Kamis, 19 Oktober 2017

BAB 4 PEMBELAJARAN SAINTIFIK



BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANLISIS DATA
A.    Gambaran Umum lokasi Penelitian
1.      Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
Sekolah dasar Negeri Rantau Bujur terdaftar dengan NIS 10113013. Beralamat dijalan Aranio RT. 17. RW. 06. No. 38. Kelurahan Aranio Kecamatan Tiwingan Kabupaten Banjar. Didirikan pada tahun 1979, dengan Status Negeri. Berdiri diatas lahan seluas .2.394 M3, dengan status  milik sendiri, dengan luas bangunan 753 M3, dengan status milik sendiri, dan luas bangunan 753 M3, semi permanen.
Adapun yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah:
Tabel 4. 1 : Pejabat Kepala Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
Nama
Periode Tahun
1.
Zubaidah. S. Pd
1979-1985
2.
M. Zaini. S. Ag
1985-1997
3.
M. Salim, S. Pd.
2008-2012
4.
Sariati, S. Pd.
2012-sekarang
Sumber: tata usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur 2013
2.      Jumlah Guru
Guru termasuk tata usaha dan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur pada Tahun ajaran 2012/ 2013 berjumlah 15 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
 Tabel 4. 2: jumlah Guru Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
Nama 
Pendidikan
Jabatan
1.
Sariati
S1 Unlam
Kepala Sekolah
2.
H. Syahlani, A. Ma.
D2 PGSD
Guru Kelas
3.
Norliani, A. Ma.
S1 PAI
Guru Agama
4.
Yuliani, A. Ma.
D2
Guru B. Indonesia
5.
Maskarminah, A. Ma. Pd
D2
Guru Kelas
6.
Rosipahani, A. Ma.
D2
Guru Kelas
7.
Sutianingsih
SMA
Guru IPA
8.
Rina Rahayu S. Pd.
S1 Unlam
Guru B. Inggris
9.
Suriati, A. Ma. Pd. OR
D2
Guru Panjaskes
10.
Eka Mulyani
SMA
Guru IPA
11.
Izna Fatia
SMA
Guru Matematika
12.
Faulia Ariyani
SMA
Guru IPA
13.
Zainal Muttaqin
SMA
Pustakwan
14.
Yudi Ferdian
S1 STIE
Tata Usaha
15.
Midyan Rosyadi
SMP
PSD
Sumber: tata usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Tahun 2013
3.      Jumlah guru dan siswa
Adapun jumlah siswa sebanyak 175 orang, yang tersebar pada 6 Kelas, dengan perincian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 3: keadaan siswa Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1.
I
16
14
30
2.
II
15
13
28
3.
III
16
12
28
4.
IV
13
13
26
5.
V
10
20
30
6.
VI
15
11
26
Jumlah
92
83
175
Sumber: Tata Usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Tahun 2013
4.      Fasilitas Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur memiliki beberapa Fasilitas yaitu:

Tabel 4. 4: Fasilitas Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
Nama Barang
Jumlah
Kondisi
1.
Ruang Kelas
7 Buah
Baik
2.
Ruang Perpustakaan
1 buah
Baik
3.
Ruang Kepala Sekolah
1 buah
Baik
4.
Ruang guru dan TU
1 buah
Baik
5.
WC Guru
1 buah
Baik
6.
WC Siswa
2 buah
Baik
7.
Mushalla
1 buah
Baik
8.
Ruang UKS
6 buah
Baik
9.
Komputer dan Printer
2 Set
Baik
Sumber: Tata Usaha Sekolah Dasar Negeri  Rantau Bujur Tahun 2013
5.      Visi dan Misi Sekolah
Visi yang di emban Sekolah ini adalah Iman, Takwa, Cerdas, Kreatif, dan Inovatif.
Misi yang ingin di capai Sekolah ini adalah:
a.       Terwujudnya siswa yang beriman dan bertakwa
b.      Terwujudnya siswa yang cerdas dan santun
c.       Terwujudnya siswa yang kreatif dan inovatif.

B.     Penyajian Data
1.      implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di SDN 3 sungai besar kota banjarbaru
Berdasakan hasil wawancara dengan responden tentang saintifik dalam mata Pelajaran PAI, yang meliputi:
a.      Mengamati
b.      Menanya
c.       Mengkomunikasikan
d.      Menalar
e.       Mencoba
kelima proses diatas dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a.       Mengamati
Mengapa harus dimulai dari Mengamati ? Kurikulum 2013 disebutkan memiliki kekhasan pembelajaran di kelas harus dimulai dari kegiatan mengamati. Pertanyaannya mengapa harus dimulai dari mengamati dan apakah pembelajaran kita di kurikulum yang lalu-lalu tidak dimulai dari kegiatan mengamati, sehingga pemerintah perlu mewajibkannya? Apa sih mengamati itu? Mengamati atau dalam bahasa Inggris disebut to observe adalah kegiatan melihat dengan seksama, teliti, dan cermat. terdapat makna observe yang lebih luas, termasuk to dig, to recognize, to pay attention, to study, to scrutinize, to distinguish, to survey, to read, to monitor, to witness. Artinya, jika aktivitas mengamati perlu melibatkan semua panca indera, dan bahkan menggunakan alat, dan dasar-dasar (teori/konsep awal). Mengamati tidak memadai jika hanya dengan melihat, tidak sama juga dengan kata menyaksikan, melirik, menatap, atau semua kata kerja yang menggunakan mata sebagai alat aktivitasnya. Tetapi mengamati harus melibatkan indera pendengaran untuk menggali sifat sesuatu melalui kegiatan mendengar (suaranya), melibatkan indera peraba untuk merasakan teksturnya, melibatkan indera penciuman untuk mengetahui baunya, melibatkan indera perasa untuk mengetahui rasanya.Intinya tidak cukup dengan menggunakan “mata” saja.
Lalu, mengapa semua kegiatan belajar harus dimulai dari mengamati? Peserta didik memiliki posisi sebagai subyek dalam pembelajaran, bukan obyek. Yang akan dipelajarinya dalam semua materi, mapel apapun itu, adalah konsep-konsep. Konsep-konsep adalah hal yang abstrak, sehingga tidak bisa dipelajari hanya dengan memaksa siswa untuk menghapalkannya. Pembelajaran yang menekankan pada menghapal dan “memaksa” siswa untuk paham biasanya dimulai dengan guru menceramahi, membuat definisi, sampai akhirnya membuat contoh. Semua dilakukan oleh guru. Kegiatan seperti ini ternyata terbukti tidak sanggup menanamkan konsep-konsep di kepala siswa dalam jangka waktu yang lama, dan bahkan siswa tidak mampu menerapkan konsep tersebut dalam mengerti fakta-fakta sekitarnya.
kerana itulah sebagai guru pai Ibu Zahrah sangat menyadari itu, beliau ingin anak didinya mengerti dan memahami betul tentang setiap makna dari proses pembelajaran Pendidika Agama Islam Jadi, karena orientasi pembelajaran yang benar adalah siswa yang harus belajar, siswa yang harus membentuk dan mengkonstruksi konsepnya, dan siswa yang harus menarik kesimpulan tentang sebuah konsep, maka siswa harus belajar menjadi seorang “peneliti, investigator, penyelidik, detektif”. Kesemua profesi tersebut memulai aktivitasnya dengan cara mengamati.
Dari hasil wawancara dan observasi dengan Guru PAI dikelas III sdn 3 Sungai Besar Kota banjarbaru, Dari mengamati, apa yang akan dihasilkan siswa? Contoh dalam pembelajaran PAI di SD, mempelajari Rukun islam.  Siswa diberi Vidio Tentang Orang menunaikan Ibaadah haji, lalu dibiarkan oleh guru PAI untuk mengamati atau temannya berdasarkan cara yang mereka pahami (pemahaman tentang cara Pelaksanaan Ibadah haji diketahui siswa dari pengalamannya atau dari pembelajaran sebelumnya). Ada yang Ka’bah, ada yang Mengamati manusia sedantg menunaikan Ibadah Haji yang berputar-putar mengelilingi Ka’bah, ada yang Mengamati Hijir Ismail, ada yang Mengamati mesjidil Aqso, dll. Hasil pengamatan mereka catat di papan tulis berikut cara menunaikan Ibadah haji yang baik dan benar, dan siapa yang dapat menunikan ibadah haji. Setelah semuanya duduk, guru PAI meminta mereka mengamati hasil pengamatan mereka di papan tulis. Siswa pasti akan bertanya, “la kok beda-beda hasilnya?” Jika siswa belum terbiasa untuk bertanya, maka mungkin mereka diam, maka di sinilah guru harus berperan, membimbing siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan ingin tahu. Guru menunjuk siswanya secara acak dari yang siswa-siswa pandai, menengah, hingga yang agak lambat daya tangkapnya, untuk menanya. Semuanya harus dilatih bertanya, sebagai dasar kedua menjadi “penyelidik” (dasar pertama adalah mengamati).
Mengamati (observing). Mengamati berkaitan dengan aktivitas panca indera manusia yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengamati obyek belajar secara bermakna (meaningfull learning). Karena itu, untuk memudahkan pembelajaran, di awal kegiatan pembelajaran dipandang penting untuk mendemonstrasikan obyek belajar yang menarik dan bermanfaat, tentu dipilih obyek belajar yang relevan dengan tema belajar. Obyek itu tidak harus mewah atau mahal, sederhana asalkan mudah digunakan dan menarik. Obyek belajar sebaiknya yang menantang peserta didik untuk bertanya dan merangsang rasa ingin tahu mereka. Peserta didik diberi kesempatan terlibat untuk melakukan pengamatan (observasi) melalui panca inderanya, seperti mengamati gambar animasi, menyentuh obyek tiruan model bagian tubuh manusia (torso), mengamati aneka jenis dedaunan di halaman sekolah, mengamati transaksi jual beli di kantin sekolah, mengamati aktivitas petani, peternak, polisi, pasar, tumpukan sampah, dan masih banyak lagi. Jika obyek atau fenomena yang diamati sulit dijangkau, dapat digunakan model tiruannya, bisa dirupakan dalam bentuk rekaman video-audio, gambar animasi, globe, dan lain sebagainya. Cara penyajiannya bisa menggunakan model perbandingan. Katakanlah peserta didik diminta untuk mengamati dua gambar/foto. Satu gambar menampilkan foto mushalla yang kotor dan satunya lagi menampilkan foto mall yang bersih. Dengan mengamati dua gambar yang kontras, diharapkan muncul sejumlah pertanyaan kritis dan rasa ingin tahu untuk belajar mempelajarinya. Langkah
Jadi, dari mengamati akan lahir komunikasi, yang diawali dengan menanya, menjawab, merespon, dan tentu saja sebagai penyelidik, muncul kecurigaan, dan penasaran. Nah, jika siswa sudah penasaran, maka guru PAI telah berhasil memulai budaya belajar yang paling basic. Rasa penasaran, curiga, ingin tahulah yang mendorong manusia untuk membuat aneka barang, mengetahui sesuatu, memahami konsep, dan memperbaiki sesuatu.
Dari hasil pengamatan terhadap Tata Cara pelaksanaan Ibadah haji  yang berbeda apa lagi yang dapat dilakukan siswa? Ya, mengklasifikasikan atau mengelompokkan. Pengelompokkan bisa dilakukan berdasarkan Urutan tatacara pelaksanan haji yang benar, berdasarkan cara, atau berdasarkan siapa yang yang wajib menunaikan ibadah haji. Mengapa harus dikelompokkan? Karena dengan mengelompokkan, siswa akan mengetahui kesamaan dan perbedaan dalam kelompok dan antarkelompok. Dengan pengelompokan, dia belajar tren atau pola-pola tertentu. Maka dari pengelompokkan, muncullah kegiatan mengidentifikasi, yaitu menyebutkan ciri-ciri kelompok.
Kegiatan terus berlanjut di kelas III SDN Sungai besar 3 Kota Banjarbaru, dari pengelompokan, pengidentifikasian, sampai mencari penyebab mengapa hasilnya berbeda, siswa dibimbing untuk menggunakan kemampuan membacanya agar dapat sampai pada jawaban atau konsep Pemahaman Rukun islam dan tata cara pelaksananya. Guru PAI dalam proses ini hanya mengarahkan, dan sama sekali tidak boleh memberitahukan jawaban/konsep melalui penjelasan. Karena kalau guru PAI memainkan fungsi “tradisional”nya, maka siswa akan menganggap sumber informasi terakhir adalah GURU. Kalau sudah begini, maka penyelidikan selesai, rasa ingin tahu yang lebih banyak menjadi pupus, dan siswa lagi-lagi akan menghapal “penjelasan keramat” guru. Inilah yang salah dalam proses belajar.
Apakah semua mapel bisa dimulai dari mengamati?
Ya, bisa. Berdasarkan definisi di atas, maka apapun bisa dibawa ke kelas oleh guru untuk diamati. Guru PAI terkadang bisa meminta siswa untuk mengamati Bagaimana tata cara berdoa yang baik sebelum masuk pada kegiatan Pebelajaran dikelas. Siswa harus menemukan konsep, mengapa harus berdoa, dan bagaimana berdoa yang benar.
Dari hasil observasi dan wawancara Yang paling penting dilatihkan oleh guru PAI yang akan menjadi pengarah bagi para “detektif” (siswa) adalah pengetahuan, keterampilan, dan kepekaan mengamati. Jangan sampai guru belum terlatih mengamati, karena dia tidak akan berhasil menjadi pembimbing. Karenanya, hanya satu cara untuk dapat menjadi pengamat yang baik bagi seorang guru, yaitu menguasai konsepnya, melatih keterampilan mengamati, dan melatih “sense”nya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI yang melaksanakan Proses pembelejaran saintifik dengan menggunakan metode mengamati yang sudah 1 tahun ini diterapkan oleh guru agar peserta didik dalam setiap pembelajaran bias mengamati setiap proses pembelajaran  dengan siswa ketika berada didalam kelas maupun diluar kelas, ketika didalam kelas guru mata pelajaran PAI dikelas III dengan jumlah muridnya 30 orang, dalam hal menjalin Pendekatan Individual dengan siswa guru melakukakan nya dengan baik, karena guru menyadari pentingnya proses Pendekatan Individual untuk memberikan rasa kepercayaan dirinya sehingga ia dengan percaya diri dapat melakukan kegiatan mengamati salam pembelajara Pendidikan Agama Islam. antara guru mata pelajaran PAI dengan anak didiknya yang berada di Kelas III agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Pendekatan Individual sangat diperlukan untak melihat perkembangan anak dan memajukan pelajaran PAI, Tanpa Pendekatan Individual pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Hasil yang ingin dicapai pun tidak memenuhi standar penilaian yang sudah ditentukan.
Metode mengamati / observasi mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan  tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pelaksanaannya, proses mengamati memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Namun metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik karena peserta didik yang terlibat dalam proses mengamati akan dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
b.      Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
 Menanya (Questioning). Kemampuan bertanya yang baik merupakan indikasi bahwa kemampuan verbal seseorang telah berkembang dengan baik. Acapkali, jawaban yang baik karena dirangsang oleh pertanyaan yang baik. Karena itu, keberanian dan kemampuan bertanya penting untuk ditumbuhkembangkan. Setiap pertanyaan, akan mendorong munculnya respon balik berupa tanggapan verbal, baik oleh guru atau peserta didik secara kreatif, bahkan mungkin guru tidak menyangka akan mendapatkan jawaban baru yang mengkayakan dari para peserta didiknya. Misalnya pertanyaan: “Mengapa bensin (premium) selalu habis meskipun harganya naik?, atau “mengapa ada orang miskin dan ada orang yang kaya?. Selain untuk membangkitkan rasa ingin tahu, bertanya berfungsi untuk melatih peserta didik berargumentasi sesuai dengan kapasitasnya, belajar menerima perbedaan pendapat, merangsang peserta didik untuk berpikir ulang, dan sekaligus belajar bagaimana sopan santun dalam bertanya atau merespon pertanyaan dengan baik
Guru Pendidikan Agama islam sangat mengnkan anak didik yang kelak berhasil dan sukses dalam setiap langkahnya, karena itulah beliau selalu menerapkan pendidikan dengan menggunaikan metode yang baik, beliau menyadari betul bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya mengahsilkan siswa yang cerdas tapi masih banyak tugas-tugas yang harus dipenuhi dalam dunia pendidikan. Karena itulah sebagai Guru Ibu Zahra Juga menerapkan system dengan metide Saintifik dalam meberikan pelajaran dan melakansakan pembelajaran dikelas, beliau menyadari betul bahwa anak-aka didik beliau harus maju dan mandiri. Ibu Zahra selalu menamkan bahwa sumber ilmu pengetahuan tidak hanya dari dating seirang guru tapi juga banyak dating dari pasar anak didiknya.
Ibu zahrah mengetahui bahwa Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Tak terkecuali Untuk mata pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI), materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Dalam kegiatan mengamati, guru Pendidikan Agama islam membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru PAI juga membimbing peserta didiknya untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didiknya dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah  mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Dari hasil observasi dan wawancara di ketahui bahwa guru PAI dalam melakukan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk  mendidik  dilakukan cukup baik. Karena Guru PAI menyadari bahwa sikap dan perbuatan yang ia lakukan harus bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didiknya dengan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.

c.       Mengkuminikasikan
Kegiatan “mengumpulkan informasi”  merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan  dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan  melalui eksperimen,  membaca sumber lain selain buku teks,  mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya.
Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Pada pendekatan scientific guru PAI memberi kesempatan kepada peserta didiknya untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui  menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru PAI sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Salah satu kunci utama keberhasilan pendidikan di Indonesia adalah terletak pada kualitas pendidik atau gurunya dengan kurikulum sebagai seperangkat desain penunjangnya. Seberapa baik kurikulum, namun jika gurunya tidak mampu menerapkannya dengan baik, maka tujuan kurikulum sulit tercapai. Karena itu, perlu penguatan di lapangan tentang penerapan regulasi pendidikan yang menuntut setiap guru memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Tulisan ini hendak mendekripsikan bagaimana kompetensi guru dalam aspek pedagogik dipraktikkan di dalam proses pembelajaran. Kebetulan pada hari itu, saya menjadi peserta dalam kegiatan Peer Teaching Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di Hotel Batung Batulis, Kota Banjarbaru. Kegiatan itu diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi negeri di Kalimantan Selatan yang berperan sebagai salah satu Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) di wilayahnya. Berdasarkan pengalaman itu, tulisan ini saya fokuskan pada pendekatan pembelajaran saintifik setelah mengamati praktik para guru kelas di forum itu, ketika mereka menerapkan proses pembelajaran dengan langkah 5M (Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan). Implementasi Pendekatan Saintifik Di kelas F3 yang saya dampingi, ada 11 peserta sedang berlatih mengajar dengan pendekatan saintifik secara bergantian. Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya penggunaan proses berfikir ilmiah sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Peserta didik didorong untuk mencari tahu dari berbagi sumber informasi, bukan hanya diberi tahu. Untuk itu, mereka dilibatkan dalam proses pembelajaran melalui pengamatan, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Untuk memudahkannya, langkah-langkah pembelajaran yang sejalan dengan semangat pendekatan saintifik (scientific approach) dinamakan dengan 5M. Berdasarkan pengamatan dalam forum itu, terlihat penerapan pendekatan saintifik belum begitu tampak menonjol. Mungkin mereka masih belum terbiasa dengan menekankan pentingnya mendorong peserta didik terlibat dalam proses mencari tahu, sampai mereka dapat menyimpulkan atau menemukan pengetahuan sendiri dari tema yang sedang dipelajarinya (inquiry or discovery learning). Sungguh pun begitu, para peserta pelatihan relatif sudah mampu menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, atau apa yang dikenal dengan pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Selingan berupa nyanyian atau permainan sudah muncul, tepuk tangan meriah di sela-sela pembelajaran juga sudah tampak. Ucapan bagus, pinter, hebat, dan sejenisnya yang memotivasi juga terlihat dalam proses pembelajaran. Beberapa media seperti gambar, bola mainan, tumbuhan, poster, media tempel dan semacamnya juga sudah diperagakan.
Namun, para guru yang tampil dalam forum itu, masih belum menunjukkan proses pembelajaran saintifik secara optimal. Sebagian guru masih menekankan transfer pengetahuan (memberi tahu), hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kelas yang sebagian besar masih menekankan pertanyaan apa (what), bukan mengapa (why) dan bagaimana (how). Padahal yang diharapkan, peserta didik tidak saja tahu apa (ranah kognitif), tetapi juga tahu mengapa (ranah afektif), dan tahu bagaimana (ranah psikomotor) dengan proses pembelajaran yang “memberdayakan”. Belajar model demikian, mengharapkan produk lulusannya dapat menghasilkan insan yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif yang di dalamnya mencakup penguasaan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terpadu dan seimbang, baik aspek soft skill maupun hard skill. Ringkasnya, pendidikan dapat menghasilkan manusia cerdas dan berkarakter. Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik, meniscayakan kehadiran guru yang tidak saja sabar dan telaten, tetapi juga cerdas dan kreatif berkolaborasi dengan peserta didik untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memunginkan mereka mampu merumuskan masalah dengan baik. Para guru diharapkan mampu menfasilitasi peserta didik berlatih berfikir analitis, bukan berpikir mekanis. Melalui pertanyaan mengapa dan bagaimana, peserta didik dirangsang untuk dapat menyelesaikan masalah melalui proses yang lebih panjang. Mereka diajarkan bagaimana menarik kesimpulan, bukan hanya menerima pengetahuan (transfer of knowledge) dengan cara mekanis seperti mendengarkan atau menghafal. Hal ini bukan berarti kegiatan mendengarkan ceramah dan menghafal itu tidak penting, namun yang hendak saya katakan adalah proses berfikir ilmiah penting ditonjolkan dalam proses pembelajaran, karena pengetahuan itu bukan dogma, namun pengetahuan itu terkait erat dengan aktivitas ilmiah. Cara kerja ilmiah, sudah barang tentu mengikuti prinsip-prinsip berfikir ilmiah, apakah itu bersifat induktif atau deduktif. Untuk itulah, agar penerapan 5M dapat diterapkan secara efektif baik oleh para guru atau siapapun yang kegiatannya berhubungan dengan aktivitas pembelajaran, akan saya sharing pengalaman itu.,.
Mengkomunikasikan (Communicating) Dalam bentuk sederhana, mengkomunikasikan berarti mempresentasikan atau menunjukkan hasil pekerjaannya kepada publik, secara lisan atau tulisan, atau bentuk karya lain sehingga mendapat respon yang lebih luas. Dalam ruang terbatas, peserta didik cukup menyajikan kesimpulan hasil pekerjaannya di hadapan teman-temannya di dalam kelas. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, para guru dapat memanfaatkan kecanggihan itu untuk mengkomunikasikan karya-karya terbaik peserta didiknya di dunia maya, sehingga bisa direspon oleh pembaca yang lebih luas. Misalnya, karya mereka dipublikasikan di Blog kompasiana.com, menarik dan bermanfaat bukan?. Itulah sekedar sharing dari pengalaman selama mendampingi mereka. Semoga para guru kita dapat mengambil pelajaran dan terus berbenah diri untuk memperbaiki mutu SDM Indonesia. Pendekatan saintifik, merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mendorong untuk menghasilkan mutu lulusan yang produktif, inovatif, kreatif dan berkarakter. Semoga bermanfaat!.
d.      Menalar    
Langkah kelima Menalar (associating). Menalar dalam pengertian ini adalah padanan dari istilah associating dalam bahasa Inggris, bukan kata reasoning. John M. Echols dan Hasan Shadily dalam bukunya Kamus Inggris-Indonesia menerjemahkan kata reasoning dengan pemikiran atau pertimbangan. Namun penalaran yang dimaksudkan di sini lebih dekat dengan padanan dari kata “associating”, yang merujuk pada teori belajar asosiasi (pembelajaran asosiatif). Sebuah Modul Pelatihan Kurikulum 2013 menjelaskan, bahwa esensi istilah asosiasi ini merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa yang kemudian mamasukkannya menjadi penggalan memori. Pengalaman-pengalaman yang tersimpan di memori otak itu berelasi atau berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses inilah yang dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Bagaimana mempraktikkannya? Peserta didik dilatih untuk menghubungkan antara satu obyek/kejadian dengan objek/kejadian lain, sehingga hubungan antara beberapa variabel menjadi jelas, baik bersifat induktif atau deduktif. Misalnya penalaran induksi sebab-akibat seperti: “berusaha keras, berdo’a, dan tidak berputus-asa, adalah faktor-faktor pendorong kesuksesan hidup seseorang”.
Dari hasil Observasi dan Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam  diketahui bahwa guru PAI Dalam melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kelompok, dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan tujuan untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan cara bergotong royong. Sebagai Metode, Pendekatan kerja kelompok dipakai guru Pendidikan Agama Islam untuk mencapai macam-macam tujuan di Sekolah. Karena di dalam prakteknya Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Sungai Besar 3 Kota Banjarbaru  di dalam prakteknya menggunakan pendekatan Kerja kelompok yang cukup baik.
dari hasil observasi dan wawacara di ketahui bahwa Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Sungai besar 3, dalam kegiatan belajar mengajar guru membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar dan terkadang memperhatikan juga pendapat dan kemauan anak didik. Karena permasalahan yang dihadapi setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatannya pun akan lebih tepat bila menggunakan pendekatan bervariasi.
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Sungai besar 3 menggunakan Bahasa yang baik dalam proses belajar mengajar. Guru PAI Menyadari Penggunaan Bahasa yang baik sebagai alat untuk mengungkapkan makna yang di wujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosakata) akan mudah dipahami jika cara penyampaian bagus dan mudah dimengerti oleh anak didik, karena hal demikian berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, Pikiran, pendapat dan perasaan).      
e.       Mencoba
Langkah selanjutnya yaitu Mencoba (Experimenting) Hasil belajar akan terekam kuat dalam memori peserta didik, apabila mereka diberi kesempatan untuk melakukan, mencoba, atau mengalami. Hal ini tentu sangat berbeda dengan hasil belajar karena sekedar mendengarkan atau diberitahu oleh orang lain. Perbuatan mencoba itu dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan eksperimen. Dengan melakukan percobaan peserta didik merasa senang, mereka dapat belajar sambil mengalami. Sudah barang tentu, setiap percobaan perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran berlangsung dan dirumuskan dengan baik dalam dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Membuat RPP adalah tugas guru, bukan tugas pemerintah yang terkait dalam bidang pendidikan nasional. Mengapa? Karena gurulah yang paling tahu situasi dan kondisi sekolah masing-masing, jadi RPP tidak perlu distandarkan, kecuali hanya prinsip-prinsip atau komponen-komponen penting RPP-nya.

2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai besar Kota Banjarbaru
a.      Guru
Faktor guru yang mengajar dengan indikator pengalaman, dan latar belakang pendidikan. Guru yang melaksanakan Penerapan Pendekatan dalam pembelajaran PAI Dengan Pelaksanaan Implementasi Pendekatan Saintifik untuk menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah Ibu Zahra, S. Pd. I Pengalaman guru mengajar 5 Tahun menjadi Guru, dan pendidikan yang ditempuh adalah S1 IAIN Antasari Banjarmasin. Pengalaman kerja sangat penting bagi seorang guru. Guru yang banyak memiliki pengalaman kerja di sekolah, dia akan mudah melaksanakan tugasnya, karena pengalaman tersebut dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang banyak mempunyai pengalaman kerja sebagai guru, dia akan dapat memberikan bimbingan kepada siswanya. Masa kerja atau lamanya kerja seorang guru juga cukup mempengaruhi kecakapan dan keahlian dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Karena ilmu dan pengetahuan saja tidak cukup tanpa ada pengalaman kerja. Melalui pengalaman akan menambah kematangan dalam mengerjakan sesuatu serta dari pengalaman tersebut dapat mengimbangi antara kenyataan yang dihadapi saat melaksanakan tugas dengan ilmu yang didapatnya.
b.      Siswa
Minat siswa dilihat dari kerajinan/ keaktifan mengikuti pelajaran dan perhatian selama mengikuti pelajaran PAI. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi terlihat semuanya aktif dan memperhatikan dengan baik setiap materi yang dijelaskan oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

c.       Sarana Prasarana
Berdasarkan hasil observasi dari wawancara, fasilitas yang digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran PAI Hanyalah ruang kelas dan buku-buku Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
C.     Analisis Data
1.      Pelaksanaan Penerapan Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai besar Kota Banjarbaru.
a.       Mengamati
Dari data yang telah penulis kemukakan dapat dijelaskan bahwa:
Data yang didapat pada saat penelitian diketahui bahwa guru mata pelajaran PAI mampu dalam menerapakan Pendekatan saintifik melalui kegatan pembelajaran mengamati Vidio tentang pelaksanaan Haji murid-muridnya pada saat jam pelajaran dengan menggunakan pendekatan Inidvidual. Hal tersebut dilakukan agar tercapainya tujuan yang diinginkan dengan maksimal dan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran serta memudahkan guru dalam menentukan pelajaran yang diajarkan. Dengan mengalokasikan waktu untuk berinteraksi dengan menggunakan Pendekatan Individual terhadap anak murid, guru mampu membagi mata pelajaran yang diajarkan kapan pelajaran itu diajarkan dan ruang mana pelajaran itu akan diajarkan pada suatu kelas tertentu serta mampu menyelesaikan pelajaran yang sudah direncanakan yang diajarkan dengan baik.
Tahap awal dari serangkaian kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan pembelajaran saintifik kurikulum 2013 dimulai dengan mengamati.
Menurut wikipedia pengertian mengamati yang berkaitan dengan metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuai dengan metode pembelajaran kurikulum 2013, merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). 
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi yang dilakukan oleh siswa.
dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat tayangan gambar, menyimak, mendengar, dan membaca yang diformulasikan pada skenario proses pembelajaran.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek (Permendikbud No. 81a Th. 2013). Mengamati adalah tahap awal dari serangkaian tahapan pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Mengamati melatih siswa dalam hal kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca yang diformulasikan pada skenario proses pembelajaran. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek (Permendikbud No. 81a Th. 2013).
Contoh mengamati
Siswa difasilitasi untuk membaca sumber dari buku siswa (mengamati fakta, mengamati konsep, mengamati prinsip, mengamati proses, mengamati prosedur di dalam buku siswa)
Siswa difasilitasi mendengarkan pembacaan puisi atau narasi dari radio (mengamati fakta pada puisi, mengamati konsep tentang puisi, mengamati prinsip sebuah puisi, mengamati proses, mengamati prosedur pada pembacaan puisi atau narasi dari peralatan audio visual)
Siswa difasilitasi melihat tayangan video perakitan komputer (mengamati fakta pada perakitan komputer, konsep perakitan komputer , prinsip perakitan komputer , proses perakitan komputer, prosedur perakitan komputer pada suatu tayangan video tentang perakitan komputer)
Siswa difasilitasi melihat demonstrasi perbaikan sepeda motor (mengamati fakta pada perbaikan sepeda motor , konsep perbaikan sepeda motor, prinsip perbaikan sepeda motor, proses perbaikan sepeda motor, prosedur perbaikan sepeda motor pada suatu demonstrasi perbaikan sepeda motor)
Hasil Kegiatan Mengamati
1)      Perhatian siswa pada saat melakukan langkah mengamati tersebut.
2)      Bentuk catatan yang dibuat pada waktu melakukan langkah mengamati.
3)      Kesabaran siswa yang terbentuk selama melakukan langkah mengamati.
4)      Jangka waktu yang digunakan siswa melakukan langkah mengamati
Dari contoh-contoh kegiatan mengamati tersebut tampak bahwa banyak hal bisa dilakukan siswa yang diskenariokan oleh guru di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa. Apa saja yang harus di amati dan dibuat catatan oleh siswa harus diidentifikasi oleh guru melalui langkah mengkaji silabus. Tahap mengkaji silabus inilah menjadi titik masuk atau kunci awal merancang pendekatan saintifik khususnya tahapan mengamati.
Dari hasil penelitian observasi, proses interaksi antara guru mata pelajaran PAI dengan murid-murid yang berada di kelas  tersebut guru dapat menjalin proses interaksi dengan menggunakan Pendekatan individual dengan baik dan efektif selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran
Berdasarkan sumber-sumber tersebut  dapat ditetapkan dan dikembangkan proses interaksi dengan menggunakan pendekatan individual untuk meningkatkan kompetensi dasar anak-anak murid  Dalam mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menyelesaikan Pembelajaran secara Efektif berlangsung cukup baik.
Tetapi setelah penulis melakukan observasi dan melihat dokumen ternyata tidak semua guru mampu Melaksanakan Implementasi Pendekatan Saintifik pada setiap mata pelajaran yang diampu.
Dari 1 orang guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas III yang penulis teliti guru tersebut mampu menjalin proses Implemetentasi pedenkatan Saintifik dengan berinteraksi dengan menggunakan pendekatan individual yang baik dengan murid-muridnya yang berada di kelas III.
Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Guru tersebut memberikan pelajaran sesuai dengan indikatornya dengan metode yang baik, karena guru tersebut mampu menjalin interaksi dengan murid-muridnya sehingga hasil yang ingin di capai memuaskan untuk kemajuan para murid-muridnya yang berada di Kelas III. karena hal tersebutlah dapat dikatakan bahwa guru PAI mampu membuat proses Pendekatan Individual untuk menjalin Interaksi dengan baik selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan dari hasil observasi, dengan mempersiapkan materi pelajaran terlebih dahulu akan mempermudah guru dalam mengajar dan berinterkasi dengan murid untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan mempersiapkan materi sebelum mengajar akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi dan Melakukan pendekatan Individual untuk menjalin proses interaksi antar guru dan murid bisa berjalan dengan lancar sesuai yang di inginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengjar di Kelas III mampu dalam menentukan metode pembelajaran sehingga proses interaksi terjalin, hal tersebut memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran yang diajarkan dan siswa dengan mudah memahami pelajaran, dan metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan penugasan. Dengan menggunakan metode ceramah akan mempermudah guru dalam menyampaIkan materi yang sudah disusun sebelum mengajar, dengan metode diskusi guru dapat mengetahui sejauh mana kekompakan siswa dalam mengerjakan tugas secara berkelompok dan menggunakan metode penugasan untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam menerima pelajaran yang sudah diajarkan dan melatih siswa untuk belajar serta mengingat kembali tentang pelajaran yang sudah dipelajari.
b.      Menanya
Menanya adalah tahap kedua dari serangkaian tahapan pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Menanya melatih siswa mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Menanya adalah salah satu kompetensi yang diperlukan siswa untuk hidup di era cerdas abad 21.
Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai fakta, konsep, prinsip atau prosedur yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat menanya atau mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Siswa harus dilatih agar bisa menanya hal-hal yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. (Permendikbud No. 81a Th. 2013).
Pada kegiatan menanya ini, siswa dibimbing dan difasilitasi untuk bisa mengajukan pertanyaan atau menemukan hal-hal yang perlu dipertanyakan, perlu diperjelas dan dibimbing agar mempunyai kemampuan mencari dan menemukan penjelasan tambahan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tentang dan atau konten yang terkait dengan hal yang sedang dipelajari. Bagi sebagian siswa, menanya bukan sesuatu yang mudah dilakukan walaupun guru sudah mengatakannya secara langsung . Menurut pendapat saya, menanya tidak harus dan tidak selalu muncul dari pernyataan guru …. “Sekarang saatnya menanya … ayo siapa yang mau bertanya?” …..
Jadi … bagaimana membuat siswa mampu menanya …?
Menanya yang harus dilakukan siswa dapat berbentuk (1) membuat pertanyaan yang relefan dengan materi pembelajaran (2) mengajukan pertanyaan yang sudah dibuat kepada guru, teman dalam kelompok atau sumber belajar lainnya. (3) melakukan tanya jawab (4) melakukan diskusi tentang informasi yang relefan dengan topik pembelajaran yang belum diketahui (5) menanyakan informasi tambahan yang ingin diketahui atau (6) menanyakan informasi yang sudah diketahui sebagai klarifikasi.
Contoh menanya
1)      Siswa menanyakan penjelasan tambahan terhadap informasi yang didapat dari proses mengamati
2)      Siswa mencari penjelasan tambahan sendiri berdasarkan informasi hasil-hasil kegiatan mengamati
3)      Siswa menanyakan fenomena-fenomena yang tidak diketahuinya dalam langkah mengamati obyek
4)      Siswa mengklarifikasi informasi yang didapatnya dari tahap mengamati.
5)      Siswa melakukan tanya jawab sesuai topik dengan guru.
6)      Siswa melakukan tanya jawab sesuai topik dengan siswa lainnya.
7)      Siswa berdiskusi sesuai topik secara berkelompok.
8)      Siswa mengakses internet mencari penjelasan lebih lengkap sesuai topic
Hasil Kegiatan menanya antara lain:
1)      Jenis-jenis pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, prinsip, proses, hipotesis yang diajukan siswa
2)      Jumlah pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, prinsip, proses, hipotesis yang diajukan siswa
3)      Kualitas pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, prinsip, proses, hipotesis yang diajukan siswa
4)      Daftar pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, prinsip, proses, hipotesis dan jawaban
Makna menanya dalam metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuai dengan kurikulum 2013 merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Menanya merupakan lanjutan dari proses pengamatan, Setelah siswa terlibat dengan proses pengamatan secara visual baik itu berupa gambar atau apapun, Ketika belajar mengajar berlangsung, guru bisa bertanya kepada siswa tentang apa yang mereka amati atau guru bisa meminta siswa untuk bertanya atas apa yang mereka amati yang belum dipahami, proses menanya menjalin interaksi siswa dengan guru dan dapat memberikan pancingan terhadap siswa agar berfikir kritis serta interaktif.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Melakukan Kegiatan Implementasi pedenkatan Saintifik yang baik terhadap anak didiknya di Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai besar, dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan adanya pendekatan Saintifik Melalui kegiatan Menanya peserta didik lebih mudah memahami pelajaran serta tujuan pembelajarannya sesuai yang diinginkan.
Kemampuan guru dalam proses Pendekatan Saintifik melalui metode menanya ini sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar dan penyampaian sumber belajar. Dengan cara tersebut akan mempermudah proses pembelajaran sesuai target yang diinginkan.
Dari data yang penulis dapat guru mata Pelajaran PAI mampu melakukan pendekatan saintifk melalui kegiatan menanya dengan baik selama proses pembelajaran. Dengan pendekatan saintifk yang baik guru dapat menyalurkan pikiran, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar dan membantu memudahkan pemahaman siswa dalam menentukan dan memahami konsep atau materi yang disampaikan serta dapat juga menghantarkan siswa ketingkat pemahaman yang lebih tinggi.
c.       Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.  Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Mengkomunikasikan adalah tahap ke lima dari serangkaian tahapan pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Mengkomunikasikan melatih siswa mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Kegiatan belajar yang dilakukan pada tahapan mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan lainnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Contoh kegiatan mengkomunikasikan
1)      menyajikan laporan dalam bentuk bagan;
2)      menyajikan laporan dalam bentuk diagram;
3)      menyajikan laporan dalam bentuk grafik;
4)      menyusun laporan tertulis; dan
5)      menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan
6)      menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara grafis
7)      menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan pada media elektronik
8)      menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara multi media
Seluruh kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik tersebut akan berjalan dengan baik dan kondusif melalui perencanaan pembelajaran yang cermat dan didampingi dengan pengelolaan kelas yang cermat pula. Karena itu sebelum melaksanakan pembelajaran berpusat pada siswa dengan tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan harus dipastikan juga rencana pengelolaan kelas.
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui  menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. 
Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru PAI dalam melakukan pendekatan saintifik, guru dalam mengajar menggunakan berbagai macam variasi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. karena guru menyadari permasalahan yang dihadapi setiap anak berbeda-beda karena itu diperlukan pendekatan saintifik melalui kegaitan mengkomunikasikan. Pendekatan yang dilakukan Ibu Zahra S. Pd. I ini bisa dikatakan cukup baik
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengajar di Kelas III guru mempunyai kemampuan Pendekatan saintifik mellaui metode komunikasi yang baik dalam melakukan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar berjalan efektif sesuai dengan perencanaan sebelumnya. 
Dari hasil wawancara dengan guru mata Pelajaran PAI Kelas III, pendekatan saintifik mellaui komunikasi ini dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI kelas III adalah menggunakan metode dengan Komunikasi pengajaran reguler, guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan para siswanya, para siswa mempunyai posisi yang sama, walaupun setiap siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk memahami suatu materi pelajaran. Jadi untuk siswa yang lamban dalam belajar diberikan perhatian khusus dengan kegiatan yang berbeda dari siswa yang cepat dalam menerima pelajaran.
d.      Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata emiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. 
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara :
1)      Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2)       Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
3)      Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau   hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
4)      Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5)      Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
6)      Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7)      Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8)      Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.
Mengasosiasi / mengolah informasi / Menalar  adalah tahap ke empat dari serangkaian tahapan pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Mengasosiasi | mengolah informasi melatih siswa mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Kegiatan mengasosiasi / menalar / mengolah informasi (associating)
1)      mengolah informasi yang sudah dikumpulkan,
2)      menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
3)      mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan
4)      mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
5)      Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
6)      Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
Dari hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Melakukan pendekatan saintifik melalui kegiatan menalar dilakukan dengan baik dalam hal prose belajar mengajar dikelas.
karena guru PAI Menyadari Perkembangan kognitif anak dalam proses Eksplorasi dalam kegiatan menalar bertujuan untuk mengembangkan bahasa, daya pikir dan keterampilan anak didik.
Dalam tahap ini, anak mengembangkan keterampilan, bahasa dan daya ingatnya, untuk itu dalam memberikan pelajaran pada Anak Kelas III Sekolah Dasar sangat perlu perhatian dari guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya kegiatan Pendekatan saintifik melalui proses menalar belajar mengajar ini sangat memudahkan bagi anak didik untuk mengingat, mengucapkan dan menjawabnya ketika ada pertanyaan yang diajukan kepadanya. Maka dari itu sangat efektif digunakan dalam meningkatkan perkembangan daya pikir, barbahasa dan keterampilan anak dalam proses belajar mengajar pada anak didik Kelas III Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai Besar.
Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PAI Kelas III, dalam hal Pendekatan saintifik melalui proses menalar guru mata pelajaran PAI Sangat memperhatikan hal ini, kegiatan menalar para siswa di kelas III di dukung sepenuhnya oleh Guru Mata Pelajaran Agama Islam , dengan cara mengungkit kemampuan siswa dari dalam agar bisa ia eksplor dari dalam dirinya. setiap memasuki kelas guru PAI Bertanggung jawab mengungkit, menumbuhkan, dan menyalurkan kemampuan para siswanya sesuai kapasitas anak didiknya yang berada di kelas III dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dalam hal Kegiatan menalar guru PAI Kelas III Sudah melakukannya dengan baik. Beliau menyadari pentingnnya kemampuan para anak didiknya di eksplor agar kapasitas anak didiknya bertambah bagus dan meningkat.
e.       Mencoba  
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran PAI, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep Pendidikan Agama Islam dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
1)      menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
2)      mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan;
3)      mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya;
4)       melakukan dan mengamati percobaan;
5)      mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
6)      menarik simpulan atas hasil percobaan;
7)      membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka :
1)      Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid
2)      Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
3)      Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
4)      Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
5)      Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen
6)      Membagi kertas kerja kepada murid
7)      Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
8)      Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.
Dari hasil wawancara dan Observasi di ketahui bahwa, dalam haal Pendekatan Saintifik mellaui kegiatan mencoba Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai Besar bisa dikatan Baik. Karena Kemampuan Guru pendidiikan Agama Islam yang mumpuni dalam menjalin komunikasi dengan anak didik.
Dari Hasil Observasi dan wawancara dengan anak murid, mereka mengatakan kemampuan Guru PAI dalam Kegiatan Saintifik ketika melakukan proses belajar mengajar bisa dipahami mereka cukup baik.
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Penerepana Pendektana Saintifik untuk menciptakan keaktifan siswa dalam Pembelajaran PAI
a.      Guru
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh keberhasilan guru dalam mengelola proses belajar mengajar di Sekolah untuk meningkatkan tingkat produktifitas dan prestasi anak didik dapat dilakukan dengan meningkatkan kapasatis Guru untuk pengelolaan kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode yang efektif untuk keberhasilan proses belajar mengajar.
Dari uraian diatas, sehubungan dengan tugas dan wewenang tenaga kependidikan sebenarnya dari segi realisasi kegiatan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam Kelas III di Sekolah Dasar Negeri Sungai besar Kota Banjarbaru  Dapat dikatakan baik.
b.      Siswa
Pendidikan hendaknya di desain bagi siswa atau peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan mengalami perkembangannya. Setiap peserta didik mempunyai kebutuhan dan mengalami perkembangan yang tidak sama sehingga Sekolah perlu menyelenggarakan berbagai program sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya. Agar program yang telah di susun, guru yang telah diangkat, dan sarana prasarana dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, maka peserta didik perlu di menej sedemikian rupa sehingga tujuan yang diinginkan Sekolah dapat di capai secara efektif dan efesien.
Manajemen kesiswaan pada dasarnya membahas tentang perencanaan kesiswaan, peneriman siswa baru, pengorganisasian siswa, orientasi siswa, pembinaan dan pelayanan siswa, organisasi siswa, penilaian siswa, mutasi dan almuni. Inilah sebenarnya cakupan yang akan dibahas dalam bidang kesiswaan.
Dari uraian diatas, kalau menghubungkan dengan program kesiswaan yang dibuat oleh bagian kesiswaan, ternyata program kesiswaan banyak sekali komponen kegiatannya dan seandainya program tersebut teraktualisasi semua dan dikelola dengan baik dan profesional. SDN 3 Sungai besar Kota banjarbaru akan menjadi sekolah yang diperhitungkan kualitasnya di Kota Banjarbaru.
c.       Sarana Prasarana
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, multi media, serta alat-alat dan media pengajaran yang lain. Sarana belajar mengajar yang ada di SDN 3 Sungai Besar yaitu: a. ruang Kepala Sekolah 1 buah, b. Ruang Dewan Guru 1 Buah, c. ruang Tata Usaha 1 Buah, d. Ruang Kelas 6 Buah, e. Ruang Perpustakaan 1 Buah, F. Mushalla 1 buah, g. WC 2 guru 1 Buah, h. WC Murid 4 Buah.
Dari gambaran diatas tentang sarana prasarana di Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai Besar Kota Banjarbaru belum sepenuhnya memenuhi kreteria dari sebuah manajemen pendidikan berbasis Sekolah dan Standar dari pengembangan Sekolah Dasar



   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar