BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANLISIS DATA
A.
Gambaran Umum lokasi Penelitian
1.
Sejarah
Berdirinya Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar.
Sekolah dasar Negeri Rantau Bujur terdaftar dengan NIS 10113013.
Beralamat dijalan Aranio RT. 17. RW. 06. No. 38. Kelurahan Aranio Kecamatan
Tiwingan Kabupaten Banjar. Didirikan pada tahun 1979, dengan Status Negeri.
Berdiri diatas lahan seluas .2.394 M3, dengan status milik sendiri, dengan luas bangunan 753
M3, dengan status milik sendiri, dan luas bangunan 753 M3, semi permanen.
Adapun yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah:
Tabel
4. 1 : Pejabat Kepala Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
|
Nama
|
Periode Tahun
|
1.
|
Zubaidah. S. Pd
|
1979-1985
|
2.
|
M. Zaini. S. Ag
|
1985-1997
|
3.
|
M. Salim, S. Pd.
|
2008-2012
|
4.
|
Sariati, S. Pd.
|
2012-sekarang
|
Sumber: tata usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur 2013
2.
Jumlah
Guru
Guru termasuk tata usaha dan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Rantau Bujur pada Tahun ajaran 2012/ 2013 berjumlah 15 orang. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 2: jumlah Guru Sekolah Dasar Negeri
Rantau Bujur
No.
|
Nama
|
Pendidikan
|
Jabatan
|
1.
|
Sariati
|
S1 Unlam
|
Kepala Sekolah
|
2.
|
H. Syahlani, A. Ma.
|
D2 PGSD
|
Guru Kelas
|
3.
|
Norliani, A. Ma.
|
S1 PAI
|
Guru Agama
|
4.
|
Yuliani, A. Ma.
|
D2
|
Guru B. Indonesia
|
5.
|
Maskarminah, A. Ma. Pd
|
D2
|
Guru Kelas
|
6.
|
Rosipahani, A. Ma.
|
D2
|
Guru Kelas
|
7.
|
Sutianingsih
|
SMA
|
Guru IPA
|
8.
|
Rina Rahayu S. Pd.
|
S1 Unlam
|
Guru B. Inggris
|
9.
|
Suriati, A. Ma. Pd. OR
|
D2
|
Guru Panjaskes
|
10.
|
Eka Mulyani
|
SMA
|
Guru IPA
|
11.
|
Izna Fatia
|
SMA
|
Guru Matematika
|
12.
|
Faulia Ariyani
|
SMA
|
Guru IPA
|
13.
|
Zainal Muttaqin
|
SMA
|
Pustakwan
|
14.
|
Yudi Ferdian
|
S1 STIE
|
Tata Usaha
|
15.
|
Midyan Rosyadi
|
SMP
|
PSD
|
Sumber:
tata usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Tahun 2013
3.
Jumlah
guru dan siswa
Adapun
jumlah siswa sebanyak 175 orang, yang tersebar pada 6 Kelas, dengan perincian
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
4. 3: keadaan siswa Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
|
Kelas
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1.
|
I
|
16
|
14
|
30
|
2.
|
II
|
15
|
13
|
28
|
3.
|
III
|
16
|
12
|
28
|
4.
|
IV
|
13
|
13
|
26
|
5.
|
V
|
10
|
20
|
30
|
6.
|
VI
|
15
|
11
|
26
|
Jumlah
|
92
|
83
|
175
|
Sumber: Tata Usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur Tahun 2013
4.
Fasilitas
Sekolah
Sekolah
Dasar Negeri Rantau Bujur memiliki beberapa Fasilitas yaitu:
Tabel
4. 4: Fasilitas Sekolah Dasar Negeri Rantau Bujur
No.
|
Nama Barang
|
Jumlah
|
Kondisi
|
1.
|
Ruang Kelas
|
7 Buah
|
Baik
|
2.
|
Ruang Perpustakaan
|
1 buah
|
Baik
|
3.
|
Ruang Kepala Sekolah
|
1 buah
|
Baik
|
4.
|
Ruang guru dan TU
|
1 buah
|
Baik
|
5.
|
WC Guru
|
1 buah
|
Baik
|
6.
|
WC Siswa
|
2 buah
|
Baik
|
7.
|
Mushalla
|
1 buah
|
Baik
|
8.
|
Ruang UKS
|
6 buah
|
Baik
|
9.
|
Komputer dan Printer
|
2 Set
|
Baik
|
Sumber:
Tata Usaha Sekolah Dasar Negeri Rantau
Bujur Tahun 2013
5.
Visi
dan Misi Sekolah
Visi
yang di emban Sekolah ini adalah Iman, Takwa, Cerdas, Kreatif, dan Inovatif.
Misi
yang ingin di capai Sekolah ini adalah:
a.
Terwujudnya
siswa yang beriman dan bertakwa
b.
Terwujudnya
siswa yang cerdas dan santun
c.
Terwujudnya
siswa yang kreatif dan inovatif.
B.
Penyajian Data
1.
implementasi
pendekatan saintifik dalam pembelajaran pendidikan agama islam (PAI) di SDN 3
sungai besar kota banjarbaru
Berdasakan hasil wawancara dengan responden tentang saintifik dalam
mata Pelajaran PAI, yang meliputi:
a.
Mengamati
b.
Menanya
c.
Mengkomunikasikan
d.
Menalar
e.
Mencoba
kelima
proses diatas dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a. Mengamati
Mengapa harus
dimulai dari Mengamati ? Kurikulum 2013 disebutkan memiliki kekhasan
pembelajaran di kelas harus dimulai dari kegiatan mengamati. Pertanyaannya
mengapa harus dimulai dari mengamati dan apakah pembelajaran kita di kurikulum
yang lalu-lalu tidak dimulai dari kegiatan mengamati, sehingga pemerintah perlu
mewajibkannya? Apa sih mengamati itu? Mengamati atau dalam bahasa Inggris
disebut to observe adalah kegiatan melihat dengan seksama, teliti, dan
cermat. terdapat makna observe yang lebih luas, termasuk to dig, to
recognize, to pay attention, to study, to scrutinize, to distinguish, to
survey, to read, to monitor, to witness. Artinya, jika aktivitas mengamati
perlu melibatkan semua panca indera, dan bahkan menggunakan alat, dan dasar-dasar
(teori/konsep awal). Mengamati tidak memadai jika hanya dengan melihat,
tidak sama juga dengan kata menyaksikan, melirik, menatap, atau semua kata
kerja yang menggunakan mata sebagai alat aktivitasnya. Tetapi mengamati harus
melibatkan indera pendengaran untuk menggali sifat sesuatu melalui kegiatan
mendengar (suaranya), melibatkan indera peraba untuk merasakan teksturnya,
melibatkan indera penciuman untuk mengetahui baunya, melibatkan indera perasa
untuk mengetahui rasanya.Intinya tidak cukup dengan menggunakan “mata” saja.
Lalu, mengapa
semua kegiatan belajar harus dimulai dari mengamati? Peserta didik memiliki
posisi sebagai subyek dalam pembelajaran, bukan obyek. Yang akan dipelajarinya
dalam semua materi, mapel apapun itu, adalah konsep-konsep. Konsep-konsep
adalah hal yang abstrak, sehingga tidak bisa dipelajari hanya dengan memaksa
siswa untuk menghapalkannya. Pembelajaran yang menekankan pada menghapal dan
“memaksa” siswa untuk paham biasanya dimulai dengan guru menceramahi, membuat
definisi, sampai akhirnya membuat contoh. Semua dilakukan oleh guru. Kegiatan
seperti ini ternyata terbukti tidak sanggup menanamkan konsep-konsep di kepala
siswa dalam jangka waktu yang lama, dan bahkan siswa tidak mampu menerapkan
konsep tersebut dalam mengerti fakta-fakta sekitarnya.
kerana itulah
sebagai guru pai Ibu Zahrah sangat menyadari itu, beliau ingin anak didinya
mengerti dan memahami betul tentang setiap makna dari proses pembelajaran
Pendidika Agama Islam Jadi, karena orientasi pembelajaran yang benar adalah
siswa yang harus belajar, siswa yang harus membentuk dan mengkonstruksi
konsepnya, dan siswa yang harus menarik kesimpulan tentang sebuah konsep, maka
siswa harus belajar menjadi seorang “peneliti, investigator, penyelidik,
detektif”. Kesemua profesi tersebut memulai aktivitasnya dengan cara mengamati.
Dari hasil
wawancara dan observasi dengan Guru PAI dikelas III sdn 3 Sungai Besar Kota
banjarbaru, Dari mengamati, apa yang akan dihasilkan siswa? Contoh dalam
pembelajaran PAI di SD, mempelajari Rukun islam. Siswa diberi Vidio
Tentang Orang menunaikan Ibaadah haji, lalu dibiarkan oleh guru PAI untuk mengamati
atau temannya berdasarkan cara yang mereka pahami (pemahaman tentang cara Pelaksanaan
Ibadah haji diketahui siswa dari pengalamannya atau dari pembelajaran
sebelumnya). Ada yang Ka’bah, ada yang Mengamati manusia sedantg menunaikan
Ibadah Haji yang berputar-putar mengelilingi Ka’bah, ada yang Mengamati Hijir
Ismail, ada yang Mengamati mesjidil Aqso, dll. Hasil pengamatan mereka catat di
papan tulis berikut cara menunaikan Ibadah haji yang baik dan benar, dan siapa
yang dapat menunikan ibadah haji. Setelah semuanya duduk, guru PAI meminta
mereka mengamati hasil pengamatan mereka di papan tulis. Siswa pasti akan
bertanya, “la kok beda-beda hasilnya?” Jika siswa belum terbiasa untuk
bertanya, maka mungkin mereka diam, maka di sinilah guru harus berperan,
membimbing siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan ingin tahu. Guru menunjuk
siswanya secara acak dari yang siswa-siswa pandai, menengah, hingga yang agak
lambat daya tangkapnya, untuk menanya. Semuanya harus dilatih bertanya, sebagai
dasar kedua menjadi “penyelidik” (dasar pertama adalah mengamati).
Mengamati
(observing). Mengamati berkaitan dengan aktivitas panca indera manusia yang
dianugerahkan oleh Tuhan untuk mengamati obyek belajar secara bermakna
(meaningfull learning). Karena itu, untuk memudahkan pembelajaran, di awal
kegiatan pembelajaran dipandang penting untuk mendemonstrasikan obyek belajar
yang menarik dan bermanfaat, tentu dipilih obyek belajar yang relevan dengan
tema belajar. Obyek itu tidak harus mewah atau mahal, sederhana asalkan mudah
digunakan dan menarik. Obyek belajar sebaiknya yang menantang peserta didik
untuk bertanya dan merangsang rasa ingin tahu mereka. Peserta didik diberi
kesempatan terlibat untuk melakukan pengamatan (observasi) melalui panca
inderanya, seperti mengamati gambar animasi, menyentuh obyek tiruan model
bagian tubuh manusia (torso), mengamati aneka jenis dedaunan di halaman
sekolah, mengamati transaksi jual beli di kantin sekolah, mengamati aktivitas
petani, peternak, polisi, pasar, tumpukan sampah, dan masih banyak lagi. Jika
obyek atau fenomena yang diamati sulit dijangkau, dapat digunakan model
tiruannya, bisa dirupakan dalam bentuk rekaman video-audio, gambar animasi,
globe, dan lain sebagainya. Cara penyajiannya bisa menggunakan model
perbandingan. Katakanlah peserta didik diminta untuk mengamati dua gambar/foto.
Satu gambar menampilkan foto mushalla yang kotor dan satunya lagi menampilkan
foto mall yang bersih. Dengan mengamati dua gambar yang kontras, diharapkan
muncul sejumlah pertanyaan kritis dan rasa ingin tahu untuk belajar
mempelajarinya. Langkah
Jadi, dari
mengamati akan lahir komunikasi, yang diawali dengan menanya, menjawab,
merespon, dan tentu saja sebagai penyelidik, muncul kecurigaan, dan penasaran.
Nah, jika siswa sudah penasaran, maka guru PAI telah berhasil memulai budaya
belajar yang paling basic. Rasa penasaran, curiga, ingin tahulah yang mendorong
manusia untuk membuat aneka barang, mengetahui sesuatu, memahami konsep, dan
memperbaiki sesuatu.
Dari hasil
pengamatan terhadap Tata Cara pelaksanaan Ibadah haji yang berbeda apa lagi yang dapat dilakukan
siswa? Ya, mengklasifikasikan atau mengelompokkan. Pengelompokkan bisa
dilakukan berdasarkan Urutan tatacara pelaksanan haji yang benar, berdasarkan
cara, atau berdasarkan siapa yang yang wajib menunaikan ibadah haji. Mengapa
harus dikelompokkan? Karena dengan mengelompokkan, siswa akan mengetahui
kesamaan dan perbedaan dalam kelompok dan antarkelompok. Dengan pengelompokan,
dia belajar tren atau pola-pola tertentu. Maka dari pengelompokkan, muncullah
kegiatan mengidentifikasi, yaitu menyebutkan ciri-ciri kelompok.
Kegiatan terus
berlanjut di kelas III SDN Sungai besar 3 Kota Banjarbaru, dari pengelompokan,
pengidentifikasian, sampai mencari penyebab mengapa hasilnya berbeda, siswa
dibimbing untuk menggunakan kemampuan membacanya agar dapat sampai pada jawaban
atau konsep Pemahaman Rukun islam dan tata cara pelaksananya. Guru PAI dalam
proses ini hanya mengarahkan, dan sama sekali tidak boleh memberitahukan
jawaban/konsep melalui penjelasan. Karena kalau guru PAI memainkan fungsi
“tradisional”nya, maka siswa akan menganggap sumber informasi terakhir adalah
GURU. Kalau sudah begini, maka penyelidikan selesai, rasa ingin tahu yang lebih
banyak menjadi pupus, dan siswa lagi-lagi akan menghapal “penjelasan keramat”
guru. Inilah yang salah dalam proses belajar.
Apakah semua
mapel bisa dimulai dari mengamati?
Ya, bisa.
Berdasarkan definisi di atas, maka apapun bisa dibawa ke kelas oleh guru untuk
diamati. Guru PAI terkadang bisa meminta siswa untuk mengamati Bagaimana tata
cara berdoa yang baik sebelum masuk pada kegiatan Pebelajaran dikelas. Siswa
harus menemukan konsep, mengapa harus berdoa, dan bagaimana berdoa yang benar.
Dari hasil
observasi dan wawancara Yang paling penting dilatihkan oleh guru PAI yang akan
menjadi pengarah bagi para “detektif” (siswa) adalah pengetahuan, keterampilan,
dan kepekaan mengamati. Jangan sampai guru belum terlatih mengamati, karena dia
tidak akan berhasil menjadi pembimbing. Karenanya, hanya satu cara untuk dapat
menjadi pengamat yang baik bagi seorang guru, yaitu menguasai konsepnya,
melatih keterampilan mengamati, dan melatih “sense”nya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI yang melaksanakan
Proses pembelejaran saintifik dengan menggunakan metode mengamati yang sudah 1
tahun ini diterapkan oleh guru agar peserta didik dalam setiap pembelajaran
bias mengamati setiap proses pembelajaran dengan siswa ketika berada didalam kelas maupun
diluar kelas, ketika didalam kelas guru mata pelajaran PAI dikelas III dengan
jumlah muridnya 30 orang, dalam hal menjalin Pendekatan Individual dengan siswa
guru melakukakan nya dengan baik, karena guru menyadari pentingnya proses Pendekatan
Individual untuk memberikan rasa kepercayaan dirinya sehingga ia dengan percaya
diri dapat melakukan kegiatan mengamati salam pembelajara Pendidikan Agama
Islam. antara guru mata pelajaran PAI dengan anak didiknya yang berada di Kelas
III agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Pendekatan Individual sangat diperlukan untak melihat perkembangan
anak dan memajukan pelajaran PAI, Tanpa Pendekatan Individual pembelajaran
tidak berjalan dengan baik. Hasil yang ingin dicapai pun tidak memenuhi standar
penilaian yang sudah ditentukan.
Metode mengamati / observasi mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pelaksanaannya, proses mengamati
memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif
banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Namun metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik karena peserta didik yang terlibat dalam proses mengamati akan
dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan
materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
b. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu
peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta
didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak
dan pembelajar yang baik.
Menanya (Questioning). Kemampuan bertanya yang
baik merupakan indikasi bahwa kemampuan verbal seseorang telah berkembang
dengan baik. Acapkali, jawaban yang baik karena dirangsang oleh pertanyaan yang
baik. Karena itu, keberanian dan kemampuan bertanya penting untuk
ditumbuhkembangkan. Setiap pertanyaan, akan mendorong munculnya respon balik
berupa tanggapan verbal, baik oleh guru atau peserta didik secara kreatif,
bahkan mungkin guru tidak menyangka akan mendapatkan jawaban baru yang
mengkayakan dari para peserta didiknya. Misalnya pertanyaan: “Mengapa bensin
(premium) selalu habis meskipun harganya naik?, atau “mengapa ada orang miskin
dan ada orang yang kaya?. Selain untuk membangkitkan rasa ingin tahu, bertanya
berfungsi untuk melatih peserta didik berargumentasi sesuai dengan
kapasitasnya, belajar menerima perbedaan pendapat, merangsang peserta didik
untuk berpikir ulang, dan sekaligus belajar bagaimana sopan santun dalam
bertanya atau merespon pertanyaan dengan baik
Guru Pendidikan
Agama islam sangat mengnkan anak didik yang kelak berhasil dan sukses dalam
setiap langkahnya, karena itulah beliau selalu menerapkan pendidikan dengan menggunaikan
metode yang baik, beliau menyadari betul bahwa tujuan pembelajaran bukan hanya
mengahsilkan siswa yang cerdas tapi masih banyak tugas-tugas yang harus
dipenuhi dalam dunia pendidikan. Karena itulah sebagai Guru Ibu Zahra Juga
menerapkan system dengan metide Saintifik dalam meberikan pelajaran dan
melakansakan pembelajaran dikelas, beliau menyadari betul bahwa anak-aka didik
beliau harus maju dan mandiri. Ibu Zahra selalu menamkan bahwa sumber ilmu
pengetahuan tidak hanya dari dating seirang guru tapi juga banyak dating dari
pasar anak didiknya.
Ibu zahrah mengetahui
bahwa Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah
pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran
meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan
dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Tak terkecuali
Untuk mata pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI), materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan
secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran
harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Dalam kegiatan
mengamati, guru Pendidikan Agama islam membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca
atau dilihat. Guru PAI juga membimbing peserta didiknya untuk dapat mengajukan
pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain
yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan
yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didiknya dilatih
menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan
pertanyaan secara mandiri.
Dari kegiatan
kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan
rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin
tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai
yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang
beragam.
Kegiatan
“menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan
faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Dari hasil observasi dan wawancara di ketahui bahwa guru PAI dalam
melakukan pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik
dilakukan cukup baik. Karena Guru PAI menyadari bahwa sikap dan
perbuatan yang ia lakukan harus bisa menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada
anak didiknya dengan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan
akhlak yang mulia.
c. Mengkuminikasikan
Kegiatan
“mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca
buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau
bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber
lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara
dengan narasumber dan sebagainya.
Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,
sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Pada
pendekatan scientific guru PAI memberi kesempatan kepada
peserta didiknya untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan
pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru PAI sebagai
hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
Kegiatan
“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya.
Salah satu
kunci utama keberhasilan pendidikan di Indonesia adalah terletak pada kualitas
pendidik atau gurunya dengan kurikulum sebagai seperangkat desain penunjangnya.
Seberapa baik kurikulum, namun jika gurunya tidak mampu menerapkannya dengan
baik, maka tujuan kurikulum sulit tercapai. Karena itu, perlu penguatan di
lapangan tentang penerapan regulasi pendidikan yang menuntut setiap guru
memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian
dan sosial. Tulisan ini hendak mendekripsikan bagaimana kompetensi guru dalam
aspek pedagogik dipraktikkan di dalam proses pembelajaran. Kebetulan pada hari
itu, saya menjadi peserta dalam kegiatan Peer Teaching Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru (PLPG) di Hotel Batung Batulis, Kota Banjarbaru. Kegiatan
itu diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi negeri di Kalimantan
Selatan yang berperan sebagai salah satu Lembaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (LPTK) di wilayahnya. Berdasarkan pengalaman itu, tulisan ini saya
fokuskan pada pendekatan pembelajaran saintifik setelah mengamati praktik para
guru kelas di forum itu, ketika mereka menerapkan proses pembelajaran dengan
langkah 5M (Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan).
Implementasi Pendekatan Saintifik Di kelas F3 yang saya dampingi, ada 11
peserta sedang berlatih mengajar dengan pendekatan saintifik secara bergantian.
Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
yang menekankan pentingnya penggunaan proses berfikir ilmiah sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
Peserta didik
didorong untuk mencari tahu dari berbagi sumber informasi, bukan hanya diberi
tahu. Untuk itu, mereka dilibatkan dalam proses pembelajaran melalui
pengamatan, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Untuk memudahkannya,
langkah-langkah pembelajaran yang sejalan dengan semangat pendekatan saintifik
(scientific approach) dinamakan dengan 5M. Berdasarkan pengamatan dalam
forum itu, terlihat penerapan pendekatan saintifik belum begitu tampak
menonjol. Mungkin mereka masih belum terbiasa dengan menekankan pentingnya
mendorong peserta didik terlibat dalam proses mencari tahu, sampai mereka dapat
menyimpulkan atau menemukan pengetahuan sendiri dari tema yang sedang
dipelajarinya (inquiry or discovery learning). Sungguh pun begitu, para
peserta pelatihan relatif sudah mampu menerapkan pembelajaran yang
menyenangkan, atau apa yang dikenal dengan pembelajaran PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Selingan berupa nyanyian atau
permainan sudah muncul, tepuk tangan meriah di sela-sela pembelajaran juga
sudah tampak. Ucapan bagus, pinter, hebat, dan sejenisnya yang memotivasi juga
terlihat dalam proses pembelajaran. Beberapa media seperti gambar, bola mainan,
tumbuhan, poster, media tempel dan semacamnya juga sudah diperagakan.
Namun, para
guru yang tampil dalam forum itu, masih belum menunjukkan proses pembelajaran
saintifik secara optimal. Sebagian guru masih menekankan transfer pengetahuan
(memberi tahu), hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam
kelas yang sebagian besar masih menekankan pertanyaan apa (what), bukan
mengapa (why) dan bagaimana (how). Padahal yang diharapkan,
peserta didik tidak saja tahu apa (ranah kognitif), tetapi juga tahu mengapa
(ranah afektif), dan tahu bagaimana (ranah psikomotor) dengan proses
pembelajaran yang “memberdayakan”. Belajar model demikian, mengharapkan produk
lulusannya dapat menghasilkan insan yang produktif, inovatif, kreatif, dan
afektif yang di dalamnya mencakup penguasaan aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan secara terpadu dan seimbang, baik aspek soft skill maupun hard
skill. Ringkasnya, pendidikan dapat menghasilkan manusia cerdas dan
berkarakter. Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik, meniscayakan
kehadiran guru yang tidak saja sabar dan telaten, tetapi juga cerdas dan
kreatif berkolaborasi dengan peserta didik untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang memunginkan mereka mampu merumuskan masalah dengan baik. Para
guru diharapkan mampu menfasilitasi peserta didik berlatih berfikir analitis,
bukan berpikir mekanis. Melalui pertanyaan mengapa dan bagaimana, peserta didik
dirangsang untuk dapat menyelesaikan masalah melalui proses yang lebih panjang.
Mereka diajarkan bagaimana menarik kesimpulan, bukan hanya menerima pengetahuan
(transfer of knowledge) dengan cara mekanis seperti mendengarkan atau
menghafal. Hal ini bukan berarti kegiatan mendengarkan ceramah dan menghafal
itu tidak penting, namun yang hendak saya katakan adalah proses berfikir ilmiah
penting ditonjolkan dalam proses pembelajaran, karena pengetahuan itu bukan
dogma, namun pengetahuan itu terkait erat dengan aktivitas ilmiah. Cara kerja
ilmiah, sudah barang tentu mengikuti prinsip-prinsip berfikir ilmiah, apakah
itu bersifat induktif atau deduktif. Untuk itulah, agar penerapan 5M dapat
diterapkan secara efektif baik oleh para guru atau siapapun yang kegiatannya
berhubungan dengan aktivitas pembelajaran, akan saya sharing pengalaman
itu.,.
Mengkomunikasikan
(Communicating) Dalam bentuk sederhana, mengkomunikasikan berarti
mempresentasikan atau menunjukkan hasil pekerjaannya kepada publik, secara
lisan atau tulisan, atau bentuk karya lain sehingga mendapat respon yang lebih
luas. Dalam ruang terbatas, peserta didik cukup menyajikan kesimpulan hasil
pekerjaannya di hadapan teman-temannya di dalam kelas. Seiring dengan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi, para guru dapat memanfaatkan kecanggihan
itu untuk mengkomunikasikan karya-karya terbaik peserta didiknya di dunia maya,
sehingga bisa direspon oleh pembaca yang lebih luas. Misalnya, karya mereka
dipublikasikan di Blog kompasiana.com, menarik dan bermanfaat bukan?. Itulah
sekedar sharing dari pengalaman selama mendampingi mereka. Semoga para guru
kita dapat mengambil pelajaran dan terus berbenah diri untuk memperbaiki mutu
SDM Indonesia. Pendekatan saintifik, merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang mendorong untuk menghasilkan mutu lulusan yang produktif,
inovatif, kreatif dan berkarakter. Semoga bermanfaat!.
d. Menalar
Langkah kelima
Menalar (associating). Menalar dalam pengertian ini adalah padanan dari
istilah associating dalam bahasa Inggris, bukan kata reasoning.
John M. Echols dan Hasan Shadily dalam bukunya Kamus Inggris-Indonesia
menerjemahkan kata reasoning dengan pemikiran atau pertimbangan. Namun
penalaran yang dimaksudkan di sini lebih dekat dengan padanan dari kata “associating”,
yang merujuk pada teori belajar asosiasi (pembelajaran asosiatif). Sebuah Modul
Pelatihan Kurikulum 2013 menjelaskan, bahwa esensi istilah asosiasi ini merujuk
pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa
yang kemudian mamasukkannya menjadi penggalan memori. Pengalaman-pengalaman
yang tersimpan di memori otak itu berelasi atau berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya yang sudah tersedia. Proses inilah yang dikenal sebagai asosiasi
atau menalar. Bagaimana mempraktikkannya? Peserta didik dilatih untuk
menghubungkan antara satu obyek/kejadian dengan objek/kejadian lain, sehingga
hubungan antara beberapa variabel menjadi jelas, baik bersifat induktif atau
deduktif. Misalnya penalaran induksi sebab-akibat seperti: “berusaha keras,
berdo’a, dan tidak berputus-asa, adalah faktor-faktor pendorong kesuksesan
hidup seseorang”.
Dari hasil Observasi dan Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama
Islam diketahui bahwa guru PAI Dalam
melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan pendekatan kelompok, dimana
anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan
tujuan untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan cara bergotong
royong. Sebagai Metode, Pendekatan kerja kelompok dipakai guru Pendidikan Agama
Islam untuk mencapai macam-macam tujuan di Sekolah. Karena di dalam prakteknya
Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Sungai Besar 3 Kota
Banjarbaru di dalam prakteknya
menggunakan pendekatan Kerja kelompok yang cukup baik.
dari hasil observasi dan wawacara di ketahui bahwa Guru Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri Sungai besar 3, dalam kegiatan belajar mengajar
guru membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar dan terkadang
memperhatikan juga pendapat dan kemauan anak didik. Karena permasalahan yang
dihadapi setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatannya pun akan
lebih tepat bila menggunakan pendekatan bervariasi.
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran,
pendapat, dan perasaan, secara lisan maupun tulisan. Guru Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar Sungai besar 3 menggunakan Bahasa yang baik dalam proses
belajar mengajar. Guru PAI Menyadari Penggunaan Bahasa yang baik sebagai alat
untuk mengungkapkan makna yang di wujudkan melalui struktur (tata bahasa dan
kosakata) akan mudah dipahami jika cara penyampaian bagus dan mudah dimengerti
oleh anak didik, karena hal demikian berperan sebagai alat pengungkapan makna
(gagasan, Pikiran, pendapat dan perasaan).
e. Mencoba
Langkah
selanjutnya yaitu Mencoba (Experimenting) Hasil belajar akan terekam
kuat dalam memori peserta didik, apabila mereka diberi kesempatan untuk
melakukan, mencoba, atau mengalami. Hal ini tentu sangat berbeda dengan hasil
belajar karena sekedar mendengarkan atau diberitahu oleh orang lain. Perbuatan
mencoba itu dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan eksperimen. Dengan melakukan
percobaan peserta didik merasa senang, mereka dapat belajar sambil mengalami.
Sudah barang tentu, setiap percobaan perlu dipersiapkan sebelum pembelajaran
berlangsung dan dirumuskan dengan baik dalam dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Membuat RPP adalah tugas guru, bukan tugas pemerintah yang
terkait dalam bidang pendidikan nasional. Mengapa? Karena gurulah yang paling
tahu situasi dan kondisi sekolah masing-masing, jadi RPP tidak perlu
distandarkan, kecuali hanya prinsip-prinsip atau komponen-komponen penting
RPP-nya.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam
Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri 3
Sungai besar Kota Banjarbaru
a.
Guru
Faktor guru yang mengajar dengan indikator pengalaman, dan latar
belakang pendidikan. Guru yang melaksanakan Penerapan Pendekatan dalam pembelajaran
PAI Dengan Pelaksanaan Implementasi Pendekatan Saintifik untuk menciptakan
keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah Ibu Zahra, S.
Pd. I Pengalaman guru mengajar 5 Tahun menjadi Guru, dan pendidikan yang
ditempuh adalah S1 IAIN Antasari Banjarmasin. Pengalaman kerja sangat penting
bagi seorang guru. Guru yang banyak memiliki pengalaman kerja di sekolah, dia
akan mudah melaksanakan tugasnya, karena pengalaman tersebut dijadikan pedoman
dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang banyak mempunyai pengalaman kerja
sebagai guru, dia akan dapat memberikan bimbingan kepada siswanya. Masa kerja
atau lamanya kerja seorang guru juga cukup mempengaruhi kecakapan dan keahlian
dalam mengelola pembelajaran di sekolah. Karena ilmu dan pengetahuan saja tidak
cukup tanpa ada pengalaman kerja. Melalui pengalaman akan menambah kematangan
dalam mengerjakan sesuatu serta dari pengalaman tersebut dapat mengimbangi
antara kenyataan yang dihadapi saat melaksanakan tugas dengan ilmu yang
didapatnya.
b.
Siswa
Minat siswa dilihat dari kerajinan/ keaktifan mengikuti pelajaran
dan perhatian selama mengikuti pelajaran PAI. Berdasarkan hasil observasi dan
dokumentasi terlihat semuanya aktif dan memperhatikan dengan baik setiap materi
yang dijelaskan oleh guru selama pelaksanaan pembelajaran mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
c.
Sarana Prasarana
Berdasarkan hasil observasi dari wawancara, fasilitas yang
digunakan untuk pelaksanaan pembelajaran PAI Hanyalah ruang kelas dan buku-buku
Pelajaran Pendidikan Agama Islam.
C.
Analisis
Data
1.
Pelaksanaan
Penerapan Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai besar Kota Banjarbaru.
a.
Mengamati
Dari data yang telah penulis kemukakan dapat dijelaskan bahwa:
Data yang didapat pada saat penelitian diketahui bahwa guru mata
pelajaran PAI mampu dalam menerapakan Pendekatan saintifik melalui kegatan
pembelajaran mengamati Vidio tentang pelaksanaan Haji murid-muridnya pada saat
jam pelajaran dengan menggunakan pendekatan Inidvidual. Hal tersebut dilakukan
agar tercapainya tujuan yang diinginkan dengan maksimal dan memudahkan siswa
dalam menerima pelajaran serta memudahkan guru dalam menentukan pelajaran yang
diajarkan. Dengan mengalokasikan waktu untuk berinteraksi dengan menggunakan
Pendekatan Individual terhadap anak murid, guru mampu membagi mata pelajaran
yang diajarkan kapan pelajaran itu diajarkan dan ruang mana pelajaran itu akan
diajarkan pada suatu kelas tertentu serta mampu menyelesaikan pelajaran yang
sudah direncanakan yang diajarkan dengan baik.
Tahap awal dari serangkaian kegiatan belajar mengajar yang sesuai
dengan pembelajaran saintifik kurikulum 2013 dimulai dengan mengamati.
Menurut wikipedia pengertian
mengamati yang berkaitan dengan metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik
sesuai dengan metode pembelajaran kurikulum 2013, merupakan metode yang
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi yang dilakukan oleh siswa.
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi yang dilakukan oleh siswa.
dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan
melalui kegiatan: melihat tayangan gambar, menyimak, mendengar, dan membaca
yang diformulasikan pada skenario proses pembelajaran.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan,
melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang
penting dari suatu benda atau objek (Permendikbud No. 81a Th. 2013).
Mengamati adalah tahap awal dari serangkaian tahapan
pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik yang terdiri
dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, mengkomunikasikan. Mengamati melatih siswa dalam
hal kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara
luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca yang diformulasikan pada
skenario proses pembelajaran. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar)
hal yang penting dari suatu benda atau objek (Permendikbud No. 81a Th. 2013).
Contoh mengamati
Siswa difasilitasi untuk membaca sumber dari buku siswa
(mengamati fakta, mengamati konsep, mengamati prinsip,
mengamati proses, mengamati prosedur di dalam buku siswa)
Siswa difasilitasi mendengarkan pembacaan puisi atau narasi
dari radio (mengamati fakta pada puisi, mengamati konsep tentang puisi,
mengamati prinsip sebuah puisi, mengamati proses,
mengamati prosedur pada pembacaan puisi atau narasi
dari peralatan audio visual)
Siswa difasilitasi melihat tayangan video
perakitan komputer (mengamati fakta pada perakitan komputer,
konsep perakitan komputer , prinsip perakitan komputer , proses
perakitan komputer, prosedur perakitan komputer pada suatu tayangan
video tentang perakitan komputer)
Siswa difasilitasi melihat demonstrasi perbaikan
sepeda motor (mengamati fakta pada perbaikan sepeda motor ,
konsep perbaikan sepeda motor, prinsip perbaikan sepeda motor, proses
perbaikan sepeda motor, prosedur perbaikan sepeda motor pada
suatu demonstrasi perbaikan sepeda motor)
Hasil Kegiatan Mengamati
1)
Perhatian
siswa pada saat melakukan langkah mengamati tersebut.
2)
Bentuk
catatan yang dibuat pada waktu melakukan langkah mengamati.
3)
Kesabaran
siswa yang terbentuk selama melakukan langkah mengamati.
4)
Jangka
waktu yang digunakan siswa melakukan langkah mengamati
Dari
contoh-contoh kegiatan mengamati tersebut tampak bahwa banyak hal bisa
dilakukan siswa yang diskenariokan oleh guru di dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
untuk pembelajaran
kurikulum 2013 yang berpusat
pada siswa. Apa saja yang harus di amati dan
dibuat catatan oleh siswa harus diidentifikasi oleh guru melalui langkah mengkaji
silabus. Tahap mengkaji silabus inilah
menjadi titik masuk atau kunci awal merancang pendekatan saintifik khususnya
tahapan mengamati.
Dari hasil
penelitian observasi, proses interaksi antara guru mata pelajaran PAI dengan
murid-murid yang berada di kelas
tersebut guru dapat menjalin proses interaksi dengan menggunakan
Pendekatan individual dengan baik dan efektif selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran
Berdasarkan
sumber-sumber tersebut dapat ditetapkan
dan dikembangkan proses interaksi dengan menggunakan pendekatan individual untuk
meningkatkan kompetensi dasar anak-anak murid
Dalam mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk menyelesaikan
Pembelajaran secara Efektif berlangsung cukup baik.
Tetapi setelah
penulis melakukan observasi dan melihat dokumen ternyata tidak semua guru mampu
Melaksanakan Implementasi Pendekatan Saintifik pada setiap mata pelajaran yang
diampu.
Dari 1 orang
guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas III yang penulis teliti guru
tersebut mampu menjalin proses Implemetentasi pedenkatan Saintifik dengan berinteraksi
dengan menggunakan pendekatan individual yang baik dengan murid-muridnya yang
berada di kelas III.
Dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam Guru tersebut memberikan pelajaran sesuai
dengan indikatornya dengan metode yang baik, karena guru tersebut mampu
menjalin interaksi dengan murid-muridnya sehingga hasil yang ingin di capai
memuaskan untuk kemajuan para murid-muridnya yang berada di Kelas III. karena
hal tersebutlah dapat dikatakan bahwa guru PAI mampu membuat proses Pendekatan
Individual untuk menjalin Interaksi dengan baik selama pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan
dari hasil observasi, dengan mempersiapkan materi pelajaran terlebih dahulu
akan mempermudah guru dalam mengajar dan berinterkasi dengan murid untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Dengan
mempersiapkan materi sebelum mengajar akan mempermudah guru dalam menyampaikan
materi dan Melakukan pendekatan Individual untuk menjalin proses interaksi antar
guru dan murid bisa berjalan dengan lancar sesuai yang di inginkan.
Dari data yang
penulis dapat guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mengjar di Kelas III
mampu dalam menentukan metode pembelajaran sehingga proses interaksi terjalin,
hal tersebut memudahkan guru dalam menjelaskan pelajaran yang diajarkan dan
siswa dengan mudah memahami pelajaran, dan metode yang digunakan adalah
ceramah, diskusi dan penugasan. Dengan menggunakan metode ceramah akan
mempermudah guru dalam menyampaIkan materi yang sudah disusun sebelum mengajar,
dengan metode diskusi guru dapat mengetahui sejauh mana kekompakan siswa dalam
mengerjakan tugas secara berkelompok dan menggunakan metode penugasan untuk
mengetahui sejauh mana siswa dalam menerima pelajaran yang sudah diajarkan dan
melatih siswa untuk belajar serta mengingat kembali tentang pelajaran yang
sudah dipelajari.
b.
Menanya
Menanya adalah
tahap kedua dari serangkaian tahapan pembelajaran berpusat pada siswa
dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Menanya melatih
siswa mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat. Menanya adalah salah satu kompetensi yang diperlukan
siswa untuk hidup di era cerdas abad 21.
Dalam kegiatan menanya, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai fakta,
konsep, prinsip atau prosedur yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau
dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat menanya
atau mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang
konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
atau pun hal lain yang lebih abstrak. Siswa harus dilatih agar bisa menanya hal-hal
yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat
hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan
pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan
sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mandiri. (Permendikbud No. 81a Th. 2013).
Pada kegiatan menanya ini, siswa
dibimbing dan difasilitasi untuk bisa mengajukan pertanyaan atau menemukan hal-hal
yang perlu dipertanyakan, perlu diperjelas dan dibimbing agar mempunyai
kemampuan mencari dan menemukan penjelasan tambahan fakta, konsep,
prinsip atau prosedur tentang dan atau konten yang terkait dengan hal yang
sedang dipelajari. Bagi sebagian siswa, menanya bukan sesuatu yang mudah
dilakukan walaupun guru sudah mengatakannya secara langsung . Menurut pendapat
saya, menanya tidak harus dan tidak selalu muncul dari pernyataan guru ….
“Sekarang saatnya menanya … ayo siapa yang mau bertanya?” …..
Jadi … bagaimana membuat siswa mampu menanya …?
Menanya
yang harus dilakukan siswa dapat berbentuk (1) membuat pertanyaan yang relefan
dengan materi pembelajaran (2) mengajukan pertanyaan yang sudah dibuat kepada
guru, teman dalam kelompok atau sumber belajar lainnya. (3) melakukan tanya
jawab (4) melakukan diskusi tentang informasi yang relefan dengan topik
pembelajaran yang belum diketahui (5) menanyakan informasi tambahan yang ingin
diketahui atau (6) menanyakan informasi yang sudah diketahui sebagai klarifikasi.
Contoh menanya
1)
Siswa menanyakan
penjelasan tambahan terhadap informasi yang didapat dari proses
mengamati
2)
Siswa
mencari penjelasan tambahan sendiri berdasarkan informasi
hasil-hasil kegiatan mengamati
3)
Siswa
menanyakan fenomena-fenomena yang tidak diketahuinya dalam langkah
mengamati obyek
4)
Siswa
mengklarifikasi informasi yang didapatnya dari tahap mengamati.
5)
Siswa
melakukan tanya jawab sesuai topik dengan guru.
6)
Siswa
melakukan tanya jawab sesuai topik dengan siswa lainnya.
7)
Siswa
berdiskusi sesuai topik secara berkelompok.
8)
Siswa
mengakses internet mencari penjelasan lebih lengkap sesuai topic
Hasil Kegiatan menanya antara lain:
1)
Jenis-jenis
pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, prinsip, proses, hipotesis yang
diajukan siswa
2)
Jumlah
pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, prinsip, proses, hipotesis yang
diajukan siswa
3)
Kualitas
pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, prinsip, proses, hipotesis yang
diajukan siswa
4)
Daftar
pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, prinsip, proses, hipotesis dan
jawaban
Makna menanya
dalam metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuai dengan kurikulum
2013 merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk
hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Menanya
merupakan lanjutan dari proses pengamatan, Setelah siswa terlibat dengan proses
pengamatan secara visual baik itu berupa gambar atau apapun, Ketika belajar
mengajar berlangsung, guru bisa bertanya kepada siswa tentang apa yang mereka
amati atau guru bisa meminta siswa untuk bertanya atas apa yang mereka amati
yang belum dipahami, proses menanya menjalin interaksi siswa dengan guru dan
dapat memberikan pancingan terhadap siswa agar berfikir kritis serta
interaktif.
Dari hasil
observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Melakukan Kegiatan
Implementasi pedenkatan Saintifik yang baik terhadap anak didiknya di Sekolah
Dasar Negeri 3 Sungai besar, dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang
sebagai satu kesatuan tersendiri, dengan adanya pendekatan Saintifik Melalui
kegiatan Menanya peserta didik lebih mudah memahami pelajaran serta tujuan
pembelajarannya sesuai yang diinginkan.
Kemampuan guru dalam
proses Pendekatan Saintifik melalui metode menanya ini sangat menentukan
keberhasilan proses belajar mengajar dan penyampaian sumber belajar. Dengan
cara tersebut akan mempermudah proses pembelajaran sesuai target yang
diinginkan.
Dari data yang
penulis dapat guru mata Pelajaran PAI mampu melakukan pendekatan saintifk
melalui kegiatan menanya dengan baik selama proses pembelajaran. Dengan pendekatan
saintifk yang baik guru dapat menyalurkan pikiran, perhatian dan kemampuan
siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar dan membantu memudahkan
pemahaman siswa dalam menentukan dan memahami konsep atau materi yang
disampaikan serta dapat juga menghantarkan siswa ketingkat pemahaman yang lebih
tinggi.
c.
Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa
menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara
lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi yang dikembangkan dalam
tahapan mengkomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas,
dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Mengkomunikasikan adalah tahap ke lima dari
serangkaian tahapan pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan
saintifik yang terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
mengkomunikasikan. Mengkomunikasikan
melatih siswa mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Kegiatan belajar yang dilakukan pada tahapan mengkomunikasikan
adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan lainnya
adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari
informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik tersebut.
Contoh kegiatan mengkomunikasikan
1)
menyajikan
laporan dalam bentuk bagan;
2)
menyajikan
laporan dalam bentuk diagram;
3)
menyajikan
laporan dalam bentuk grafik;
4)
menyusun
laporan tertulis; dan
5)
menyajikan
laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan
6)
menyajikan
laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara grafis
7)
menyajikan
laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan pada media elektronik
8)
menyajikan
laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara multi media
Seluruh
kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa dengan
pendekatan saintifik tersebut akan berjalan dengan baik dan kondusif melalui
perencanaan pembelajaran yang cermat dan didampingi dengan pengelolaan
kelas yang cermat pula. Karena itu
sebelum melaksanakan pembelajaran berpusat pada siswa dengan tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi,
mengkomunikasikan harus
dipastikan juga rencana pengelolaan
kelas.
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan
ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan
“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media
lainnya.
Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru PAI dalam melakukan pendekatan saintifik, guru dalam mengajar menggunakan berbagai
macam variasi untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. karena guru
menyadari permasalahan yang dihadapi setiap anak berbeda-beda karena itu
diperlukan pendekatan saintifik
melalui kegaitan mengkomunikasikan. Pendekatan yang dilakukan Ibu
Zahra S. Pd. I ini bisa dikatakan cukup baik
Berdasarkan
hasil penelitian penulis terhadap guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang mengajar di Kelas III guru mempunyai kemampuan Pendekatan saintifik
mellaui metode komunikasi yang baik dalam melakukan proses belajar mengajar.
Sehingga proses belajar mengajar berjalan efektif sesuai dengan perencanaan
sebelumnya.
Dari hasil wawancara dengan guru mata Pelajaran PAI Kelas III, pendekatan saintifik
mellaui komunikasi ini dilakukan oleh guru mata pelajaran PAI kelas III adalah menggunakan metode dengan Komunikasi pengajaran reguler, guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuan para siswanya, para siswa mempunyai posisi yang sama, walaupun
setiap siswa memerlukan waktu yang berbeda untuk memahami suatu materi
pelajaran. Jadi untuk siswa yang lamban dalam
belajar diberikan perhatian khusus dengan kegiatan yang berbeda dari siswa yang
cepat dalam menerima pelajaran.
d.
Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata
emiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah
tidak selalu tidak bermanfaat.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya
menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara :
1)
Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah
atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi
jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara
simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun
secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana
(persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
4) Kegiatan pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5) Setiap kesalahan harus
segera dikoreksi atau diperbaiki.
6) Perlu dilakukan
pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan
atau pelaziman.
7) Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8) Guru mencatat semua
kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran
perbaikan.
Mengasosiasi / mengolah informasi / Menalar adalah tahap ke empat dari
serangkaian tahapan pembelajaran berpusat pada siswa dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan. Mengasosiasi |
mengolah informasi melatih siswa mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Kegiatan mengasosiasi
/ menalar / mengolah informasi (associating)
1) mengolah informasi yang sudah dikumpulkan,
2) menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
3) mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait
dalam rangka menemukan
4) mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi.
5) Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari
solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan
6) Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses
informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan.
Dari hasil
observasi dan wawancara diketahui bahwa guru PAI Melakukan pendekatan saintifik
melalui kegiatan menalar dilakukan dengan baik dalam hal prose belajar mengajar
dikelas.
karena guru PAI
Menyadari Perkembangan kognitif anak dalam proses Eksplorasi dalam kegiatan
menalar bertujuan untuk mengembangkan bahasa, daya pikir dan keterampilan anak
didik.
Dalam tahap
ini, anak mengembangkan keterampilan, bahasa dan daya ingatnya, untuk itu dalam
memberikan pelajaran pada Anak Kelas III Sekolah Dasar sangat perlu perhatian
dari guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dengan adanya kegiatan Pendekatan
saintifik melalui proses menalar belajar mengajar ini sangat memudahkan bagi
anak didik untuk mengingat, mengucapkan dan menjawabnya ketika ada pertanyaan
yang diajukan kepadanya. Maka dari itu sangat efektif digunakan dalam
meningkatkan perkembangan daya pikir, barbahasa dan keterampilan anak dalam
proses belajar mengajar pada anak didik Kelas III Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai
Besar.
Dari hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran PAI Kelas III, dalam hal Pendekatan saintifik
melalui proses menalar guru mata pelajaran PAI Sangat memperhatikan hal ini, kegiatan
menalar para siswa di kelas III di dukung sepenuhnya oleh Guru Mata Pelajaran Agama
Islam , dengan cara mengungkit kemampuan siswa dari dalam agar bisa ia eksplor
dari dalam dirinya. setiap memasuki kelas guru PAI Bertanggung jawab
mengungkit, menumbuhkan, dan menyalurkan kemampuan para siswanya sesuai
kapasitas anak didiknya yang berada di kelas III dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Dalam hal Kegiatan menalar guru PAI Kelas III Sudah
melakukannya dengan baik. Beliau menyadari pentingnnya kemampuan para anak
didiknya di eksplor agar kapasitas anak didiknya bertambah bagus dan meningkat.
e.
Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus
mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang
sesuai. Pada mata pelajaran PAI, misalnya,peserta didik
harus memahami konsep-konsep Pendidikan Agama Islam dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan
pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan
bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:
1)
menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan
kurikulum;
2)
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan;
3)
mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya;
4)
melakukan dan mengamati percobaan;
5)
mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
6)
menarik simpulan atas hasil percobaan;
7)
membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Agar pelaksanaan percobaan
dapat berjalan lancar maka :
1)
Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid
2)
Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan
3)
Perlu memperhitungkan tempat dan waktu
4)
Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid
5)
Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen
6)
Membagi kertas kerja kepada murid
7)
Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan
8)
Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap
perlu didiskusikan secara klasikal.
Dari hasil wawancara dan Observasi di ketahui bahwa, dalam haal Pendekatan Saintifik mellaui kegiatan mencoba Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Negeri 3 Sungai Besar bisa dikatan Baik. Karena
Kemampuan Guru pendidiikan Agama Islam yang mumpuni dalam menjalin komunikasi
dengan anak didik.
Dari Hasil Observasi dan wawancara
dengan anak murid, mereka mengatakan kemampuan Guru PAI dalam Kegiatan
Saintifik ketika melakukan proses belajar mengajar bisa dipahami mereka cukup
baik.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Penerepana Pendektana
Saintifik untuk menciptakan keaktifan siswa dalam Pembelajaran PAI
a.
Guru
Keberhasilan
proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh keberhasilan guru dalam
mengelola proses belajar mengajar di Sekolah untuk meningkatkan tingkat
produktifitas dan prestasi anak didik dapat dilakukan dengan meningkatkan
kapasatis Guru untuk pengelolaan kelas dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar dengan menggunakan metode yang efektif untuk keberhasilan proses
belajar mengajar.
Dari
uraian diatas, sehubungan dengan tugas dan wewenang tenaga kependidikan
sebenarnya dari segi realisasi kegiatan proses belajar mengajar Pendidikan
Agama Islam Kelas III di Sekolah Dasar Negeri Sungai besar Kota Banjarbaru Dapat dikatakan baik.
b.
Siswa
Pendidikan
hendaknya di desain bagi siswa atau peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan
mengalami perkembangannya. Setiap peserta didik mempunyai kebutuhan dan
mengalami perkembangan yang tidak sama sehingga Sekolah perlu menyelenggarakan
berbagai program sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya. Agar
program yang telah di susun, guru yang telah diangkat, dan sarana prasarana
dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, maka peserta didik perlu di menej sedemikian
rupa sehingga tujuan yang diinginkan Sekolah dapat di capai secara efektif dan
efesien.
Manajemen
kesiswaan pada dasarnya membahas tentang perencanaan kesiswaan, peneriman siswa
baru, pengorganisasian siswa, orientasi siswa, pembinaan dan pelayanan siswa,
organisasi siswa, penilaian siswa, mutasi dan almuni. Inilah sebenarnya cakupan
yang akan dibahas dalam bidang kesiswaan.
Dari
uraian diatas, kalau menghubungkan dengan program kesiswaan yang dibuat oleh
bagian kesiswaan, ternyata program kesiswaan banyak sekali komponen kegiatannya
dan seandainya program tersebut teraktualisasi semua dan dikelola dengan baik
dan profesional. SDN 3 Sungai besar Kota banjarbaru akan menjadi sekolah yang
diperhitungkan kualitasnya di Kota Banjarbaru.
c.
Sarana Prasarana
Sarana
pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan
dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti
gedung, ruang kelas, meja, kursi, multi media, serta alat-alat dan media
pengajaran yang lain. Sarana belajar mengajar yang ada di SDN 3 Sungai Besar
yaitu: a. ruang Kepala Sekolah 1 buah, b. Ruang Dewan Guru 1 Buah, c. ruang
Tata Usaha 1 Buah, d. Ruang Kelas 6 Buah, e. Ruang Perpustakaan 1 Buah, F.
Mushalla 1 buah, g. WC 2 guru 1 Buah, h. WC Murid 4 Buah.
Dari
gambaran diatas tentang sarana prasarana di Sekolah Dasar Negeri 3 Sungai Besar
Kota Banjarbaru belum sepenuhnya memenuhi kreteria dari sebuah manajemen
pendidikan berbasis Sekolah dan Standar dari pengembangan Sekolah Dasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar