dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005). H. 89
[7] Karwono, Belajar
dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar., (Ciputat: Cerdas Jaya,
2010), h, 13
[8] Muhibbin Syah,
psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (PT : Remaja Rosda karya,
2010), h, 82
[9] Uno Hamzah, Orientasi
baru dalam Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h, 134
Tidak ada komentar:
Posting Komentar